Tampilkan postingan dengan label situs sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label situs sejarah. Tampilkan semua postingan

Pesona Danau Siviki, kampung Urisa - Kaimana

3 Comments
Pesona Danau Siviki, kampung Urisa - Kaimana

Berikut adalah catatan mengenai Danau Siviki di Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana yang admin kutip langsung dari blog milik Jafar Werfete di kaimanatourism.blogspot.com. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Bagi anda yang pernah ke Kaimana, Papua Barat, mungkin pernah mendengar nama Danau Siviki? Danau Siviki adalah sebuah danau di Teluk Arguni yang dapat diakses langsung lewat laut. Danau Siviki terletak di Kampung Urisa, bagian Tenggara ibukota distrik/kecamatan Arguni Bawah. Danau ini belum banyak mendapat publikasi karena juga belum dieksplorasi secara serius. Menurut cerita orang-orang di Kampung Urisa, justeru orang-orang Belanda yang sering ke Danau Siviki membawa kapal kecil dan perahu dan bermalam di sana hingga beberapa hari. Baru Tahun 2010 yang lalu, ada satu Tim Explorasi dari Perancis yang terdiri dari beberapa ahli antara lain, ahli geologi, arkeologi, ahli pre-historics, dan juga ahli perikanan pernah melakukan eksplorasi di Danau Siviki dan menemukan gua besar yang diduga di dalamnya ada kehidupan, hanya saja peralatan mereka untuk memasuki gua terbatas, terutama tali yang tidak panjang untuk masuk ke dalam dasar gua yang ditumbuhi pohon dengan ketinggian mencapai mulut gua. Mereka juga menemukan beberapa artefak di gua, bahkan sempat melakukan penggalian dan menemukan fosil manusia yang berwarna kekuning-kuningan. Yang cukup menarik dalam ekspedisi ini adalah mereka menemukan ikan tanpa mata di hulu sungai yang mengalir ke danau tersebut.

Danau Siviki dapat dicapai melalui kota Kaimana dengan longboat atau speedboat. Perjalanan dengan longboat dapat ditempuh dengan waktu sekitar 3 hingga 3,5 jam perjalanan, sedangkan jika menggunakan speedboat, akan lebih cepat mencapai danau atau sekitar 1,5 hingga 2 jam. Sebelum masuk ke Danau akan dijumpai Kampung Urisa di mana kita dapat menyaksikan penduduk lokal memancing kepiting dengan cara mereka sendiri.Secara Etika kita harus mampir ke kampung tersebut dan memberitahu Kepala Kampung atau orang-orang tua di kampung tersebut sebelum ke Danau, dan biasanya ada guide lokal yang diikutkan bersama kita. Perjalanan dari Kampung Urisa ke danau akan melalui sungai Urisa hingga tembus ke Danau Siviki. Sebaiknya Perjalanan ke Danau dimulai pagi sebelum matahari terbit agar kita dapat menyaksikan dari danau matahari terbit dari balik Gunung Fudi. Seiring dengan terbitnya matahari, anda juga akan menikmati kicauan burung-burung khas Papua seperti Rangon, Kakatua Putih, Cenderawasih, dll. Dari balik Gunung Fudi yang menancap sampai ke dasar danau, matahari bersinar menembus pepohonan rindang hingga menghunjam ke atas air danau, di beberapa sisi danau bunga-bunga teratai terhampar bak permadani dihiasi kawanan burung bangau dan beberapa jenis burung kecil berparuh merah yang berganti-ganti warna jambulnya, sedang di sisi belakang bunga teratai, pohon bakau dan nipah berderet bagaikan pagar yang tertata rapi, lukisan ini akan terasa lebih sempurna ditambah gugusan pohon-pohon rindang hutan hujan tropis yang mengelilingi danau bak sebuah wallpaper yang sempurna. Anda mungkin akan bertanya jenis air apakah air danau ini karena disisi lain ada hutang bakau yang menandakan air asin atau payau, sedang di sisi lain ada bunga teratai yang menandakan air tawar, tetapi itulah fenomena alam yang menjadi daya tariknya. Jika anda ingin mancing, pilihan ini akan menjadi aktivitas tersendiri yang menarik sambil memanti matahari terbit tinggi dari balik Gunung Fudi atau bagi anda yang senang menonton burung, aktivitas ini dapat dilakukan di tepi danau hingga menjelang siang. Sehabis aktivitas di danau, anda dapat pula menyusuri sisi sungai yang lain dengan longboat. Di sini anda akan disuguhi pemandangan di sisi kiri nipah, bakau dan teratai, sedang di sisi kanan tebing-tebing batu putih dan beberapa gua yang menarik, diantaranya gua yang dapat diakses langsung dengan perahu ke dalamnya,tapi jangan lupa membawa penerang/senter karena sangat gelap dan banyak burung yang dapat membahayakan anda. Di dalam gua ini, kelihatan air mendidih dari bawah ke atas. Diperkirakan gua yang masuk ke dalam danau ini adalah lubang dari kawah gunung berapi (Gunung Genova)yang dulunya aktif. Menurut kisah masyarakat di Kampung Urisa, pernah terjadi seorang nelayan asal kampung tersebut menikam ikan bubara (GT) dengan menggunakan penikam (kalawai), ikan tersebut berenang dengan penikan tersebut masuk dalam gua tersebut, beberapa hari kemudian, orang-orang di Kampung Wanoma, kampung di balik Gunung Genova menemukan ikan dengan penikam tersebut. Hal yang mustahil jika ikan tersebut dapat mengembara sejauh itu. Perlu diketahui pula bahwa di depan Kampung Wanoma, tepat di sisi sebelah timur Gunung Genova terdapat pula lubang besar yang juga masuk ke dalam laut dimana di dalamnya mengalir air belerang. Hal ini makin menguatkan dugaan bahwa Gunung Genova dulunya adalah gunung api yang aktif namun karena laharnya mengalir ke dalam lubang tersebut sehingga statusnya kini bukan sebagai gunung api. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tempat ini. Di Danau ini juga terkenal dengan buayanya, bagi anda yang suka petualang, Danau Siviki dapat menjadi salah satu destinasi anda.

Benteng Fort Du Bus milik Belanda di Kampung Lobo - Kaimana

Add Comment
Kampung Logo
Benteng Fort Du Bus milik Belanda di Kampung Lobo, Kaimana
Berikut adalah informasi tentang Benteng Fort Du Bus yang di bangun oleh Belenda di kampung Lobo, Kaimana yang di kutip dari blog milik Jafar Werfete di kaimanatourism.blogspot.com. Admin sendiri belum pernah menyaksikan langsung situs sejarah ini di kampung lobo yang hanya bisa di jangkau engan transportasi laut dari pusat kota Kaimana, jadi untuk sementara belum ada keterangan gambar tentang benteng Benteng Fort Du Bus di maksud. Silahkan simak artikel yang admin kutip secara langsung, semoga bermanfaat !!!

Benteng Fort Du Bus diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1828 sebagai bukti kekuasaan resmi Pemerintah Belanda atas Pulau New Guinea. Bertepatan dengan tanggal peresmian benteng tersebut, 24 Agustus, yang merupakan hari peringatan ulang tahun Raja Belanda Willem III yang diperingati setiap tahun, bertempat di kampung kecil bernama Lobo yang terletak di Teluk Triton ( Nama Teluk Triton dinamakan menurut nama Kapal corvet, Triton, yang ‘menemukan’ teluk tersebut. Nama asli teluk tersebut adalah Uru Lengguru), pada garis lintang 3°42’ LS dan garis meridian 134°15’4”, diresmikan sebuah benteng bernama Fort Du Bus. Pada saat itulah komisaris pemerintah Belanda, Van Delden membacakan proklamasi kekuasaan Belanda atas wilayah Nieuw Guinea.
Proklamasi tersebut berbunyi sebagai berikut: “Atas nama dan untuk Sri Baginda Raja Nederland, Pangeran Oranje Nassau, Hertog Agung Luxemburg dll, bagian dari Nieuw Guinea, serta daerah-daerah di pedalaman yang mulai pada garis meridian 141° sebelah timur Greenwich di pantai selatan dan dari tempat tersebut ke arah barat, barat daya dan utara sampai ke Semenanjung Goede Hoop di pantai utara, selain daerah-daerah Mansarai, Karondefer, Amberpura dan Ambarpon yang dimiliki oleh Sultan Tidore, dinyatakan sebagai miliknya.”

Upacara pada tangal tersebut di atas dianggap di Eropa sebagai tanda bahwa sejak waktu tersebut Belanda memiliki kedaulatan atas wilayah yang dinyatakan dalam proklamasi tersebut, sehingga wilayah tersebut tidak boleh lagi ditempati oleh kekuasaan-kekuasaan Eropa lainnya. Benteng tersebut pada tahun 1835, atas persetujuan pemerintah Belanda dibongkar karena ternyata perubahan-perubahan iklim dan pemondokan yang disediakan tidak memenuhi syarat sehingga mengganggu kesehatan prajurit Belanda yang ditugaskan menjaga benteng tersebut.

Berikut adalah catatan lain tentang artikel di atas :