BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era industrialisasi, bangsa indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ). Namun, dalam mengembangkan budaya belajar tersebut perlu di upayakan belajar dan bagaimana belajar itu sendiri harus diwujudkan. Dengan kata lain, budaya belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan, tidak bisa dipisahkan dengan pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. Pengembangan budaya belajar bukan hanya pada satu disiplin ilmu saja , tetapi dikembangkan disemua disiplin ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah disiplin ilmu matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Matematika juga harus mampu menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan daya nalar siswa dan dapat meningkatkan kemampuan menerapkan ilmu matematika untuk menghadapi tantangan hidup dalam memecahkan masalah. Akan tetapi, pada kenyataannya matematika dianggap sebagai sesuatu yang sangat sulit dan cukup banyak siswa tidak menyukai pelajaran matematika, dalam benak mereka matematika itu merupakan mata pelajaran yang sangat sukar dan sulit dimengerti. Padahal, sesungguhnya unsur-unsur matematika itu menyertai kita dalam kehidupan sehari-hari. Lalu mengapa matematika itu begitu sulit dan menakutkan? boleh jadi karena pembelajarannya yang salah atau mungkin juga karena sengaja dikesankan bahwa matematika itu sulit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi sedemikian sehingga akan berdampak positif pada hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Disamping itu, dalam keseluruhan proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai komponen. Salah satunya komponen yang paling utama adalah siswa. Siswa selalu dituntut aktif dalam proses belajar terutama dalam hal bertanya, dan mampu menyelesaikan atau memecahkan permasalahan. Bertanya merupakan salah satu kegiatan utama dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika di sekolah. Semakin aktif siswa bertanya semakin Ia memahami materi pelajaran sehingga akan membuahkan hasil yang positif. Sedangkan pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul . Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan ketrampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin, tepat waktu dan tanggungjawab. Cara berpikir seperti ini dapat dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional.
Berdasarkan hasil pengamatan di tempat PML terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran matematika yaitu :
1. Siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit.
2. Pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal ini berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran yang kurang berorientasi pada siswa. Siswa hanya mencatat dan mendengarkan serta melakukan kegiatan sesuai perintah guru.
3. Hasil pembelajaran yang diperoleh siswa setelah mengadakan evaluasi masih jauh di bawah rata-rata (dibawah standar). hal ini berkaitan dengan pemahaman siswa yang masih kurang.
Dengan memperhatikan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat memilih /model/pendekatan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk belajar matematika. Salah satu alternatif yang dicoba untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika yaitu pembelajaran berdasarkan masalah (problem solving). Pada pembelajaran pemecahan masalah atau berdasarkan masalah, siswa bukan hanya dihadapkan oleh masalah yang pada akhirnya dapat memecahkan masalah tetapi juga siswa belajar sesuatu yang baru. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan ketrampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Berdasarkan dari beberapa fakta di atas, maka peneliti mencoba menggunakan penerapan model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep materi/pokok bahasan perkalian.
B. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari adanya penafsiran ganda terhadap variabel yang diteliti maka peneliti membatasi hal-hal dalam melakukan penelitian yaitu:
1. Penelitian dilaksanakan pada SDIT AL IZZAH kelas IIIB Kota Sorong
2. Penelitian terbatas pada pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving)
3. Penelitian ini mencakup hasil belajar siswa SDIT AL IZZAH Kota Sorong dengan materi ajar perkalian .
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :” Apakah dengan penerapan model pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IIIB SDIT AL IZZAH Kota Sorong tahun pelajaran 2008/2009 dengan materi ajar perkalian”?
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai hasil dari penerapan model pembelajaran pemecahan masalah (Problem solving)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai materi/pokok bahasan perkalian melalui penerapan model pembelajaran pemecahan masalah
b. Untuk melatih siswa memecahkan permasalahan.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Berdasarkan judul penelitian, peneliti mendefinisikan istilah-istilah atau variabel dalam penelitian sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Matematika
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
b. Matematika
Matematika adalah bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Jadi, hasil belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh siswa pada perhitungan dan penalaran matematika setelah melalui kegiatan belajar.
2. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)
a. Masalah adalah suatu kondisi yang sulit dan tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara yang rutin, tetapi penyelesaiannya memerlukan penerapan berbagai kemampuan seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Memecahkan suatu masalah adalah suatu aktifitas dasar manusia, karena dalam kehidupan kita selalu berhadapan dengan masalah-masalah, olehnya itu kita perlu mencari penyelesaiannya.
Jadi, model pemecahan masalah adalah penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar dan mengajar dengan jalan melatih siswa mengahadapi berbagai masalah pribadi dan kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
F. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakn dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pengembangan model pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model pemecahan masalah ( problem solving ).
b. Bagi peneliti
Sebagai umpan balik (feed back) bagi peneliti dalam proses belajar mengajar bidang studi matematika.
d. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
0 Komentar