Tampilkan postingan dengan label Logo Kota. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Logo Kota. Tampilkan semua postingan

Logo Kota Prabumulih

1 Comment
Kota Prabumulih adalah salah satu Kota yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Secara geografis Kota ini terletak antara 320’09,1” – 3034’24,7” Lintang Selatan dan 104007’ 50,4” – 104019’41,6” Bujur Timur, dengan luas daerah sebesar 434,50 KM2., memiliki penduduk ± 160.000 jiwa dengan luas 435,10 km² dan merupakan salah satu Kota terkecil di Sumatera Selatan.
Sebagian besar keadaan tanah Kota Prabumulih berasal dari jenis tanah Potsolik Merah Kuning dengan derajat kemiringan tanah Kota Prabumulih antara 0 – 40 % pada ketinggian antara ±34 meter dari permukaan laut.
Kota Prabumulih termasuk daerah tropis basah dengan curah hujan 204,45 m3 dan suhu rata-rata 270Celcius.


  • 7 buah kasau, melambangkan Kesatuan Umat Adat dan Belido;
  • Timbangan di bawah payung, melambangkan keseimbangan antara pembangunan fisik dan moral;
  • 6 lekukan atap payung, melambangkan nomor UU pembentukan Kota Prabumulih ( UU No. 6 Tahun 2001 );
  • Motto “PRABUMULIH JAYA”, menandakan semangat masyarakat Kota Prabumulih untuk mencapai adil, makmur, sejahtera dan bersatu;
  • 21 lembar daun nanas dibagian atas buah nanas dan 6 lembar daun nanas di bagian bawah, diapit oleh 17 butir padi dan 10 buah kapas, serta angka 2001 dalam ikatan pita, melambangkan bahwa UU pembentukan Kota Prabumulih Nomor 6 Tahun 2001 bulan juni (6), dan diresmikan pada tanggal 17 bulan oktober )10) Tahun 2001;
  • 4 pilar yang mengapit Sake Payung Pusaka Adat Prabumulih yang disakralkan, menandakan jumlah Kecamatan di Kota Prabumulih;
  • “SEINGGOK SEPEMUNYIAN” berwarna putih, menandakan kebhineka tunggalikaan masyarakat Kota Prabumulih;
  • Lambang berbentuk jantung berwarna hijau, menandakan kesuburan dan Kota Prabumulih adalah jantung Propinsi Sumatra Selatan yang terletak di pertigaan jalan raya dan jalur lintas kereta api yang menghubungkan Palembang-Lampung;
  • Dibawah pilar penyanggah terdapat 2 aliran sungai yang berwarna biru, melambangkan Kota Prabumulih dialiri oleh 2 sungai, yaitu Sungai Rambang dan Sungai Kelekar, dibawah 2 aliran sungai tersebut terdapat 1 aliran sungai berwarna coklat, melambangkan Kota Prabumulih kaya akan minyak dan gas bumi.
 Artikel dikutip dari Wikipedia dan kotaprabumulih.go.id

Logo Kota Metro - Provinsi Lampung

1 Comment
Kota Metro adalah salah satu kota di provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung), merupakan kota terbesar kedua setelah Bandarlampung. Sebelum menjadi kota otonom, Metro merupakan kota administratif yang berfungsi sebagai ibukota Lampung Tengah hingga tahun 1999.

Sekilas Kota Metro

Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro dilebarkan. Pelebaran dan pengaspalan Jl. Jenderal Sudirman (Ganjar Agung, dst) telah selesai dirampungkan, sedangkan Jalan Alamsyah Ratu Perwiranegara (dulu Jl. Unyi) kini dalam tahap penyelesaian. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua di Provinsi Lampung ini.
Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, Lampung Tengah dan Lampung Timur, mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di siang hari penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya.
Pusat perdagangan Metro tersebar di beberapa tempat. Perdagangan barang jadi, pakaian, tekstil, elektronik, dan barang kebutuhan sekunder lainnya, bisa ditemukan di Shopping Center dan Pasar Cendrawasih. Bagi penggemar otomotif kompleks pertokoan Sumur Bandung merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan aksesorinya. Pusat niaga juga ada ketika pagi-pagi di Ganjar Agung dan 16c tempat jualan sayur-mayur dan komoditas pertanian lainnya. Di kompleks pertokoan Sumur Bandung berdiri bangunan Chandra Supermarket dan Swalayan.
Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 3 bioskop yaitu Nuban Ria, Metropol Chandra, dan Shopping. Namun yang saat ini masih beroperasi hanya di Chandra.
Terletak 46 kilometer dari Bandar Lampung, Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai Kota Pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Tengah dan Lampung Timur penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat pulang sekolah. Angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas penduduk Metro.
Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka dan air conditioning. Dibangun sejak tahun 2002 dan sekarang sudah beroperasi. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi kabupaten sekitarnya.
Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota ini , terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Universitas Muhammadiyah Metro, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Agus Salim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri, Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif, Sekolah Tinggi Pertanian, Akademi Pertanian, dan PGSD Unila. Kini pemerintah Kota Metro sedang mengupayakan agar Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro (tidak lagi difungsikan dan menjadi Universitas Terbuka).
Sejarah panjang Kota Metro telah mengantarkan wilayah yang dulunya Bedeng bermetamorfosis menjadi sebuah kota yang sebenarnya. Sebuah wilayah dengan pusat konsentrasi penduduk dengan segala aspek kehidupannya mulai dari bidang pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan budaya.
Ciri kota yang sangat menonjol adalah fisik wilayah yang telah terbangun, tersedianya fasilitas sosial dan public utilities, serta mobilitas penduduk yang tinggi.

Artikel dikutip dari wikipedia

Logo Kota Kupang - Provinsi NTT - Nusa Tenggara Timur

Add Comment
Kota Kupang adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kotamadya ini adalah kota yang terbesar di pesisir Teluk Kupang, di bagian barat laut pulau Timor.

Sebagai kota terbesar di provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang dipenuhi oleh berbagai suku bangsa. Suku yang signifikan jumlahnya di "Kota Kupang" adalah suku Timor, Rote, Sabu, Tionghoa, Flores dan sebagian kecil pendatang dari Jawa.

Luas wilayah Kota Kupang adalah 180,27 km² dengan jumlah penduduk sekitar 450.000 jiwa (2012). Daerah ini terbagi menjadi 6 kecamatan dan 50 kelurahan.

Nama Kupang sebenarnya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai Kopan atau Lai Kopan, yang memerintah Kota Kupang sebelum bangsa Portugis datang ke Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1436, pulau Timor mempunyai 12 kota bandar namun tidak disebutkan namanya. Dugaan ini berdasarkan bahwa kota bandar tersebut terletak di pesisir pantai, dan salah satunya yang strategis menghadap ke Teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja Helong dan yang menjadi raja pada saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi.
Pada tahun 1613, VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), mulai melakukan kegiatan perdagangannya di Nusa Tenggara Timur dengan mengirim 3 kapal yang dipimpin oleh Apolonius Scotte, menuju pulau Timor dan berlabuh di Teluk Kupang. Kedatangan rombongan VOC ini diterima oleh Raja Helong, yang sekaligus menawarkan sebidang tanah untuk keperluan markas VOC. Pada saat itu VOC belum memiliki kekuatan yang tetap di tanah Timor.
Pada tanggal 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de Sao Jacinto tiba di Kupang. Beliau mendapat tawaran yang sama dengan yang diterima VOC dari Raja Helong. Tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jacinto dengan mendirikan sebuah benteng, namun kemudian benteng tersebut ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara mereka. VOC semakin menyadari pentingnya Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu kepentingan perdagangannya, sehingga pada tahun 1625 sampai dengan 1663, VOC melakukan perlawanan ke daerah kedudukan Portugis di pulau Solor dan dengan bantuan orang-orang Islam di Solor, Benteng Fort Henricus berhasil direbut oleh VOC.
Pada tahun 1653, VOC mendarat di Kupang dan berhasil merebut bekas benteng Portugis Fort Concordia, yang terletak di muara sungai Teluk Kupang di bawah pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang langsung dipimpin oleh Openhofd J. van Der Heiden. Selama menguasai Kupang sejak tahun 1653 sampai dengan tahun 1810, VOC telah menempatkan sebanyak 38 Openhofd dan yang terakhir adalah Stoopkert, yang berkuasa sejak tahun 1808 sampai dengan tahun 1810.
Nama Lai Kopan kemudian disebut oleh Belanda sebagai Koepan dan dalam bahasa sehari-hari menjadi Kupang. Untuk pengamanan Kota Kupang, Belanda membentuk daerah penyangga di daerah sekitar Teluk Kupang dengan mendatangkan penduduk dari pulau Rote, Sabu dan Solor. Untuk meningkatkan pengamanan kota, maka pada tahun 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan batas-batas kota yang diterbitkan pada Staatblad Nomor 171 tahun 1886. Oleh karena itu, tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai tanggal lahir Kota Kupang.
Setelah Indonesia merdeka, melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 6 Februari 1946, Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang, yang kemudian dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan bentuk Timor Elland Federatie atau Dewan Raja-Raja Timor dengan ketua H. A. A. Koroh, yang juga adalah Raja Amarasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Swapraja Kupang Nomor 3 tahun 1946 tanggal 31 Mei 1946 dibentuk Raad Sementara Kupang dengan 30 anggota. Selanjutnya pada tahun 1949, Kota Kupang memperoleh status Haminte dengan wali kota pertamanya Th. J. Messakh. Pada tahun 1955 ketika menjelang Pemilu, dengan Surat Keputusan Mendagri Nomor PUD.5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955, Kota Kupang disamakan statusnya dengan wilayah kecamatan.
Pada tahun 1958 dengan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958, Provinsi Sunda Kecil dihapus dan dibentuk 3 daerah Swantara, yaitu Daerah Swantara Tk I Bali, Daerah Swantara Tk I Nusa Tenggara Barat dan Daerah Swantara Tk I Nusa Tengara Timur. Kemudian Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II (Kabupaten) yang antara lain Kabupaten Kupang. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 Tahun 1969 tanggal 12 Mei 1969 dibentuk wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kota Kupang.
Kecamatan Kota Kupang mengalami perkembangan pesat dari tahu ke tahun. Kemudian pada tahun 1978 Kecamatan Kota Kupang ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1978, yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1978. Pada waktu itu Drs. Mesakh Amalo dilantik menjadi Walikota Administratif yang pertama dan kemudian diganti oleh Letkol Inf. Semuel Kristian Lerik pada tanggal 26 Mei 1986 sampai dengan perubahan status menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang. Perkembangan Kota Administratif Kupang sangat pesat selama 18 tahun, baik di bidang fisik maupun non fisik.
Usulan rakyat dan Pemerintah Kota Admnistratif Kupang untuk mengubah status menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang disetujui oleh DPR RI dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang menjadi Undang-Undang pada tanggal 20 Maret 1996 dan ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia dan tertuang pada Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632 Tahun 1996. Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang diresmikan oleh Mendagri Mohammad Yogi S. M. pada tanggal 25 April 1996.
Kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang berubah menjadi Kota Kupang.
artikel dikutip dari wikipedia

Logo Kota Ternate

Add Comment

FILOSOFI LAMBANG

Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 1 tahun 2000


Lambang atau Logo Kota Ternate bertuliskan “Maku Gawene” mengandung makna saling menyayangi, cinta dan kasih sayang sesama manusia dan antara manusia dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Dasar lambang Kota Ternate berbentuk perisai bersudut tiga mencerminkan karakteristik , fungsi dan peran kota Ternate sebagai Kota budaya, Kota Wisata dan Perdagangan, Kota Pulau dan pantai.
Bintang di puncak lambang kota Ternate menggambarkan religius, ketakwaan dan Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Lingakaran di tengah dasar lambang kota Ternate merupakan ungkapan rasa persaudaraan dan persahabatan sesama manusia di muka bumi.

Gerak ikan pari yang dinamis dengan badannya lebar terbuka mengungkapkan daerah kota Ternate yang terus berkembang.

Dalam lambang daerah kota ternate terdapat bunga cengkeh disisi kanan, buah pala di sisi kiri serta ikan pari di tengah yang dirangkai oleh daun cengkeh dan daun pala.

Lambang kota Ternate memantulkan jaringan warna yang serasi dengan makna unsur-unsurnya.

Biru       : Ungkapan Kecemerlangan, keteguhan dan kesabaranKuning : Kemakmuran dan Kesejahteraan
Coklat    : Tegas, penuh rasa tanggung jawab
Hijau     : Kesuburan, kedamaian dan religius
Putih     : Bersih, ungkapan kesucian, keikhlasan dan kerelaan
Hitam     : Kewaspadaan, kekuatan, kepastian, kedisiplinan, dan ketegasan
Sumber : http://bappeda.kota-ternate.go.id/index.php/data-dan-informasi-utama-mainmenu-35/profil-investasi-mainmenu-39/44-other/64-arti-lambang

Berikut adalah Daftar logo/lambang lengkap dengan kategori:

Kumpulan Logo/Lambang Militer Indonesia
Logo/Lambang Korem Seluruh Indonesia
Kumpulan Logo Muhammadiyah
Logo Bank Seluruh Indonesia
Logo Polda Seluruh Indonesia
Logo Kota di Seluruh Indonesia
Logo Kabupaten Seluruh Indonesia
Logo/Lambang Provinsi Seluruh Indonesia
Logo Batalyon Infanteri (Yonif) Seluruh Indonesia
Kumpulan Logo Badan Usaha Milik Negera (BUMN)
Kumpulan Logo Asuransi di Indonesia
Logo Politeknik Seluruh Indonesia
Logo Universitas Seluruh Indonesia
Logo Partai Politik Indonesia
Kumpulan Logo Perusahaan
Kumpulan Logo Baru Indonesia
Kumpulan Logo Lama Indonesia
Logo Kodam Seluruh Indonesia

Logo Kota Ambon

Add Comment

logo kota Ambon
Bentuk dan warna lambang Kota Ambon
Lambang Kota Ambon merupakan suatu rangkaian keseluruhan dan terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
  • Belang manggurebe dengan 5 (lima) orang yang mengayuhnya mengambil kedudukan tempat yang sentral
  • Lautan berwarna biru tua;
  • Tiga buah gunung berwarna hijau muda;
  • Langit berwarna biru muda dengan 8 (delapan) ekor burung talang di udara;
  • Benteng berwarna kelabu dan diatasnya tulisan “Kotapraja Ambon” pada dasar pita putih, warna huruf hitam, pad abagian tengah atas dari pada benteng terpancang tombakdengan warna dasar hitam;
Bagian-bagian tersebut di atas, dilingkari pada bagian kiri dan kanan, serta bagian bawah dengan :
- Sepelepah daun sagu sebelah kanan dengan warna dasar hijau tua;
- Serangkai buah kelapa yang baru mekar dengan kuningnya berwarna kuning coklat sebelah kiri;
- Parang Salawaku pada bagian bawah, lingkaran pada bagian pertemuan antara pangkal tangkai dahan sagu dan pangkal rangkaian buah kelapa tersebut pada sub 6 diatas.
- Pada bagian terbawah dari keseluruhan bagian-bagian tersebut ditetapkan motto : “Bersatu Manggurebe Maju”, warna huruf hitam ditulis di atas pita berwarna putih.

Yang merupakan lambang adalah rangkaian keseluruhan bagian-bagian tersebut diatas.

Lambang ditempatkan atas bidang yang berbentuk segitiga (sama kaki) dengan sudut puncaknya dibagian bawah.

Warna dasar dari bidang lambang ini adalah merah tua dan pada tepi kedua kaki yang sama panjang yang diberi umbai-umbai berwarna kuning.

# Penjelasan Gambar serta warna-warna dalam lambang

Keterangan dari masing-masing bagian dan warna-nya sehubungan dengan artinya sebagai pelambang (simbolis) adalah sebagai berikut :
  • Belang manggurebe serta lima orang yang mengayuhnya dengan warna dasar putih
Penjelasan arti : bentuk pelambang yang bersifat khas Daerah Maluku yang secara jelas sekali melambangkan dinamika gerak maju untuk mencapai tujuan atas dasar-dasar; Gotong royong, Jiwa dan semangat persatuan, Disiplin, Pimpinan, Kepastian tujuan
Kelima orang yang mengayuhnya melambangkan persatuan kegotongroyongan sesuai dengan dasar Pancasila.
Warna dasar putih melambangkan kesucian.
  • Lautan dengan warnanya yang biru tua menggambarkan secara realistis keadaan lautan di daerah Maluku khususnya.
Sebagai pelambang maka lautan dan gelombangnya melambangkan pula samudra perjuangan yang dihadapi dalam usaha kita untuk mencapai tujuan cita-cita kita.
  • Tiga buah gunung berwarna hijau muda, langit berwarna biru muda serta delapan ekor burung talang.
Jika dihubungkan sekaligus dengan lautan menggambarkan keindahan dan kemegahan alami di Maluku dan ibukotanya Ambon.
Ini juga menggambarkan segi geografis Daerah Maluku yaitu Daerah yang terdiri dari rangkaian kepulauan yang dihubungkan dengan lautan.
Tiga buah gunung merupakan sejarah Trikora dimana Daerah Maluku khususnya Kotapraja Ambon telah turut memberi saham yang sangat besar artinya (Kotapraja Ambon adalah satu-satunya Kotapraja di garis depan dalam pelaksanaan Trikora)
  • Benteng berwarna Kelabu adalah pelambang kota dan hal ini dijelaskan dengan tulisan “Kotapraja Ambon” di atas dinding benteng tersebut.
  • Tombak dan Parang Salawaku melambangkan senjata rakyat untuk mempertahankan kemerdekaannya.
  • Lingakaran pelepah daun sagu serta rangkaian buah kelapa yang baru mekar (6) melambangkan sumber hidup rakyat di Daerah Maluku sejak purbakala.
  • Motto : “Bersatu Manggurebe Maju” merupakan intisari dari keseluruhan arti lambang tersebut.
  • Jumlah bungkal batu pada dinding benteng yang masing-masing terdiri dari 18 dan 17 bungkal melambangkan 1817 (melambangkan memuncak semangat patriotik rakyat Maluku di bawah pimpinan Kapitan Pattimura untuk menentang penjajahan).
  • Buah kelapa yang baru mekar sebanyak 17 buah, burung talang sebanyak 8 ekor dan daun sagu sebanyak 45 helai melambangkan angka keramat 17–8-1945
3. Keterangan

Semua bentuk-bentuk yang merupakan bahan dasar untuk lambang adalah bentuk-bentuk nyata yang mengandung arti dan nilai dalam hidup sehari-hari rakyat di Maluku dan dipersatukan dalam satu rangkaian keseluruhan sehingga dengan demikian secara jelas menonjolkan hal sebagai berikut:
Sifat khas Kotapraja Ambon dalam kedudukannya sebagai Ibukota Daerah Tingkat I Maluku
Dasar dan tujuan yang identik dengan dasar dan tujuan negara dan bangsa kita dalam menyelesaikan revolusinya.
Bidang segitiga dengan warna dasar merah tua di atas, dimana lambang ditempatkan dan umbai-umbai kuning pada bagian tepi kedua sisinya adalah warna-warna dasar yang dikenal dan bernilai, khususnya merah untuk masyarakat Daerah Maluku melambangkan tekad dan keberanian, sedangkan kuning melambangkan keluhuran.

Berikut adalah Daftar logo/lambang lengkap dengan kategori:

Kumpulan Logo/Lambang Militer Indonesia
Logo/Lambang Korem Seluruh Indonesia
Kumpulan Logo Muhammadiyah
Logo Bank Seluruh Indonesia
Logo Polda Seluruh Indonesia
Logo Kota di Seluruh Indonesia
Logo Kabupaten Seluruh Indonesia
Logo/Lambang Provinsi Seluruh Indonesia
Logo Batalyon Infanteri (Yonif) Seluruh Indonesia
Kumpulan Logo Badan Usaha Milik Negera (BUMN)
Kumpulan Logo Asuransi di Indonesia
Logo Politeknik Seluruh Indonesia
Logo Universitas Seluruh Indonesia
Logo Partai Politik Indonesia
Kumpulan Logo Perusahaan
Kumpulan Logo Baru Indonesia
Kumpulan Logo Lama Indonesia
Logo Kodam Seluruh Indonesia

Logo Kota Manado

Add Comment
Logo Kota Manado
Bentuk serta arti lambang Kota Manado adalah : berbentuk perisai, yang memiliki delapan sub bentuk serta sejumlah makna yang menjadi ciri khas di seputaran kehidupan warga dan melambangkan arti dari nasionalis.

Burung Manguni dalam sikap terbang melambangkan kebudayaan asli suku Minahasa.

Bungken atau tombak berikatan pita merah bertuliskan ‘Sitou Timou Tumou Tou’ yang artinya Manusia Hidup Untuk Memanusiakan Orang Lain.

Di bagian bawahnya nampak gambar laut, melambangkan Kota Manado merupakan bandar pelabuhan dan perdagangan, tombak bertiga puncak melambangkan ketiga “pakasaan” yang merupakan asal usul Kota Manado yaitu: Pakasaan Ares, Pakasaan Wenang, Titiwungen, dan Pakasaan Singkil.

Empat garisan gelombang melambangkan suku-suku Sangihe Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Gorontalo yang merupakan unsur utama penduduk Sulawesi Utara (Sulut) dengan Kota Manado sebagai Ibukota Propinsi Sulut dan pegunungan melambangkan keadaan bumi Kota Manado.

Pohon kelapa kanan, berpelapah sembilan buah dengan helai daun masing-masing daun lima buah melambangkan Proklamasi Indonesia 1945. Kelar-kelar pohon kelapa empat belas banyaknya pohon kelapa, dua buah dan pohon kelapa kiri berpelepah delapan dengan lima helai daun masing-masing dari satu pelepah yang ujung dengan enam helai daun disertai kedua bendera merah putih pada kiri kanannya, ke semuanya melambangkan Aksi Merah Putih 14 Februari 1946 yang bermaksud mempertahankan Kedaulatan Negara Proklamasi 1945. Sementara, pohon kelapa dengan masing-masing mempunyai lima buah melambangkan Pancasila. Batang melambangkan Pancasila selaku dasar dan tujuan dari pola petahanan dan penyelenggaraan Kota Manado.

Sedangkan secara terperinci, lambang Kota Manado yaitu mulai dari pita dan sayap manguni melengkung teratur dan hampir parallel menghadap ke atas, garis putih memisahkan ujung sayap manguni dan bagian darat di bawah bendera, garis putih pula memisahkan ke empat bukit pada sebelah atasnya disertai garis putih lurus mendatar pada bagian kaki bukit.

Gelombang empat buah berbiga alir arah ke atas dengan puncak alunan mengarah ke puncak tombak bagian atasnya, gelombang empat buah berbiga alir arah ke atas dengan puncak, alunan mengarah ke puncak tombak bagian atasnya, dasar pohon kelapa melengkung ke bawah di atas puncak tombak di bagian tanah, pohon-pohon kelapa melengkung arah ke luar secara simetris, keempat pasang pelepahnya sebelah menyebelah melengkung arah ke bawah secara teratur, sedang pelepah ujungnya tegak ke atas dengan pelepah arah ke dalam.

Sementara bendera melengkung dari atas arah keluar, pada mata tombak melengkung keluar pada bagian bawahnya, kelapa tiang bendera bulat panjang serta mendatar. 

Sumber : manadokota.go.id

Logo Kota Lhokseumawe

Add Comment
LOGO KOTA LHOKSEUMAWE
Arti Lambang Kota Lhokseumawe
Pada posting sebelumnya kita telah membahas tentang Kota Langsa dan lambangnya. Pada posting kali ini akan kita lanjutkan dengan membahas tentang arti lambang Kota Lhokseumawe. Namun sebelum masuk ke pembahasan tentang arti lambang Kota Lhokseumawe, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu sekilas wawasan tentang Kota Lhokseumawe.

A. Sekilas wawasan tentang Kota Lhokseumawe
Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatera. Yakni berada di jalur antara Kota Banda Aceh dan Kota Medan, sehingga kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi Provinsi Aceh. Asal Kata Lhokseumawe adalah "Lhok" dan "Seumawe".  Lhok artinya dalam, teluk, palung laut, Seumawe artinya air yang berputar-putar atau pusat mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan sekitarnya.

    Kota Lhokseumawe dibagi menjadi 4 kecamatan, yaitu:
  •         Kecamatan Banda Sakti
  •         Kecamatan Blang Mangat
  •         Kecamatan Muara Dua
  •         Kecamatan Muara Satu
Hari jadi Kota Lhokseumawe adalah tanggal 21 Juni 2001. Lhokseumawe ditetapkan statusnya menjadi kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001. Kode telepon untuk wilayah Kota Lhokseumawe adalah +62 645 atau 0645.
Beberapa objek wisata yang dinilai sangat menunjang kemampuan Sektor Pariwisata Kota Lhokseumawe, antara lain :
  •         Pantai Ujong Blang
  •         Pantai Rancong
  •         Pulau Seumadu
  •         Pantai Reklamasi Pusong
  •         Pantai Meuraksa
  •         Museum Tsunami
  •         Krueng Cunda
Bandar Udara yang ada di Kota Lhokseumawe yaitu Bandar Udara Malikus Saleh Dan Bandar Udara Lhok Sukon

B. Arti Lambang Kota Lhiokseumawe

Inilah gambar lambang Kota Lhokseumawe, sumber gambar dari wikipedia/Lhokseumawe
arti lambang,lambang provinsi ,logo provinsi,gambar lambang, arti lambang Kota Lhokseumawe,logo-logo, logos,membuat logo,daftar provinsi, Kota Lhokseumawe
 
Lambang Kota Lhokseumawe :

    Bintang / Kubah Mesjid
    Melambangkan Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
    Pita Merah Putih
    Melambangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
    Padi dan Kapas
    Melambangkan Kemakmuran
    Rumoh Aceh / Pintu Aceh
    Melambangkan Ciri Khas Budaya Aceh

Logo Kota Langsa

Add Comment
LOGO KOTA LANGSA
Nama Resmi
:
Kota Langsa
Ibukota
:
Langsa
Provinsi 
:
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Batas Wilayah
:
Utara: Selat MalakaSelatan: Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur 
Barat: Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur
Timur: Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang
Luas Wilayah
:
262,41 Km²
Jumlah Penduduk
:
175.818 Jiwa 
Wilayah Administrasi:
Kecamatan : 5, Kelurahan : 6, Desa : 45
Alamat Kantor :
Jl. Ahmad Yani, Langsa
Telp.(0641)-21839
Website :
http://www.langsakota.go.id
(Permendagri No.66 Tahun 2011)

Sejarah

SEJARAH PEMERINTAH KOTA LANGSA

Sebelum Ditetapkan Menjadi Kota, Langsa Adalah Bagian Dari kabupaten Aceh Timur Yang Ibukota Kabupatennya adalah langsa dan Merupakan Kota Administratif Yang Dibentuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 Tanggal 22 Oktober 1991, dan Diresmikan Oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Pada Tanggal 2 April 1992.

Kemudian, sesuai dengan perkembangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam baik dari segi Budaya, Politik dan Ekonomi, Propinsi ini Semakin Dituntut Mengembangkan diri, Khususnya dari segi Pemerintahan sehingga pada Tahun 2001 terbentuklah Kota Langsa yang merupakan Pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 pada tanggal 21 Juni 2001 dan Peresmiannya dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2001 Oleh Menteri dalam Negeri Atas Nama Presiden Republik Indonesia, Pejabat Walikota Pertama Yaitu H. Azhari Aziz, SH, MM yang dilantik Oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada Tanggal 2 Nopember 2001 di Banda Aceh. Dan sebagai Walikota Definitif Hasil Pilkadasung 2006 adalah Drs. Zulkifli Zainon, MM yang dilantik oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 14 Maret 2007 di Langsa.

Pada awal terbentuknya Kota Langsa terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Timur dengan Jumlah Desa Sebanyak 45 Desa (Gampong) dan 6 Kelurahan. Kemudian dimekarkan menjadi 5 Kecamatan Berdasarkan Qanun Kota Langsa No 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Langsa lama dan Langsa Baro.

Logo Kota Banda Aceh

Add Comment
LOGO KOTA BANDA ACEH
 Visi dan Misi
Tujuan Visi
  1. Membangun hubungan dan keikutsertaan masyarakat yang kuat untuk menumbuh kembangkan kebanggaan dan kepribadian sebagai warga Kota Banda Aceh yang Islami;
  2. Mengembangkan nilai-nilai kebesaran dan potensi daerah Kota Banda Aceh, sebagai  Ibukota Provinsi, Pusat Pe rdagangan, Pendidikan dan Budaya;
  3. Mengembangkan kerjasama dengan masyarakat untuk memelihara dan menata sumber daya alam dan lingkun gan untuk dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan sebagai warisan bagi generasi yang akan datang;
  4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta tumbuhnya peluang ekonomi sebagai wujud dari kebesaran Kota Banda Aceh yang islami;
  5. Membangun Pemerintahan yang efisien, akuntabel, transparan, partisipatif dan mampu melayani masyarakat secara optimal melalui pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik.

PENJELASAN MISI
  1. Melakukan berbagai upaya positif konstruktif dalam rangka memastikan terlaksananya syari’at Islam secara kaffah di Kota Banda Aceh;
  2. Merevitalisasi Kota Banda Aceh menjadi pusat pariwisata yang mampu membangkitkan dan mendorong tumbuh dan berkembangnya aktifitas dan kegiatan masyarakat guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan;
  3. Meningkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan;
  4. Menumbuh-kembangkan ekonomi kerakyatan bagi masyarakat miskin perkotaan, terutama bagi kaum perempuan dan masyarakat marjinal;
  5. Menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan daerah melalui kebijakan yang mendorong terciptanya peluang investasi berskala lokal, nasional dan internasional;
  6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, transportasi dan pemukiman rakyat, baik di perkotaan maupun di pinggiran kota;
  7. Membangun dan memperbaiki kredibilitas, kapasitas manajemen dan kinerja aparatur pemerintahan daerah.
Penjelasan Grand Strategy (Strategi dan Arah Kebijakan Daerah)
  • Mewujudkan Kepemerintahan yang Amanah 
  1. Seluruh masyarakat memiliki kepastian hukum dalam melaksanakan aktivitasnya secara syariat Islam, aman, rukun, tertib dan damai;
  2. Penyandang masalah kesejahteraan sosial mendapat pembinaan pemerintah;
  3. Pemerintah memilki  Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan basis data yang akurat dan terkini;
  4. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan dan pelayanan publik pada semua tingkatan pemerintahan dilaksanakan secara terpadu, dengan tertib administrasi yang transparan, akuntabel dan cepat;
  5. Seluruh aparatur memiliki kompetensi dan pola pengembangan karir yang jelas sesuai dengan bidangnya dan
  6. perempuan dan anak-anak mendapatkan perlindungan hukum serta kesempatan yang sama dalam melaksanakan aktifitasnya.
  • Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
  1. Kota Banda Aceh memiliki SDM yang religius dan professional untuk mengelola pariwisata;
  2. Seluruh sarana pendidikan dan kesehatan memenuhi standar mutu dan mudah dijangkau/menjangkau masyarakat di wilayahnya sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal);
  3. Seluruh anak usia sekolah menyelesaikan pendidikan minimal SLTA/sederajat dengan lulusan yang menguasai ICT, Bahasa Inggris, bahasa asing lainnya, IMTAQ dan IPTEK serta berwawasan wirausaha;
  4. Seluruh gampong/kelurahan menjadi Desa Siaga dan Gampong Madani;
  5. Setiap KLB dan narkoba mendapatkan penanggulangan secara cepat dan efektif;
  6. Seluruh keluarga sadar gizi dan ikut Keluarga Berencana (KB).
  • Melibatkan Peran Serta Aktif Masyarakat dalam Pembangunan
  1. Seluruh, ulama, cendekiawan, tokoh masyarakat dan tokoh adat berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang ramah wisata dan lingkungan;
  2. Setiap kecamatan memiliki kelompok sadar  wisata, seni budaya unggulan dan kreasi inovatif dalam menunjang wisata Islami.
  • Membangun Infrastruktur Perkotaan yang Mendukung Pariwisata
  1. Seluruh pembangunan dilaksanakan berdasarkan RTRW yang berbasis wisata bernuansa Islami;
  2. Kawasan pantai dan krueng Aceh menjadi kawasan ‘Waterfront City dengan sarana wisata, transportasi air dan olah raga air;
  3. Seluruh lokasi objek wisata, sentra produksi dan kawasan komersial dan pemukiman memiliki sarana ibadah, informasi, air bersih, drainase, sanitasi, ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan transportasi yang ramah lingkungan, lancar, aman, dan nyaman;
  4. Kota Banda Aceh bebas dari sampah dan seluruh sampah diolah menjadi produk benilai tambah;
  5. Kota Banda Aceh memiliki sistem mitigasi bencana yang efektif.
  • Menumbuh-kembangkan Ekonomi Rakyat
  1. Seluruh potensi sosial budaya, wisata, peninggalan sejarah dan tsunami dikelola dan dipromosikan secara profesional serta dijadikan referensi untuk kreasi inovatif tanpa menghilangkan ciri-ciri keacehan;
  2. Setiap Kecamatan memiliki komoditas unggulan dan sentra pelatihan produksinya serta pendampingan kewirausahaan dan lembaga keuangan mikro yang mampu menjamin pembiayaan komoditas unggulannya;
  3. Setiap komoditas unggulan menerapkan standar mutu, design dan kemasan yang kompetitif serta pasar yang pasti di manca negara;
  4. Setiap Kecamatan memiliki pasar yang mampu menjamin pemasaran produk unggulan wilayahnya serta ketersediaan sembako (bahan pokok) dan input produksi dengan harga terjangkau;
  5. Setiap Gampong/Kelurahan memiliki kelompok usaha yang produktif dalam memajukan potensi Gampong/Kelurahan;
  6. Seluruh pengelolaan SDA dilaksanakan dengan sistem yang menjamin keberlanjutan dan memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat sekitar dan
  7. Seluruh potensi investasi dan informasi pasar dapat di akses secara online dan terintegrasi antar SKPD.
Kota Banda Aceh adalah salah satu kota sekaligus ibu kota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Sejarah

Banda Aceh atau Banda Aceh Darussalam telah dikenal sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam sejak tahun 1205 dan merupakan salah satu kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Kota ini didirikan pada hari Jumat, 1 Ramadhan 601H (22 April 1205) oleh Sultan Alaidin Johansyah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri[3]. Berdasarkan hal tersebut maka diaturlah Peraturan Daerah Aceh Nomor 5 Tahun 1988 yang menetapkan tanggal 22 April 1205 sebagai tanggal berdirinya kota tersebut.

Banda Aceh Darussalam pernah menderita kehancuran pada waktu pecah "Perang Saudara" antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.[rujukan?]

Selain itu dalam beberapa catatan sejarah, diketahu bahwa Laksamana dari kerajaan Cina, Cheng Ho pernah singgah di Banda Aceh dalam ekspedisi pertamanya antara tahun 1405 - 1407 setelah singgah terlebih dahulu di Palembang. Pada saat itu kerajaan Aceh dikenal dengan kerajaan Samudera Pasai. Pada saat itu Cheng Ho memberikan lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh,[rujukan?] yang kini tersimpan di museum Banda Aceh.

Pada saat terjadi perang melawan ancaman kolonialisme, Banda Aceh menjadi pusat perlawanan Sultan dan rakyat Aceh selama 70 tahun sebagai jawaban atas ultimatum Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837. Setelah rakyat Aceh kalah dalam peperangan ini maka diatas puing kota ini pemerintahan kolonial Belanda mendirikan Kutaraja yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal Van Swieten di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874.

Pergantian nama ini banyak terjadi pertentangan di kalangan para tentara Kolonial Belanda yang pernah bertugas dan mereka beranggapan bahwa Van Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan Belanda karena telah berhasil menaklukkan para pejuang Aceh dan mereka meragukannya.

Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43

Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan hasil SPAN2005 (Population Census in Aceh and Nias, 2005) jumlah penduduk Kota Banda Aceh pasca tsunami adalah sebesar 177.881 jiwa.

Logo Kota Sabang

Add Comment
LOGO KOTA SABANG

Profil

Nama Resmi:Kota Sabang
Ibukota:Sabang
Provinsi :NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Batas Wilayah:Utara: Selat Malaka
Selatan: Samudra Hindia.
Barat: Samudra Hindia.
Timur: Selat Malaka.
Luas Wilayah:153,00 Km²
Jumlah Penduduk:35.600 Jiwa
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 2, Kelurahan : 18, Desa :-
Website:
  http://www.sabangkota.go.id/





Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar.

Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo.

Di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot.

Pulau Weh merupakan sebuah pulau vulkanik, sebuah pulau atol (pulau karang) yang proses terjadinya mengalami pengangkatan dari permukaan laut. Proses terjadinya dalam tiga tahapan, terbukti dari adanya tiga teras yang terletak pada ketinggian yang berbeda.

Umumnya Pulau Weh terdiri atas dua jenis batuan, yaitu tuf marina dan batuan inti. Tuf marina dijumpai hampir sepanjang pantai sampai pada ketinggian 40 sampai 50 meter. Lapisan tuf yang terlebar didapat di sekitar kota Sabang, di bagian pantai berlapis sempit. Batuan sempit adalah batuan vulkanik yang bersifat andesitik.

Berdasarkan wilayah, tampak bahwa wilayah barat Pulau Weh terdapat topografi paling berat. Mulai dari Sarong Kris sebagai puncak tertinggi di sebelah Timur, terdapat tiga barisan punggung yang berjolak menuju ke Barat Laut, sehingga lembah-lembah yang ada di antara punggung itu sempit.

Topografi di sebelah Timur terdapat sebuah pegunungan yang arahnya dari Utara ke Selatan yang memisahkan Pulau Weh Timur dengan bagian lainnya. Gunung Leumo Mate merupakan puncak yang tertinggi. Di bagian ini terdapat lapisan tuf marina yang lebih besar. Di antara bagian Barat dan Timur terdapat aliran dua buah sungai, yaitu Sungai Pria Laot dan Sungai Raya. Daerah ini merupakan sebuah slenk dari sebuah fleksun (patokan yang tidak sempurna).

Logo Kota Subulussalam

Add Comment
LOGO KOTA SUBULUSSALAM

Profil

Nama Resmi:Kota Subulussalam
Ibukota:Subulussalam
Provinsi :NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Batas Wilayah
:
Utara: Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara danKabupaten Dairi, Sumatera Utara
Selatan:  Kecamatan Singkohor dan Suro Baru, Kabupaten Aceh Singkil
Barat:  Kecamatan Trumon dan trumon Timur, Kabupaten Aceh selatan
Timur:  Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara
Luas Wilayah:1.391,00 Km²
Jumlah Penduduk:72.919 Jiwa 
Wilayah Administrasi:Kecamatan : 5, Kelurahan : -, Desa : 75
Alamat KantorJl. Teuku Umar
Website:-

(Permendagri No.66 Tahun 2011)

Sejarah

Adapun mengenai riwayat hidupnya, para sarjana berbeda pendapat karena tidak diketahui secara pasti tempat dan kapan lahirnya, akan tetapi berdasarkan fakta sejarah yang ada, Hamzah Fansuri diperkirakan hidup pada medio abad ke-16 saat Aceh dibawah pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah Sayyidil Mukammil (997-1011 H/ 1589-1604 M). Dari nama belakangnya “Fansur” dapat kita ketahui bahwa ia berasal dari Barus, kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, daerah pesisir Barat pulau Sumatra itu bila diterjemahkan ke dalam bahasa Arab akan menjadi “Fansur”. Sebagaimana tertulis dalam syairnya “Burung Pingai”; Hamzah Fansuri di Negeri Melayu// Tempatnya kapur di dalam kayu// Asalnya manikam tiadakan layu// Dengan ilmu dunia di manakan payu. ‘Kapur’ ini sama maknanya dengan ‘Barus’. Dari sinilah tercipta kosa kata majemuk “kapur barus”.
Menurut Taufiq Ismail, dalam sastra Indonesia, yang cikal bakalnya adalah dari bahasa Melayu, posisi Hamzah Fansuri begitu urgensi karena dialah penyair pertama yang menulis bentuk syair dalam bahasa Melayu empat abad silam. Kontribusi besarnya bagi bahasa Melayu adalah fondasi awal yang dipancangkannya terhadap peranan bahasa Melayu sebagai bahasa keempat di dunia Islam sesudah bahasa Arab, Persia, dan Turki Utsmani.
Hamzah Fansuri banyak mendapat asupan ilmu di Zawiyah/Dayah Blang Pria Samudera/Pasai, Pusat Pendidikan Tinggi Islam yang dipimpin oleh Ulama Besar dari Persia, Syekh Al-Fansuri,  nenek moyangnya Hamzah. Kemudian Hamzah Fansuri mendirikan Pusat Pendidikan Islam di pantai Barat Tanah Aceh, yaitu Dayah Oboh di Rundeng, Subulussalam. Kedalaman ilmu yang dimiliki telah mengangkatnya ke tempat kedudukan tinggi dalam dunia sastra Nusantara. Oleh Prof Dr Naguib Al-Attas ia disebut “Jalaluddin Rumi”nya Kepulauan Nusantara, yang tidak terbawa oleh arus roda zaman. Ulama dan pujangga Islam Nusantara tersohor Hamzah Fansuri meninggal pada akhir pemerintahan Sulthan Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636 M). Dimakamkan di kampung Oboh Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam di Hulu Sungai Singkil.

Arti Logo


arti dari lambang kota subulassalam
Perisai = Kekuatan dan Kekokohan
Rantai = Kebulatan Tekad
Bintang = Nilai Ketuhanan yang Maha Esa
Kitab Terbuka = Kesungguhan untuk menjaga Syariat Islam
Padi dan Kapas = Kesejahteraan yang ingin dicapai masyarakat Kota Subulussalam
Bukit dan Air = Karakteristik dan Topografi Wilayah
Pohon Kepala Sawit = Potensi Andalan Kota Subulussalam
Pepinangan = Penghargaan dan Penghormatan
Pedang = Semangat Kepahlawanan Mengisi Pembangunan
Semboyan “SADA KATA” = Kebulatan Tekad; Satu Kata Dalam Mufakat

Logo Kota Pekalongan

Add Comment
LOGO KOTA PEKALONGAN
Kota Pekalongan, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan.

Kota ini terletak di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Pekalongan berjarak 101 km sebelah barat Semarang, atau 384 sebelah timur Jakarta. Pekalongan dikenal mendapat julukan kota batik, karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga.

transportasi dipekalongan pun sudah cukup berkembang, karena terdapat terminal besar, stasiun dll. transportasi taksi pun beberapa sudah banyak ditemukan. untuk makanan khas Pekalongan adalah megono, yakni irisan nangka dicampur dengan sambal bumbu kelapa. Makanan ini umumnya dihidangkan saat masih panas dan dicampur dengan petai dan ikan bakar sebagai menu tambahan.

Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya karena mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Ada beberapa adat tradisi di Pekalongan yang tidak dijumpai di daerah lain semisal; syawalan, sedekah bumi, dan sebagainya. Syawalan adalah perayaan tujuh hari setelah lebaran dan sekarang ini disemarakkan dengan pemotongan lopis raksasa yang memecahkan rekor MURI oleh wali kota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada pengunjung.

Logo Kota Magelang

Add Comment
LOGO KOTA MAGELANG

Sejarah Kota Magelang

Alun alun

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang; bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.
Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan.
Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.
Prasasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh,sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.

Logo Kota Semarang

Add Comment
LOGO KOTA SEMARANG
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Disadari sepenuhnya walaupun pembangunan di Kota Semarang sudah berjalan sesuai tahapan yang direncanakan, namun menghadapi perubahan dinamika pembangunan global yang begitu cepat, sehingga diperlukan antisipasi agar Kota Semarang mampu tumbuh dan berkembang sejajar seperti kota Metropolitan lainnya di Indonesia. Dari rumusan prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJPD Kota Semarang 2005-2025, untuk periode pembangunan 2010 -2015, telah dipilih pendekatan motivasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk membangkitkan komitmen bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya merupakan tanggung jawab Pemerintah semata tetapi merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Kota Semarang
Selaras dengan motto pembangunan Provinsi Jawa Tengah ”Bali nDeso mBangun Deso” yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang ada di wilayah pedesaan, baik dari sisi sumber daya alam, sumberdaya manusia, sosial kemasyarakatan, keluhuran budaya serta kearifan lokal maka “Waktunya Semarang Setara” merupakan Motto Kota Semarang untuk membangun motivasi guna mengoptimalkan potensi Kota Semarang melalui komitmen seluruh pemangku kepentingan(Pemerintah– masyarakat – swasta) untuk bersama membangun dan mensejajarkan dengan Kota metropolitan lainnya serta mempermudah implementasi Visi dan Misi Kota Semarang 2010-2015. “Waktunya Semarang Setara” juga dimaksudkan sebagai momentum kebangkitan seluruh masyarakat Kota Semarang agar mampu sejajar dengan kota-kota metropolitan lainnya dalam segala aspek kehidupan guna mencapai kesejahteraan bersama. “Setara” juga dimaknai sebagai akronim SEmarang KoTA SejahteRA yang merupakan sasaran akhir pembangunan.
Langkah kongkrit untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan dengan memprioritaskan program-progran pembangunan yang diwujudkan dalam “SAPTA PROGRAM” yang terdiri dari Penanggulangan Kemiskinan dan pengurangan pengangguran, Rob dan banjir, Pelayanan publik, Tata ruang dan infrastruktur, Kesetaraan dan keadilan gender, Pendidikan serta Kesehatan. Melalui Sapta Program tersebut, merupakan langkah kongkrit untuk mendudukan Kota Semarang sejajar dengan Kota Metropolitan di Indonesia akan lebih cepat tercapai.
Rumusan motto tersebut kemudian di-ejawantah-kan dalam Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran sebagai berikut :
I. VISI
Visi adalah kondisi yang diinginkan pada akhir periode perencanaan yang direpresentasikan dalam sejumlah sasaran hasil pembangunan yang dicapai melalui program-program pembangunan dalam bentuk rencana kerja. Penentuan visi ini mendasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) 2005 – 2025 dan penelusuran jejak historis Kota Semarang sebagai kota niaga dimana pada jaman dahulu pernah dinyatakan sebagai Kota Niaga terbesar kedua sesudah Batavia. Berdasar sejarah sebagai kota niaga tersebut dan didukung oleh analisis potensi, faktor-faktor strategis yang ada pada saat ini serta proyeksi pengembangan kedepan, maka dirumuskan visi sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA”
Visi tersebut memiliki empat kunci pokok yakni Kota Perdagangan, Kota Jasa, Kota Berbudaya, dan Masyarakat yang Sejahtera.
Kota Perdagangan, mengandung arti Kota yang mendasarkan bentuk aktivitasnya pada pengembangan ekonomi yang lebih menitikberatkan pada aspek perniagaan sesuai dengan karakteristik masyarakat kota, yang didalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak meninggalkan potensi lainnya. Pengembangan kota perdagangan diarahkan pada upaya untuk lebih meningkatkan produktifitas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan.
Dari pemahaman tersebut, karakteristik Semarang sebagai kota perdagangan mengandung beberapa aspek penting, diantaranya :
1. Pusat kegiatan (Center Point) distribusi dan transaksi barang dan jasa.
Sesuai dengan letak geografisnya, Kota Semarang merupakan jalur distribusi barang dan jasa untuk wilayah Jawa Tengah pada khususnya dan pulau Jawa pada umumnya, serta antara pulau Jawa dengan Luar Jawa. Oleh karena itu pengembangan Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan mengedepankan konsep pembangunan yang mengarah pada terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi barang dan jasa. Sebagai salah satu konsekuensi yang harus diemban adalah pelayanan yang memadai kepada seluruh pemangku kepentingan yang menopang pengembangan kota.
2. Pengembangan jejaring (networking) dan kerjasama perdagangan
Pengembangan Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan juga bermakna bahwa pembangunan perekonomian daerah harus didasarkan pada terbangunnya jejaring dengan daerah – daerah lain, terutama daerah penyangga (hinterland). Dengan demikian Kota Semarang akan dapat menjadi sentra aktivitas distribusi perdagangan barang dan jasa baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun internasional.
3. Pengembangan potensi ekonomi lokal
Membangun kota perdagangan tidak bisa lepas dari pengembangan potensi ekonomi lokal. Untuk menunjang terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat transaksi dan distribusi, maka salah satu faktor penting adalah bagaimana mengembangkan potensi lokal agar memiliki nilai tambah ekonomi, yang diharapkan menjadi ikon Kota Semarang.
Beberapa potensi dasar yang dimiliki dan layak dikembangkan sebagai daya tarik kota Semarang adalah pada aspek industri, dalam konteks ini adalah industri kecil dan menengah yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan, seperti batik, lumpia, bandeng, industri olahan, dan lain-lain. Disamping itu potensi ini juga harus didukung dengan pengembangan pasar tradisional yang memiliki daya tarik dan daya saing terhadap pasar modern.
1. Pengembangan sarana prasarana penunjang
Pembangunan sarana dan prasarana penunjang dalam pembangunan sebuah kota merupakan salah satu syarat yang mutlak harus dipenuhi. Disamping sarana prasarana fisik seperti jalan, jembatan, pelabuhan laut, terminal peti kemas, bandar udara internasional, hotel, perbankan, terminal, dan juga sarana penunjang yang sifatnya non fisik, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) dan regulasi/kebijakan. Pengembangan SDM secara memadai sangat diperlukan, penataan SDM birokrasi dalam peningkatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas SDM dalam meningkatkan daya dukung pengembangan kota, termasuk dalamnya penyiapan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan daerah.
Kota Jasa, sebutan sebagai kota jasa sebenarnya tidak lepas dari status kota perdagangan, karena perdagangan akan selalu terkait dengan persoalan perniagaan atau proses transaksi dan distribusi barang dan jasa. Kota Jasa lebih menekankan pada fungsi kota dalam pelayanan publik di berbagai bidang. Sebagai kota jasa dengan demikian mencakup kesiapan kota dalam melaksanakan berbagai fungsi, diantaranya :
1. Penyediaan jasa layanan publik secara memadai, baik mencakup standar pelayanan sesuai kualitas yang diharapkan masyarakat, pengaturan / regulasi yang dapat memberikan jaminan mutu pelayanan, maupun kualitas sumber daya manusia dalam pelayanan.
2. Penyediaan fasilitas penunjang yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, seperti hotel, perbankan, transportasi, kesehatan (Rumah Sakit), pendidikan, telekomunikasi, Ruang Pamer Ruang Pertemuan, dan lain sebagainya.
3. Berorientasi dan mengutamakan kepantingan masyarakat sebagai pelanggan, dalam arti menempatkan masyarakat sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya (Customer engagement)
4. Pola berpikir (Mindset) dan perilaku melayani bagi masyarakat yang dapat mendorong terciptanya budaya pelayanan
Kota Berbudaya, mengandung arti bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan senantiasa dilandasi seluruh aspek kebudayaan yang terdiri dari Cipta, Rasa dan Karsa yang telah tumbuh menjadi kearifan masyarakat seperti pelaksanaan nilai-nilai religiusitas, kemanusiaan, kebersamaan, persaudaraan, ketertiban dan sikap ketauladanan lainnya dalam lingkungan budaya masyarakat, sehingga menghasilkan pembangunan karakter yang mengedepankan kehalusan budi dan perasaan, manusiawi, dan penghormatan terhadap hak azazi manusia.
Percepatan pembangunan yang dilaksanakan tentunya tidak serta-merta melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi orang banyak. Namun kadangkala menimbulkan ekses negatif terhadap tatanan sosial kemasyarakatan, khususnya menyangkut kesenjangan, konflik sosial, kekerasan kolektif, dan materialisme tanpa hati nurani. Pendekatan budaya seyogyanya menjadi aras utama berbagai upaya solusi persoalan tersebut karena pendekatan budaya pada hakekatnya adalah pendekatan kemanusiaan dan sesungguhnya budaya itu memiliki sifat kekinian dan aktif sebagai proses penataan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi.
Sejahtera, Pemberian otonomi kepada daerah, pada hakekatnya merupakan proses pemberdayaan kolektif bagi seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, agar disatu sisi tercipta ruang lebih leluasa bagi segenap jajaran birokrasi Pemerintah Daerah untuk memenuhi seluruh tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, sedangkan disisi yang lain terbuka peluang bagi warga masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan keberdayaannya sehingga mampu dan mau secara mandiri memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupannya.
Sejahtera dalam visi ini, mengarah pada tujuan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dan rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang.
Dengan demikian, Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Lima tahun kedepan Kota Semarang diharapkan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterlandnya, yang memiliki derajat kualitas budaya masyarakat yang tinggi baik dari segi keimanan dan ketaqwaan, keunggulan dan berdaya saing tinggi, berperadaban tinggi, profesional serta berwawasan ke depan dengan tetap menjamin keberlanjutan pengelolaan sumberdaya manusia dan kearifan lokalnya secara bertanggungjawab yang mendasarkan pada aspek perdagangan dan jasa sebagai tulang punggung pembangunan dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat.
II. MISI
Dalam mewujudkan Visi “Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan Dan Jasa, Yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera” ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur disertai toleransi yang tinggi dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum.
Adalah penyelenggaraan Pemerintah yang diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good Governance) dan Pemerintah yang bersih (Clean Governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia. Perwujudan pelayanan publik mencakup beberapa aspek, yaitu sumber daya aparatur, regulasi dan kebijakan serta standar pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi unggulan daerah, berorientasi ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional.
4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata ruang dan pembangunan infrastruktur wilayah secara efektif dan efisien dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
5. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang memiliki kehidupan yang layak dan bermartabat serta terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dengan titik berat pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak serta mitigasi bencana.