BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan kesatuan dari sub – sub sistem pendidikan. Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan ini dinamakan proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan memperoleh masukan dari lingkungan ( suprasistem ) dan memberikan hasil/keluaran bagi supra sistem tersebut.
Hasil pendidikan merupakan indikator efektifitas dan efisiensi proses pendidikan. Dari hasil pendidikan, sistem pendidikan memperoleh umpan balik terhadap cara kerja dan proses pendidikan yang sudah berjalan. Umpan balik tersebut digunakan oleh sistem pendidikan sebagai masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pendidikan.
Dalam proses pendidikan guru memegang peranan penting dalam pendidikan.
Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberlangsungan proses belajar siswa. Pengertian yang umum dipahami orang awam dibidang pendidikan memaknai bahwa mengajar merupakan penyampaian pengetahuan kepada siswa. Dari pengertian semacam ini, timbul gambaran bahwa peranan dalam proses belajar mengajar dominan dipegang oleh guru, siswa hanya bersifat pasif. Oleh karena itu, konsep mengajar guru dalam pembelajaran matematika harus diubah. Saat ini paradigma ” guru mengajar “ berubah menjadi paradigma “ guru membelajarkan siswa “ (materi pelatihan terintegrasi, 2005 :5).
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan pada PML di sekolah, praktik pembelajaran di kelas lebih berpusat pada guru. Siswa lebih ditekankan pada kemampuan untuk mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) dan kurang menekankan pada pemahaman (understanding). Sehingga kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah dan proses pembelajaran matematika di kelas hanya menjadi proses mengikuti langkah – langkah atau aturan serta contoh yang diberikan pada guru. Selain itu, hasil pembelajaran yang diperoleh siswa setelah mengadakan evaluasi masih berada di bawah nilai rata – rata.
M.Nur dalam materi pelatihan terintegrasi, 2005 : 6 mengemukakan bahwa :
“Pendidikan matematika di Indonesia masih berada pada pendidikan konvensional yang banyak ditandai oleh strukturalistik dan mekanistik. Disamping itu, kurikulumnya terlalu sarat dan kelasnya didominasi pelajaran yang berpusat pada guru”.
Pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah mana yang lebih baik bagi lulusan SMP, siswa yang hanya pandai mengikuti hal – hal yang telah dicontohkan dan dilatihkan gurunya (membeo saja) atau kah siswa yang memiliki kemampuan bagaimana cara belajar yang sesungguhnya. Praktik pembelajaran yang hanya melatih siswa untuk mengikuti gurunya, tidak sesuai dengan arah pengembangan dan motivasi pendidikan di Indonesia .
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang banyak menggunakan tata nalar dalam prosesnya. Dalam buku materi pelatihan terintegrasi, 2005 : 25 dikemukakan bahwa “ objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah abstrak dan sering disebut objek mental “. Hal inilah yang merupakan penyebab sulitnya seorang siswa memahami matematika. Fakta menunjukkan bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika Jaworski (materi pelatihan terintegrasi, 2005 : 19).
Sehingga tidak dipungkiri lagi, kebanyakan siswa memandang pelajaran matematika adalah bidang studi yang paling sulit. Kenyataan ini tak jarang berubah menjadi suatu kebencian terhadap apa saja yang berhubungan dengan matematika.
Disinilah seorang guru harus bisa mengajarkan matematika dengan berusaha mengurangi sifat abstrak dari objek matematika sehingga memudahkan siswa untuk memahami matematika. Dengan kata lain, seorang guru matematika sesuai dengan perkembangan dan penalaran siswanya harus mengusahakan agar ‘ fakta ‘, ‘konsep’ dalam matematika terlihat konkret. Melalui pendekatan discovery learning ini diharapkan praktik pembelajaran yang hanya berpusat pada
guru lebih berpusat pada siswa, dari penekanan mengingat / menghafal kearah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding). Sehingga siswa memahami dan memiliki kemampuan bagaimana cara belajar yang sesungguhnya. Inilah kunci penting yang harus diketahui guru matematika dan diharapkan dapat dijadikan pendorong lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
“ Rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas VIIIa SMP Yapis Quba pada pokok bahasan kubus dan balok “.
C. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka pemecahan masalah sebagai berikut :
“ Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas VIIIa SMP Yapis Quba pada pokok bahasan kubus dan balok, maka diterapkan pendekatan discovery learning “.
D. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari penafsiran ganda, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :
a. Penelitian dilaksanakan pada sekolah SMP Yapis Quba Sorong
b. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIa SMP Yapis Quba
c. Objek penelitian ini terbatas pada penerapan pendekatan discovery learning dan konsep bangun ruang kubus dan balok
d. Penelitian ini menggunakan sampel 1 kelas
e. Penelitian ini mencakup hasil belajar siswa SMP Yapis Quba kota Sorong dengan materi ajar kubus dan balok
f. Pengambilan data dalam penelitian menggunakan metode observasi dan tes
g. Penguasaan siswa terhadap materi dilihat pada proses pembelajaran dan nilai dari tes yang diberikan.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Apakah dengan penerapan pendekatan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kubus dan balok pada siswa kelas VIIIa SMP Yapis Quba tahun pelajaran 2008/2009 ?
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai hasil dari penerapan pendekatan discovery learning
2. Tujuan khusus
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan discovery learning
b. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi peneliti
Sebagai pengetahuan dan umpan balik bagi peneliti tentang pendekatan discovery learning dalam proses belajar mengajar bidang studi matematika yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah kesulitan belajar matematika serta dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika yang bersifat abstrak. Sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
3. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan discovery learning.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari penafsiran ganda terhadap beberapa istilah yang akan digunakan dalam penelitian, maka perlu didefinisikan istilah sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Matematika
a. Hasil Belajar
Pada hakekatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa akibat dari pengolahan informasi yang terjadi melalui proses pembelajaran.
b. Matematika adalah bahasa simbol yang banyak menggunakan tata nalar dan perhitungan dalam prosesnya.
Jadi, hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa yang berupa bahasa simbolik yang banyak menggunakan tata nalar dan perhitungan dalam prosesnya.
2. Pendekatan Discovery Learning
a. Pendekatan adalah suatu jalan, cara / kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran apabila dilihat dari sudut pandang bagaimana proses pengajaran dikelola.
b. Discovery learning adalah pembelajaran melalui proses penemuan.
Jadi, pendekatan discovery learning adalah suatu cara yang ditempuh guru dalam pembelajaran dengan membiarkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
0 Komentar