Pada bagian ini, akan dibahas hasil penelitian yang memperlihatkan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan pendekatan discovery learning. Data hasil penelitian adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran penguasaan siswa terhadap materi setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II serta hasil observasi selama pelaksanaan tindakan.
Data penelitian ini diolah dalam 2 cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi siswa pada setiap pertemuan, sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif adalah nilai – nilai siswa yang diperoleh melalui tes yang diberikan. Skor atau nilai tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu metode pengolahan data yang menunjukkan karakteristik data dalam ukuran nilai angka yang dapat menggambarkan karakterisrtik data secara jelas. Ukuran nilai angka tersebut adalah rata – rata, standar deviasi, median, varians, skor maksimum, skor minimum yang dicapai siswa pada tes tersebut.
Siklus I
1.Tahap Perencanaan ( planning )
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a.Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) mata pelajaran matematika siswa kelas VIIIa dengan tujuan untuk mengalokasikan waktu yang akan digunakan.
b.Membuat dan mempersiapkan lembar observasi siswa ( LOS ) untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
c.Menyiapkan alat peraga atau model bangun yang akan digunakan dalam pembelajaran.
d.Menyiapkan lembar kerja siswa.
e.Memvalidasi instrument tes
2.Pelaksanaan Tindakan ( action )
Kegiatan yang dilakukan pada atahap ini adalah :
1.Tahap pendahuluan
a.Mengabsen kehadiran siswa
b.Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa
c.Memberi apersepsi yaitu menyampaikan kepada siswa tentang pendekatan pembelajaran yang digunakan pada materi kubus dan balok adalah pendekatan discovery learning yaitu pendekatan yang melatih siswa untuk menemukan dan menggali sendiri pengetahuannya.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang banyak menggunakan tata nalar dan dalam prosesnya banyak melakukan perhitungan. Beberapa pakar yang mendefinisikan pengertian matematika sebagaimana dikemukakan oleh Dr.Mulyono Abdurahman (2003 : 252) antara lain :
Johnson dan Myklebust, mengemukakan bahwa “ matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir “.
Kline, mengemukakan bahwa “ matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif “.
Matematika dikemukakan oleh banyak ahli dalam bukunya H.Erman Suherman, dkk antara lain :
James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep – konsep yang berhungan satu dengan yang lainnya dalam jumlah yang banyak yang terbagi kedalam 3 bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri”.
Selain itu, Johnson dan Rissing (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat. Representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.
Pendidikan merupakan kesatuan dari sub – sub sistem pendidikan. Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan ini dinamakan proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan memperoleh masukan dari lingkungan ( suprasistem ) dan memberikan hasil/keluaran bagi supra sistem tersebut.
Hasil pendidikan merupakan indikator efektifitas dan efisiensi proses pendidikan. Dari hasil pendidikan, sistem pendidikan memperoleh umpan balik terhadap cara kerja dan proses pendidikan yang sudah berjalan. Umpan balik tersebut digunakan oleh sistem pendidikan sebagai masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pendidikan.
Dalam proses pendidikan guru memegang peranan penting dalam pendidikan.
Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberlangsungan proses belajar siswa. Pengertian yang umum dipahami orang awam dibidang pendidikan memaknai bahwa mengajar merupakan penyampaian pengetahuan kepada siswa. Dari pengertian semacam ini, timbul gambaran bahwa peranan dalam proses belajar mengajar dominan dipegang oleh guru, siswa hanya bersifat pasif. Oleh karena itu, konsep mengajar guru dalam pembelajaran matematika harus diubah. Saat ini paradigma ” guru mengajar “ berubah menjadi paradigma “ guru membelajarkan siswa “ (materi pelatihan terintegrasi, 2005 :5).
Dalam era industrialisasi, bangsa indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ). Namun, dalam mengembangkan budaya belajar tersebut perlu di upayakan belajar dan bagaimana belajar itu sendiri harus diwujudkan. Dengan kata lain, budaya belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan, tidak bisa dipisahkan dengan pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. Pengembangan budaya belajar bukan hanya pada satu disiplin ilmu saja , tetapi dikembangkan disemua disiplin ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah disiplin ilmu matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Matematika juga harus mampu menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa dan dapat meningkatkan kemampuan menerapkan ilmu matematika untuk menghadapi tantangan hidup dalam memecahkan masalah. Akan tetapi, pada kenyataannya matematika dianggap sebagai sesuatu yang sangat sulit dan cukup banyak siswa tidak menyukai pelajaran matematika, dalam benak mereka matematika itu merupakan mata pelajaran yang sangat sukar dan sulit dimengerti. Padahal, sesungguhnya unsur-unsur matematika itu menyertai kita dalam kehidupan sehari-hari. Lalu mengapa matematika itu begitu sulit dan menakutkan? boleh jadi karena pembelajarannya yang salah atau mungkin juga karena sengaja dikesankan bahwa matematika itu sulit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi sedemikian sehingga akan berdampak positif pada hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Disamping itu, dalam keseluruhan proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen. Salah satunya komponen yang paling utama adalah siswa. Siswa selalu dituntut aktif dalam proses belajar terutama dalam hal bertanya, dan mampu menyelesaikan atau memecahkan permasalahan. Bertanya merupakan salah satu kegiatan utama dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Semakin aktif siswa bertanya semakin Ia memahami materi pelajaran sehingga akan membuahkan hasil yang positif. Sedangkan pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul . Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan ketrampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin, tepat waktu dan tanggungjawab. Cara berpikir seperti ini dapat dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional.
Berdasarkan hasil pengamatan di tempat PML terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran matematika yaitu :
1. Siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.
2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal ini berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran yang kurang berorientasi pada siswa. Siswa hanya mencatat dan mendengarkan serta melakukan kegiatan sesuai perintah guru.
3. Hasil pembelajaran yang diperoleh siswa setelah mengadakan evaluasi masih jauh di bawah rata-rata (dibawah standar). hal ini berkaitan dengan pemahaman siswa yang masih kurang.
Dengan memperhatikan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat memilih /model/pendekatan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk belajar matematika. Salah satu alternatif yang dicoba untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika yaitu pembelajaran berdasarkan masalah (problem solving). Pada pembelajaran pemecahan masalah atau berdasarkan masalah, siswa bukan hanya dihadapkan oleh masalah yang pada akhirnya dapat memecahkan masalah tetapi juga siswa belajar sesuatu yang baru. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan ketrampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Berdasarkan dari beberapa fakta di atas, maka peneliti mencoba menggunakan penerapan model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep materi/pokok bahasan perkalian.
B. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari adanya penafsiran ganda terhadap variabel yang diteliti maka peneliti membatasi hal-hal dalam melakukan penelitian yaitu:
1. Penelitian dilaksanakan pada SDIT AL IZZAH kelas IIIB Kota Sorong
2. Penelitian terbatas pada pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
3. Penelitian ini mencakup hasil belajar siswa SDIT AL IZZAH Kota Sorong dengan materi ajar perkalian .
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :” Apakah dengan penerapan model pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IIIB SDIT AL IZZAH Kota Sorong tahun pelajaran 2008/2009 dengan materi ajar perkalian”?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai hasil dari penerapan model pembelajaran pemecahan masalah (Problem solving)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi/pokok bahasan perkalian melalui penerapan model pembelajaran pemecahan masalah
b. Untuk melatih siswa memecahkan permasalahan.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Berdasarkan judul penelitian, peneliti mendefinisikan istilah-istilah atau variabel dalam penelitian sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Matematika
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
b. Matematika
Matematika adalah bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Jadi, hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa pada perhitungan dan penalaran matematika setelah melalui kegiatan belajar.
2. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Masalah adalah suatu kondisi yang sulit dan tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara yang rutin, tetapi penyelesaiannya memerlukan penerapan berbagai kemampuan seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Memecahkan suatu masalah adalah suatu aktifitas dasar manusia, karena dalam kehidupan kita selalu berhadapan dengan masalah-masalah, olehnya itu kita perlu mencari penyelesaiannya.
Jadi, model pemecahan masalah adalah penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar dan mengajar dengan jalan melatih siswa mengahadapi berbagai masalah pribadi dan kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakn dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pengembangan model pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pemecahan masalah ( problem solving ).
b. Bagi peneliti
Sebagai umpan balik (feed back) bagi peneliti dalam proses belajar mengajar bidang studi matematika.
d. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
TIFAH WARDA TUHUTERU, 2009 : “Peningkatan hasil belajar matematika
melalui pendekatan pemecahan masalah pada siswa kelas IIIB SDIT AL IZZAH Kota sorong
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( class room action research ) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIIB SDIT Kota Sorong dengan jumlah 16 siswa. Siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Adapun siklus ke II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk kegiatan pembalajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Pengambilan data dilakukan melalui tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi. Serta lembar observasi sebagai data pendukung untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil tes siswa dianalisis secara kuantitatif, sedangkan lembar observasi dianalisis secara kulitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
Terjadi peningkatan untuk semua indikator. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi siswa dari masing-masing siklus. Skor rata-rata keaktifan siswa pada siklus I sebesar 30,35 % meningkat menjadi 56,25 % pada siklus ke II.
Terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Rata-rata siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 60 dan pada siklus ke II, nilai rata-rata siswa mencapai skor 91,25
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran pemecahan masalah, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.