Tampilkan postingan dengan label kaimana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kaimana. Tampilkan semua postingan

Benteng Fort Du Bus - Kampung Lobo, Kaimana Papua

Add Comment
Peta Kabupaten Kaimana
Fort Du Bus merupakan benteng pertama pasukan Hindia Belanda yang berdiri di Papua. Berdiri pada 24 Agustus 1828.
Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies.
Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9.
Segera setelah pendirian benteng pertama ini, hubungan antara pihak Belanda dan penduduk pribumi ditentukan dalam surat-surat perjanjian. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Raja Namatote, Kasa (Raja Lokajihia), Lutu (Orang Kaya di Lobo, Mewara dan Sendawan). Mereka diangkat sebagai kepala di daerah masing­-masing oleh Belanda dengan diberi surat pengangkatan sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah ini diangkat pula 28 kepala daerah bawahan.
Tampat Benteng Fort Du Bust


Kampung Lobo Dengan Latar Belakang Gunung - Diambil dari Laut

Perjalanan Menuju Kampung Lobo, Memasuki Kawasan Teluk Triton

Salah satu Tampat Gugusan pulau Kicul dalam Kawasan Teluk Triton

Kampung Lobo dari Kejauhan

Letak Kampung Lobo Pada Kawasan Teluk Triton Kabupaten Kaimana

Letak Kabupaten Kaimana pada Peta Indonesia
Benteng Fort Du Bus juga merupakan salah satu benteng tertua di indonesia, bersamaan dengan Benteng Rotterdam (Fort Rotterdam), Ujung Pandang. 1545, Benteng Keraton Buton, Bau Bau. 1597, Benteng Pendem Cilacap. 1861, Benteng De Kock (Fort De Kock), Bukittinggi. 1825, Benteng Victoria (Fort Victoria), Ambon. 1775, Benteng Vastenberg (Fort Vastenberg), Solo. 1745, Benteng Malborough (Fort Malborough), Bengkulu. 1713, Benteng Portugis (Fort Portugis), Jepara. 1632, dan Benteng Belgica (Fort Belgica), P. Banda. 1611.

Benteng Fort Du Bus terletak di Desa Lobo, kawasan teluk Triton kabupaten Kaimana Papua Barat, wabah malaria melanda sekitar benteng Fort Du Bus, Belanda meninggalkan benteng tersebut dan pindah ke Manokwari.

Teluk Triton ini memilki rentetan pulau-pulau kecil, batu karang , air yang jernih dan pemandangan pantai dan bawah laut yang indah, Teluk ini tersembunyi di dekat Kampung Lobo. Kini surga yang tersembunyi ini mulai dikenal oleh para ahli biologi laut, para penyelam, dan mereka yang suka datang dan menikmati saat-saat matahari terbenam, dengan pemandangan langit yang spekatakuler. Mereka menjuluki lokasi ini sebagai “ The Fish Empire,” selaian julukan “Kota Senja”, ada juga yang menyebutnya” The Lost Paradise.” Para ahli-ahli itu telah berhasil mengidentifikasi 937 jenis ikan laut dan beberapa di antaranya adalah spesies baru yang hanya bisa ditemukan di Kaimana. Mereka juga telah menemukan 492 jenis terumbu karang yang berbeda dan 6 di antaranya adalah jenis baru yang tidak ditemukan ditempat lain di dunia dan semuanya dalam kondisi sehat, mereka juga menemukan 27 Jenis udang lobster, dan 16 jenis penyu hijau. Teluk Triton ini memang masih belum populer dikalangan pencinta fotografi, atau orang-orang suka perpetualang dibanding lokasi-lokasi wisata pantai dan bawah laut lainnya di Indonesia tetapi sudah cukup banyak wisatawan yang datang berkunjung ke sini, baik wisatawan asing maupun domestik.



Suasana dalam Kampung Lobo - Kaimana
kata yang tepat untuk menggambarkan istimewanya keindahan Teluk Triton di Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Bagi pecinta traveling, Teluk Triton bak surga yang menawarkan kesempurnaan. Tak tanggung-tanggung di sini Anda akan dimanjakan dengan berbagai pengalaman berbeda.

Coba tenggok daerah Maimai. Di dinding tebing karang sepanjang sekitar 1 kilometer terdapat lukisan kuno peninggalan zaman prasejarah. Anda bisa menyaksikan berbagai lukisan etnik berupa telapak tangan, tengkorak, dan binatang. Yang menarik lukisan ini dibuat di lokasi tebing karang yang sulit dijangkau dengan tangan telanjang. Meski sudah berabad-abad lamanya lukisan dari bahan pewarna alami tersebut masih tampak jelas hingga saat ini.

Pemandangan situs lukisan kuno di tebing karang adalah awal dari perjalanan anda di Teluk Triton. Kejutan lain bisa anda temukan di sekitar Kampung Lobo. Anda akan menjumpai pemandangan langka berupa atraksi mamalia raksasa di sekitar perairan  kampung ini. Sebagai habitat paus Bryde's tak sulit untuk menjumpai mamalia ini. Semburan air ke udara dari lubang di punggung paus menjadi penanda atraksi ini bisa segera anda nikmati dari atas kapal.

Eloknya, paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Meski hidup sebagai nelayan, masyarakat di sini tidak memburu mamalia ini. Mereka menganggap mamalia ini sebagai keluarga bahkan penyelamat. Tak heran jika binatang yang bisa mencapai ukuran hingga 12 meter ini tak segan-segan menampakkan diri bermain di sekitar perahu nelayan.

Saat air laut di sini teduh, kesempatan anda menyaksikan paus Bryde's semakin mudah. Bagi pecinta selam dan pemburu foto underwater, kesempatan langka untuk bermain dan mengabadikan polah binatang raksasa ini rasanya sayang jika dilewatkan.

Masih di Kampung Lobo anda juga bisa menyaksikan jejak peninggalan Hindia Belanda berupa tugu "Fort du Bus". Dari tugu ini bisa dipastikan pada tahun 1828 di Lobo pernah berdiri benteng dan pos administrasi Hindia Belanda bernama Fort du Bus.

Nama Ford du Bus diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di tanah Papua. Pada masa tersebut pemerintah Hindia Belanda bahkan mengangkat tiga penduduk pribumi masing-masing adalah Raja Namatota, Raja Lokajihia yaitu Kasa, dan Lutu (orang terpandang di Lobo, Mewara dan Sendawan) sebagai kepala di daerah masing-masing.

Wabah malaria yang menyerang Lobo pada tahun 1835 mengubah keadaan. Wabah ini membunuh sebagian besar tentara Hindia Belanda di sana. Akhirnya benteng ini pun ditinggalkan.

Bagi pecinta selam, Anda wajib untuk membawa perlengkapan selam anda. Di Teluk Triton keindahan alam bawah lautnya sayang jika dilewatkan. Di sini, lokasi menyelam (dive site) yang biasa dikunjungi ada di seputar Temintoi, Selat Iris. Kekayaan alam bawah lautnya jelas tak diragukan lagi. Menurut data Conservation International (CI) Indonesia tahun 2006, perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru), dan 28 jenis udang mantis.

Puas menyelam, menu perjalanan terakhir adalah menikmati indahnya senja Kaimana. Senja di sini bukan sembarang senja. Jika cuaca cukup baik, bisa dipastikan senja di Kaimana akan memberi hiburan tak terlupakan. Kala senja, torehan semburat jingga merata di langit Kaimana. Dari Teluk Triton kemengahan senja terasa saat bola raksasa hangat laksana tenggelam di telan lautan.

Untuk menjumput indahnya surga di Teluk Triton, transportasi satu-satunya adalah menggunakan jalur laut. Sayang, di sini belum tersedia kapal wisata reguler yang melayani rute perjalanan di atas. Anda bisa mencapainya dengan menggunakan speedboat sewaan dari pelabuhan Kaimana. Biaya sewa speedboat dari Kaimana dibandrol sekitar Rp. 4-5 juta per hari.

Sumber :

Kenang - Kenangan Hidup di Kota Senja Indah Kaimana

Add Comment
Di ujung Bandara Utarum Kaimana_Menanti datangnya senja
Hari ini, Di Kota Waisai, 21 April 2014, ingin saya mereview kembali perjalana Hidup saya selama lebih dua tahun di bagian lain tanah Papua, tepatnya di Kota Kaimana, memang harus saya akui selama hidup di sana, serasa tidak ada lebih -lebihnya, tidak ada yang harus di banggakan, semua berjalan biasa-biasa saja, hanya karna sedang bertugas, bukan keinginan sendiri, bukan juga menjadi orang yang sukses dalam beberapa hal, bahkan dalam banyak waktu saya seperti terlihat tidak punya apa -apa dan siapa -siapa.

Namun sepahit apa pun cerita hidup itu, jika kita sudah melewatinya, sudah meningglkan tempat itu, baru terasa indah dalam benak, seakan itu menjadi pembelajaran hidup selanjutnya. Memang di banyak waktu, hampir semua siang dan malam saya habiskan hanya dalam ruangan yang sama, pagi hingga sore masih jam kerja, malam bingung mau kemana, kotanya kecil, orang -orang yang sering saya kunjungi sudah duluan pergi meninggalkan Kota ini, namun dalam semua cerita kelam itu, ada 1 keluarga kecil yang sering saya kunjungi sekedar menghabiskan beberapa waktu, keluarga yang paling bahagia.

Sebenarnya hampir sepanjang waktu di Kota ini, saya sering mengabadikan beberpa momen penting dengan kamera yang saya hampir selalu bawa kemana-mana, namun ternyata beberapa dari hasil jepretan itu harus hilang bersama rusaknya Hardisk kecilku, Pertama kali tiba di Kota Kaimana, hari jumat 28 september 2011, dan terakhir saya berada di Kota ini pada 15 Februari 2014 di antar oleh seorang sahabat ke Tempat bepergian kota Kaimana, bandara Utarum

Kali ini, sudah jauh dari Kota Kaimana, saya mencoba menampilkan lagi perjalan sepotong sepotong itu dalam gambar yang sempat disimpan, mulai dari berkeinginan beternak ayam, Sering ke Tempat rekreasi di Kilo 14, ngantar teman jalan-jalan keliling kota bahkan hingga ke kampung Sisir, melewati Jalar Teluk Triton untuk pembayaran BLSM, Duduk di atas bukit belakang Kota, Ke pantai terdekat di Anda air, ke kampung Sisir serta yang paling sering adalah mencoba mencari momen kota senja di ujung lahan bandara Utarum, yang kebetulan bisa di masuki dan berada pas di ujung garis pantai terjauh dan sepanjang mata memandang ke depan, hanya laut lepas dan sedikit pulau yang terlihat, tempat yang pas untuk mengabadikan kepergian sang Matahari itu. dan masih banyak momen lainnya.
Beternak ayam adalah aktifitas terindah saat awal pertama tinggal di Kaimana

Pelabuhan Kampung Tanggaromi _ Kabupatten Kaimana

Tempat Pemadian Umum KM. 14 jalan Menuju Kampung Tanggaromi

Pusat pertokoan Kota Kaimana _ Jalan Trikora

Salah Satu Paptung Burung di Jalan Kaswarina Kota Kaimana

Masih di Ujung Lahan Bandara

Pelabuhan Laut Kaimana _ yang Baru

Arah "Batu Lobang" _ Pantai Kaimana

Ayam Ayam kesayangan saya nih

Jalan Utaram menuju Bandara

Salah satu Momen Senja Kaimana di abadikan oleh teman dari  Sorong

Melewati Kawasan teluk Triton Kaimana

Senja saat kembali dari teluk Triton ke arah kota_ bayar BLSM

Sahabat kecil yang selalu ceria

Kota Kaimana dari atas kediaman Bupati

masih dari tempat yang sama_ Kota Kaimana saat senja

Senja di Pelabuhan Kaimana

Jalan meuju Kampung Sisir

Hari Terakhir di Kota Kaimana
Sahabat Terbaik di Kota kaimana bersama Keluarganya di pantai Sepanjang Jalan Utarum
Hari ini, Di Kota Waisai, 21 April 2014, ingin saya mereview kembali perjalana Hidup saya selama lebih dua tahun di Bagina lain tanah Papua, tepatnya di Kota Kaimana, memang harus saya akui selama hidup di sana, serasa tidak ada lebih -lebihnya, tidak ada yang harus di banggakan, semua berjalan biasa-biasa saja, hanya karna sedang bertugas, bukan keinginan sendiri, bukan juga menjadi orang yang sukses dalam bberapa hal, bahkan dalam banyak waktu saya seperti terlihat tidak punya apa -apa dan siapa -siapa.

Berlibur di Kampung Sisir - Kota Kaimana

1 Comment
Hari itu, Minggu 9 Februari 2014, saya mulai merencanakan perjalanan ke kampung Sisir, kampung yang di tempuh hampir 2 jam berjalan kaki dari Pusat Kota kecil Kaimana, Jalan menelusuri Bukit - bukit dari belakang Kota, jalan yang 100 persen belum beraspal, mempunya tantangan tersendiri, dengan beralasan sebentar lagi saya sudah tidak berada lagi di Kota ini, tidak ada salahnya mengunjungi apa yang belum pernah di kunjungi hehe.

Berbekal 1 orang teman kecil, 1 buah Canon Eos 600D, makanan Ringan dan Minuman seadanya, kita mulai mendaki dari arah Jalan PDAM, menelusuri jalan kecil yang katanya sering di gunakan masyarakat kampung Sisir yang bepergian ke Kota Kaimana, kita mulai mendaki jalanan kecil itu, namun perjalanan tidaklah semudah itu, hujan ternyata menghampiri kita walau hanya sebentar, kitapun bersembunyi di pepohonan tebal untuk menghindari basah.


Perjalanan kali itu sungguh sungguh sungguh menguras energi dan melelahkan, mungkin karna itu perjalanan pertama sejak beberapa bulan tidak pernah melakukan sesuatu yanag menguras energi, tapi itu semua indah, ada manfaatnya juga kalau di banding dengan tidur - tiduran saja di kamar. Dan perjalaan  kita tidak berakhir di Kampung Sisir, namun hanya di perjalanan dimana kampung sisir sudah terlihat di Depan Mata namun harus ditempuh dalam sekitar 1 atau 2 kilo lagi, kita putuskan untuk duduk sebentar mengabiskan sisa bekal yang tadinya sudah di makan di atas bukit, dan sambil melanjutkan jalan balik sambil mencari momen yang pas untuk di potret. Sepanjang jalan balik, masih kita temui beberapa orang dengan mobil Pribadi atau mobil umum datang ke sepanjang pantai jalan menuju kampung ini untuk sekedar berlibur menikmati indahnya air laut pantai kampung Sisir ini. Ternyata perjalanan yang Sulit ini juga sudah biasa di gunakan anak anak sekolah yang berasal dari kampung Sisir yang sedang menimbah ilmu di Kota Kaimana untuk perjalana Pulang kampung di Sabtu siang dan balik lagi ke Kota di Minggu Sore, dan semua dilakukan dengan berjalan kaki beramai ramai, sungguh kisa yang indah di kenang jika di kemudian hari mereka menjadi orang besar.




Kolam ini dinamakan "Kolam Sisir" menjadi lokasi memancing yag bagus





Dan hari itu juga kita berbelok arah ke daerah pantai yang katanya bagus untuk dinikmati dan membasahi tubuh yang kelelahan.

Tak perlu berpanajng lebar,,, berikut diatas adalah hasil dokumentasi perjalanan hihiihih

Perjalanan menuju kampung Lobo Kaimana

2 Comments
hari itu, minggu ,,,,, sudah lupa bulan berapa di kalender tahun 2013, yang pasti sudah di atas bulan Juli, kita sedang disibukkan untuk membayar BLSM Tahap Kedua, dan jadwal kali itu adalah 10 desa di pesisir pantai bagian timur dari arah Kota Kota Kaimana, dari 10 target desa hany harus di datangi, hanya 5 yang sempat di kunjungi, waktu yang tersisa sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan untuk ke desa selanjutnya, dan harus berbalik arah ke kota sebulum malam tiba, kita yang dalam 1 tim ada 5 orang itu masing -masing 3 dari Kantor Pos sebagai pihak yang di percaya membagikan dana Hasil pengurangan subsidi BBM ini, dan dua dari pihak perahu speed yang kita sewa. Satu hari perjalnan itu, 5 desa yang berhasil kita singgahi adalah, Kampung Mai Mai, Kampung Namatota, Kampung Lobo, satu desa lagi yang sudah saya lupa namanya dan terakhir adalah Kampung Lumira, setelah kampung itu, tujuan terakhir sang Nahkoda Perahu adalah memancing di tempat yang dia sdh tau sebelumnya, dan itu ternyata ide bersama sang Kepala Tim kita. di judul artikel ini, sengaja Kampung Lobo yang admin sebut, dikarenakan Kampung ini sangat berdekatan dengan Objek Wisata andalan kabupaten Kaimana, tempat yang sudah lama-lama saya inginkan untuk berwisata dan mengabadikan beberapa sudut di daerah ini, daerah itu namanya Teluk Triton, dan inilah beberapa gambar yang sempat teman saya dan saya mengabadikan dengan kamera kesayangannya.


Kampung Lobo Dengan Background Gunung

Anak-anak berain ria di atas pasir kampung Namatota



Salah satu pulau kecil yang luasnya kurang dari seperempat hektar, di pulau ini kita singgah sebentar utuk membakar hasil mancing ikan, sambil mandi sebentar menikmati indahnya pulau
Salah satu anak yang bermain di pantai tanpa di awasi oleh orang tuanya di Kampung Mai Mai

Foto Bersama Warga Kampung Lumira setelah pembagian BLSM, di kampung ini warganya menerima uang biasa-biasa saja, tidak ada reaksi senang atau kecewa untuk beberapa orang yang tidak dapat, mungkin karena uang juga tidak berfungsi banyak di desa ini, kecuali harus ke kota

tampak Wilayah Teluk Triton, di ambil setelah meninggalkan Kampung Namatota Menuju Kampung Lobo, perjalanan Melalui Teluk Triton

Inilah Salah satu sudut desa Lobo

Berfoto Ria di bawah Dermaga Kampung Namatota

Seorang Gadis Kampung Lobo dengan Perahu tradisonalnya

inilah perahu yang kami gunakan selama perjalanan


Dan inilah gambar yang bisa di abadikan saat melewati kawasan teluk Tritan, sayangnya kita tidak sempat singgah barang sebentar di kawasan ini, dan saat perjalanan pulang juga walau sudah kita minta utuk melewati jalur ini lagi sambil berharap masih bisa singgah, namun sayangnya, hari sudah hampir malam, dan perahu yang kita gunakan tidak memungkinkan untuk malam hari alias tidak ada lampu heheh
Salah satu tugu yang di bangun  oleh Pemerintah Hindia Belanda di Kampung Lobo, dinamakan Tugu Fort du Bus

saya bersama tugu Fort du Bus

Narsis di ats perahu di Kampung Mai Mai

Gerbang Pintu Jalan Kampung Namatota

Masih Kawasan Teluk Triton
Inilah Indahnya senja di Kaimana, di ambil saat perlanan Pulang, antara Kampung Nama tota dan Kota Kaimana