Tampilkan postingan dengan label Kota Semarang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Semarang. Tampilkan semua postingan

Souvenir Khas kota Semarang - Jawa Tengah

2 Comments

Informasi kali ini adalah tentang Souvenir Khas Kota terbesar di Jawa tengah sekaligus ibukota Provinsi. Jika mendengar kata “Semarang”, yang timbul di benak kebanyakan orang adalah makanan khasnya yang sudah terkenal, yaitu lumpia. Wisatawan yang mengunjungi Semarang pun tidak akan melewatkan untuk mencicipi makanan ringan ini. Tak jarang, mereka menjadikan lumpia oleh-oleh wajib apabila berkunjung ke Semarang.

Untuk memperoleh oleh-oleh berupa makanan, di Semarang sangatlah mudah ditemukan. Jalan Pandanaran merupakan pusat oleh-oleh makanan khas Semarang. Sepanjang jalan bisa ditemui berbagai toko besar maupun kaki lima yang menjual makanan khas Semarang. Lain halnya kalau mencari oleh-oleh berupa souvenir benda-benda khas Semarang, seperti gantungan kunci atau kaos bergambar landmark kota Semarang.
Kalau Petualang ke Kota Wingko Babat ini, rasanya tidak menarik bila tidak berkunjung ke pasar tradisinoal terbesar di kota Semarang, yaap namanya Pasar Johar. Masyarakat pada umunya lebih mengenal dengan sebutan Johar, padahal selain Johar masih ada pasar Yaik yang bersebelahan dengan Pasar Johar. Walaupun belum dikatakan sebagai pusat oleh-oleh khas Semarang, namun keberadaan kios-kios penjaja souvenir, assesoris dan pernak-pernik cukup bisa diperhitungkan dan dibutuhkan tentunya. Kalaupun secara khusus Pemerintah Kota Semarang lebih bisa memikirkan tentang ”sentra souvenir khas Semarangan” tentu saja akan menjadi icon yang menarik, menjadi daya tarik tersendiri tentang Semarang. Idenya adalah bagaimana bangunan-bangunan yang menarik tersebar di Semarang mampu mengangkat pariwisata Semarang, seperti Masjid Agung Jawa Tengah, Lawang Sewu, Tugu Muda, Gereja Blenduk, Masjid Kauman, Klenten Sam Po Kong dan tentu saja kuliner khas Semarangan dalam bentuk souvenir khas Semarangan seperti gantungan kunci, kaos oblong, miniatur dan lain sebagainya.
Saat ini, ketika tulisan ini dicoretkan, pusat souvenir belum merambah pada sektor kekhasan pariwisata Semarang, namun berupa pernak-pernik secara umum dan assesoris pernikahan. Keberadaan kios-kios yang berjajar berkumpul di Pasar Johar ternyata bisa menarik masyarakat terutama orang Semarang untuk berburu beraneka bentuk pernak-pernik yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan. Dilihat sekilas, nampak bahwa ribuan bentuk dan warna menghiasi kios-kios di Pasar Johar. Baik kios yang kecil hingga besar, dari lantai 1 hingga lantai 2 (dua). Tak ubahnya seperti Mall, di Pasar Joharpun sangat ramai dan padat pengunjung. Panas dan sumuk tidak menghalangi masyarakat untuk berburu macam-macam pernak-pernik pernikahan yang menarik dan murah.
Bagaimana dengan harganya? Bisa dibilang cukup terjangkau untuk perekonomian sekarang. Tentu saja biasanya penjualan pernak-pernik ini dibatasi minimal penjualan dalam jumlah 100 pcs. Kurang dari 100 pcs maka harga bisa berubah lebih mahal, atau lebih dari 500 pcs harga bisa turun lebih murah. Sample saja, gelas. Gelas di pusat pernak-pernik Pasar Johar di patok mulai Rp. 3.000 – Rp. 15.000,- tergantung besar dan model gelasnya. Untuk gelas model transparan polos, harganya relatif lebih murah sementara untuk gelas dengan motif dan blur sedikit lebih mahal. Semakin kecil ukuran, semakin murah gelas tersebut. Umumnya harga tersebut sudah termasuk tambahan biaya cetak tulisan digelasnya, seperti tulisan mempelai, nama perusahaan, atau berbagai tulisan lain. Bahkan yang menarik adalah, membuat undangan pernikahan dari gelas, seperti pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali pesan, undangan dan souvenir pernikahan sudah jadi.
Kipas, merupakan pernak-pernik yang banyak dicari. Selian harganya yang bervariatif kipas juga bisa dipesan dengan berbagai model dan gaya pemesannya. Mau kipas polos atau diberi tulisan sablon dikainnya adalah pilihan konsumen. Harganya masih sama, antara Rp. 2.500 hingga Rp. 10.000,-, tentu saja Petualang harus bisa menawar harga agar lebih murah. Bagi yang ingin hemat, kipas bisa sekaligus dibuat kartu undangan pernikahan, toh biaya sablon ini tak lebih dari Rp. 1.000,-. Prinsipnya adalah kain dan bahan (kayu. plastik) kipas, kain yang polos dengan kain yang berenda tentu saja berbeda harganya, lebih mahal kain berenda. Sama-sama terbuat dari kayu, namun jumlah kayunya lebih banyak harganya tentu saja lebih mahal.
Selain gelas dan kipas masih banyak pernak-pernik cantik dan menarik lainnya di pasar Johar. Seperti boneka-boneka mungil, pemotong kuku dan pembuka botol, aneka tas kain dan tas batik, dompet mini, handuk kecil, mukena, gantungan kunci, hiasan magnet kulkas, tempat handphone, sisir dan kaca kecil, asbak, pensil dan berbagai macam pernak-pernik lainnya. Ada 2 (dua) kios yang Penulis sambangi dan berbagi cerita tentang bisnis dan pernak-perniknya. Kalau-kalau para Petualang sedang butuh pernah-pernik menarik, tidak ada salahnya say hello dulu sebelum survey. 1. Kios Cahaya Bagus Accesoris milik ibu Latifah yang ada di lantai 1 dekat dengan parkir jalan alon-alon barat (Jalan tengah pasar Johar) no telepon : 024-3588417, 08156570042. Atau dengan Kios Livita Accesoris dengan Ibu Hj. Anna, no telepon 024- 3547027 (bisa disebut juga Kios Agung Jaya yang berada di Pasar Johar atas lantai 2 no 29).
Untuk urusan khusus pernikahan seperti barang srono (hantaran) dan mahar, bisa diotak-atik menjadi bentuk yang menarik dan unik di kios-kios penak pernik pasar Johar dengan membayar harga jasa saja atau sekalian membeli barang di kios. Untuk tarif jasa menghias barang hantaran pada umumnya tarif yang dikenakan sekitar Rp. 25.000,-, untuk barang mahar seperti seperangkat alat sholat dan sajadah dipatok dengan harga sekitar Rp. 40.000,-. Banyak bentuk yang bisa dibuat seperti bentuk masjid hingga kapal. Tergantung keinginan Pemesan, waktunya sekitar 2 hari jadi.

Berikut adalah catatan lain yang berkaitan dengan artikel di atas :

5 Landmark Semarang yang penuh kenangan

Add Comment
Biasanya wisatawan berburu landmark kota sebagai tanda eksis. Kalau mampir Semarang, berikut lima penanda kota yang valid sebagai latar belakang foto narsis.

1. Simpang Lima
Simpang Lima dikenal sebagai alun-alun kota Semarang. Nama aslinya, Lapangan  Pancasila. Dulu, alun-alun Semarang terletak di Kawasan Kauman, yang kemudian berkembang sebagai sentra perbelanjaan. Atas usul presiden Soekarno lah  Lapangan Pancasila dijadikan alun-alun kota.
Simpang lima semarang

Simpang Lima mengacu pada lima jalan utama Semarang yang bertemu di alun-alun sebagai titik tengah. Sebagai alun-alun kota, denyut kehidupan Simpang Lima mulai berdetak cepat saat sore menjelang. Begitu juga di akhir pekan. Simpang Lima menjadi tempat interaksi antar warga Semarang. Dulu, pedagang kaki lima menyemut di sekitar Simpang Lima. Menawarkan ragam dagangan  mulai dari mendoan, teh poci, hingga jasa meramal nasib. Usai peremajaan akhir 2011, Simpang Lima kini hadir sebagai ruang publik yang tergolong nyaman, dikelilingi mal dan hotel, sentra komersial Semarang.
Trotoar bundaran Simpang Lima dipasang keramik cantik, membentang lebar hingga 8 meter. Yang kini ramai ialah permainan sepatu roda/inline skate dan scooter/otoped untuk anak-anak. Bisa bawa perlengkapan sendiri, atau menyewa ditempat. Tarif sewa sepatu roda rata-rata Rp 15 ribu per jam, tergantung model. Sedangkan scooter disewakan dengan tarif Rp10 ribu per jam.
Sepatu roda di simpang lima
Yang ingin sekadar duduk-duduk, silahkan saja. Pohon-pohon yang ditanam memutari lapangan cukup menurunkan suhu kota pelabuhan ini. Jalur batu untuk pijat refleksi kaki pun tersedia. Plus toilet umum yang cukup bersih. Jika ke Semarang, jangan lewatkan Simpang Lima, landmark penting kota ini. Selain itu, Simpang Lima ialah tempat yang tepat untuk mulai berinteraksi dengan warga lokal. Sekaligus titik tepat untuk melanjutkan penjelajahan berikutnya.
2. Lawang Sewu – Tugu Muda
Lawang sewu berarti 1000 pintu. Dinamai begitu karena memang banyak pintu pada gedung yang dibangun 1904-1907 itu. Namun faktanya jumlah pintu Lawang Sewu tak genap 1000.  Selain jumlah pintu yang berjibun, Lawang Sewu terkenal karena sarat mitos dan cerita horor. Banyak  paranormal, produser program televisi tayangan misteri ataupun orang-orang pecandu “kisah-kisah setan” yang akhirnya datang ke Lawang Sewu.
Lawang sewu semarang
Salah satu cerita horor yang paling beken tentang Lawang Sewu ialah banyaknya arwah gentayangan, hantu para tahanan perang masa pendudukan Jepang yang disiksa habis-habisan. Meski begitu, belum ada tur khusus mengenai misteri seperti hal nya ‘ghost tour’ yang sering jadi jualan wisata negara-negara di Eropa.
Kelar direnovasi sejak Juli 2011, Lawang Sewu seolah opa yang perlente. Namun hawa horor tak lantas pergi dari bangunan cantik bergaya art deco itu. Banyak spot bagus untuk diabadikan,  mulai dari bingkai jendela, lorong barisan pintu hingga kaca patri yang elegan. Sayang, tak tersisa lagi perabotan.
Kaca patri lawang sewu
Tiket masuk menikmati arsitektur indah bekas kantor kereta api ini hanya Rp5000 saja. Tapi, jika ingin menghayati suasana masa lalu, silahkan bertandang ke ruang bawah tanah dengan membayar tiket Rp10 ribu. Lawang Sewu buka setiap hari, mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.
Untuk mencapai Lawang Sewu dari Simpang Lima, ambil jalan Pandanaran. Jalan ini berada di sisi kanan Masjid Baiturrahman Simpang Lima. Telusuri saja jalan besar yang banyak ditempati toko-toko penjual oleh-oleh bandeng presto khas Semarang itu. Lurus terus hingga tampak Tugu Muda. Perhatikan sisi kanan tempat Lawang Sewu berada.
3. Gereja Belenduk
Nama asli gereja ini, sesuai yang terpampang, ialah Gereja GPIB Immanuel. Namun, warga lokal lebih familiar dengan nama Gereja Belenduk, mengacu pada bentuk kubah yang membulat gemuk (belenduk).
Gereja Belenduk merupakan gereja umat kristen protestan. Terletak di  Jalan Letjend Suprapto No 32, Semarang, di kawasan Kota Lama Semarang. Dulu, jalan itu bernama Heerenstart. Gereja Belenduk dibangun tahun 1753 dengan nama Koepelkerk. Tapi saat itu, bentuk gereja ialah rumah panggung Jawa. Barulah pada 1787, rumah panggung Jawa dirombak total.
Versi Gereja Belenduk masa kini, dengan atap kubah beserta dua menara di sisi kiri dan kanan gereja merupakan rombakan tahun 1894. Hingga kini, salah satu gereja tertua di Pulau Jawa ini masih digunakan sebagai tempat ibadah setiap hari Minggu.
Gereja blenduk semarang
Gereja Belenduk bisa dikunjungi wisatawan yang ingin melihat interior di dalam gereja. Harga tiket Rp10 ribu. Gereja ini buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB, kecuali saat Gereja Belenduk digunakan untuk pemberkatan pernikahan. Pada hari Minggu, jam kunjung wisatawan dibatasi, yaitu pukul 13.00-16.00 WIB. Sebab pada Minggu pagi, Gereja Belenduk digunakan sebagai tempat kebaktian umat kristen protestan.
Orgel cantik koleksi Gereja Belenduk merupakan sasaran foto favorit pengunjung. Kubah yang terbuat dari tembaga, deretan bangku jemaat yang merupakan versi orisinil hingga pintu ganda panel kayu dan bingkai jendela gereja ialah spot cantik yang bisa diabadikan.
Dari Tugu Muda, arahkan perjalanan menuju Pasar Johar melalui Jalan Pemuda, jalan besar di sisi kanan Lawang Sewu. Banyak tersedia angkutan umum dan bis kota. Sampai Pasar Johar, jalan sedikit atau naik becak ke Gereja Belenduk.
4. Kelenteng Sam Poo Kong (Cheng Ho)
Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Konteks kelenteng yang disematkan pada sosok Cheng Ho mungkin agak membingungkan, mengingat penjelajah Tiongkok era 1405 – 1433 itu ialah seorang muslim.
Di Surabaya, ada masjid Cheng Ho, yang menandai sejarah keberadaan Cheng Ho di sana. Begitu juga di Palembang dan Pasuruan. Tapi di Semarang, bukan masjid yang dibangun untuk menandai petilasan Cheng Ho, melainkan kelenteng.
Kompleks kelenteng Sam Poo Khong terletak di kawasan Gedong Batu, Semarang. Terdapat patung Laksamana Cheng Ho dalam ukuran jumbo di pelataran. Namun, bukan patung itu yang menjadi bagian paling penting, melainkan Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua itu lah yang diyakini sebagai petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air yang tidak pernah kering. Selain itu ada Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat pemujaan di kompleks ini.
Sam po kong semarang
Hingga saat ini Kelenteng Sam Poo Khong  yang merupakan tempat peribadatan umat Tri Dharma terbesar di Semarang, masih aktif digunakan untuk peribadatan. Namun, kelenteng ini juga terbuka untuk umum. Baik untuk merapal doa, membaca nasib atau sekadar berfoto ria. Kelenteng buka pagi hari mulai pukul 06.00 WIB dan baru tutup 23.00 WIB. Tiketnya Rp3 ribu untuk masuk kompleks kelenteng dan Rp20 ribu untuk masu bangunan kelenteng.
Menuju kelenteng Cheng Ho dari Tugu Muda, mudah saja. Pilih jalan lurus menuju Bandara A.Yani sampai menemukan  Bundaran Kali Banteng lalu lanjutkan ke jalan Pamularsih atau arah Solo. Kelenteng Cheng Ho terletak tak jauh dari titik itu.
5. Masjid Agung Semarang
Masjid Agung Semarang dibangun selama 5 tahun dan diresmikan tahun 2006. Bangunannya megah, menempati areal sekitar 10 hektar. Sedangkan pelataran masjid seluas 7500 meter persegi dilengkapi 6 payung raksasa yang otomatis membuka dan menutup, mirip milik Masjid Nabawi di Madinah.
Masjid agung semarang
Arsitektur masjid megah ini ‘berbau’ Jawa, Arab dan Roma. Karena itu, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung  Jawa Tengah ini juga merupakan destinasi wisata religi. Banyak yang pergi ke tempat ini untuk mengabadikan arsitekturnya. Selain itu, terdapat satu menara setinggi 99 meter, dinamai Al Husna Tower yang juga disukai pengunjung. Di menara itu, pengunjung bisa ke Museum Kebudayaan Islam di lantai 2 hingga menikmati makanan di restoran berputar di lantai 18. Tersedia juga teropong pandang di lantai 19 jika tertarik melihat pemandangan Semarang.
Tiket masuk menara Al Husna cukup Rp3.000 jika berkunjung sebelum pukul 17.30 WIB. Selewat jam itu, tiket masuk menjadi Rp4.000. Menara terbuka untuk umum, mulai pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB.
Masjid ini terletak di Jalan Gajah. Dari Simpang Lima, pilih Jalan Brigjend Sudiarto lalu terus hingga perempatan Lamper. Belok kiri masuk Jalan Gajah, lalu lurus terus hingga menemukan masjid ini di sisi kiri jalan. Jarang ada angkutan umum melewati masjid ini. Jika tak menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya naik taksi.
Sumber : wego.co.id

Wisata Semarang

Add Comment
Suasana di sekitar Tugu Muda kota Semarang dan Lawang Sewu pada malam hari. (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Fian Gagne)
Suasana di sekitar Tugu Muda kota Semarang dan Lawang Sewu. (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Fian Gagne)
Semarang, ibukota Jawa Tengah dengan segala hal menarik yang ditawarkan. Banyak bangunan tua dengan arsitektur kolonial yang masih bertahan hingga saat ini, bersanding dengan bangunan-bangunan bergaya tradisional Cina. Di sisi lain, Semarang menampilkan wajah modernnya dengan kawasan komersial yang hidup dan ramai. Sebut saja Simpang Lima dengan deretan pusat perbelanjaan dan penginapan berbintang yang siap menyambut wisatawan yang ingin berkunjung ke Semarang.
Luas wilayah semarang 373,7 Km² dan dengan jumlah penduduk yang mencapai 2 juta jiwa . Hal ini menempatkannya di posisi ke lima sebagai kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Besarnya populasi etnis Cina di Semarang membuat kota ini memiliki banyak bangunan dengan arsitektur Cina, termasuk diantaranya kawasan pecinan dan tempat-tempat ibadah berupa kelenteng. Yang paling tersohor adalah Kelenteng Sam Poo Kong yang dibangun sebagai penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho yang berkunjung ke kota ini pada 1405.

Peta kota Semarang

Jalan-jalan ke Semarang

Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan jika ingin jalan-jalan di Semarang, mulai dari mengunjungi situs-situs wisata religi dan semua objek wisata di Semarang, napak tilas ke bangunan-bangunan bersejarah, hingga wisata kuliner khas Semarang. Jika tak punya banyak waktu di sini, kamu bisa menyambangi kelima landmark yang cukup mewakili kota lumpia ini, yakni Simpang Lima, Lawang Sewu, Gereja Blenduk, Kelenteng Sam Poo Kong, dan Masjid Agung Jawa Tengah.

Tempat wisata di Semarang

Ada banyak objek wisata yang menarik untuk di kunjungi selama berlibur di kota Semarang. Beberapa tempat yang menarik tersebut adalah:
Pagoda Avalokitesvara

Gereja Belenduk

Nama asli gereja ini adalah Gereja GPIB Immanuel. Disebut Gereja Belenduk sebab warga lokal mengacu pada bentuk kubah bangunan yang bulat berisi (belenduk). Gereja Belenduk merupakan gereja umat Kristen Protestan yang berlokasi di  Jalan Letjend Suprapto No 32, di kawasan Kota Lama Semarang.
Gereja Belenduk Semarang
Gereja Belenduk dengan bentuk kubahnya yang khas. (FOTO: Nana Podungge)
Gereja Belenduk dibangun tahun 1753 dengan nama Koepelkerk. Saat itu gereja umumnya berbentuk rumah panggung Jawa. Pada 1787 mengalami perombakan, juga pada tahun 1894, hingga akhirnya bertahan dengan bentuk yang sekarang. Gereja ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah setiap hari Minggu. DI dalamnya terdapat orgel tua yang menjadi objek foto favorit pengunjung.
Jam buka: Senin-Sabtu pukul 09.00-16.00, Minggu pukul 13.00-16.00 (kecuali saat gereja digunakan untuk pemberkatan pernikahan)

Simpang Lima

Kawasan Simpang Lima, atau yang nama aslinya Lapangan Pancasila ini dikenal sebagai alun-alun kota Semarang. Dulu, alun-alun terletak di Kawasan Kauman yang kini berkembang menjadi pusat perbelanjaan. Presiden Soekarno yang mengusulkan agar alun-alun dipindahkan ke Lapangan Pancasila.
Nama Simpang Lima mengacu pada lima jalan utama yang bertemu di kawasan ini. Simpang Lima kini hadir sebagai ruang publik yang tergolong nyaman. Trotoar bundarannya cukup lebar, membentang hingga 8 meter dan dipasang keramik sehingga nyaman. Banyak anak-anak memanfaatkan trotoar untuk bermain sepatu roda atau skuter. Mau bawa perlengkapan sendiri atau menyewa di tempat, bebas-bebas saja. Tarif sewa sepatu roda sekitar Rp 15.000 per jam, sementara skuter Rp 10.000 per jam. Malas bermain dan ingin duduk-duduk santai? Silakan saja. Deretan pohon membuat suasana bundaran ini menjadi nyaman.
Lawang Sewu yang menjadi salah satu ikon kota Semarang (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Vava Muhammad)
Lawang Sewu yang menjadi salah satu ikon kota Semarang (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Vava Muhammad)

Lawang Sewu

Lawang Sewu dapat dengan mudah dikenali karena arsitekturnya yang indah. Dalam bahasa Jawa, Lawang Pintu artinya seribu pintu. Memasuki bangunan, kita akan disuguhkan interior menawan dengan lorong dengan barisan pintu dan kaca patri yang penuh warna. Meskipun sesungguhnya jumlah pintu yang ada tidak mencapai seribu. Bekas kantor kereta api ini juga memiliki bingkai jendela yang klasik, senada dengan interior yang ada.
Lawang Sewu sempat populer karena dianggap sebagai bangunan yang angker. Banyak cerita seram yang beredar tentang tempat ini. Salah satunya adalah tentang arwah gentayangan para tahanan perang masa pendudukan Jepang. Tak heran jika akhirnya ada tur malam–semacam ghost tour–yang ditemani oleh pemandu. Sang pemandu mematok tarif antara Rp 25.000 – Rp 50.000.
Jam buka: Setiap hari pukul 06.00-18.00
Tiket masuk: Rp 5.000 (+ Rp 10.000 untuk tur ke ruang bawah tanah)

Kelenteng Tay Kak Sie

Beralamat di Jalan Gang Lombok Nomor 62, Pecinan Semarang, kelenteng ini sudah berdiri sejak tahun 1700-an. Awalnya, kelenteng ini dijadikan tempat pemujaan Dewi Kwan Sie Im Po Sat atau Dewi Welas Asih. Seiring berjalannya waktu, Kelenteng Tay Kak Sie juga menjadi tempat pemujaan dewa-dewi Tao yang lain.
Di aliran depan kelenteng terdapat replika kapal Laksamana Cheng Ho yang menjadi daya tarik wisatawan. Pengunjung yang ingin masuk ke Kelenteng Tay Kak Sie tidak ditarik biaya apapun.
Pagoda Avalokitesvara
Pagoda Avalokitesvara yang bertingkat-tingkat. (FOTO: Nana Podungge)

Pagoda Avalokitesvara

Pagoda Avalokitesvara bisa dicapai dari pusat kota dengan berkendara selama setengah jam. Bentuk dan warna bangunan pagoda setinggi 45 meter ini cukup mencolok, sehingga menemukannya bukan perkara sulit. Rasakan suasana Tiongkok yang kental di pagoda ini. Terdapat patung Bodhisattva Avalokitesvara, atau yang juga dikenal sebagai Dewi Kwan Sie Im Po Sa di area dalam. Pengunjung banyak yang berdoa dan melakukan ritual Tjiam Shi di hadapan patung ini, dan berharap diberkahi kasih sayang oleh sang dewi agar hidupnya senantiasa beruntung.
Sambil menikmati arsitekturnya yang indah, kita juga bisa mencoba membaca peruntungan nasib. Goyangkan wadah berisi bilah-bilah bambu hingga salah satu bilah ada yang terjatuh.  Lalu, minta penjaga pagoda untuk berbaik hati membacakan hasill ramalan nasib tersebut. Jika setelah percobaan ketiga menggoyangkan wadah namun tidak ada satupun bambu yang jatuh, itu tandanya kamu tidak beruntung dan bisa mencoba lagi di lain hari.

Warung Semawis

Pasar yang juga kerap  disebut Warung Semawis ini adalah sebuah pasar malam di kawasan pecinan kota Semarang, tepatnya di Jalan Rawung. Semawis merupakan kependekan dari Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata. Awalnya pasar ini adalah konsep yang digagas oleh perkmpulan kopi Semawis.
Pasar Semawis berawal dengan diadakannya Pasar Imlek Semawis pada tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. Kini Pasar Semawis  merupakan pusat jajanan terpanjang di Semarang yang menyajikan berbagai hidangan yang sayang untuk dilewatkan, mulai dari nasi ayam, kue serbai, aneka es, sate, dan masih banyak lagi. Kita juga masih bisa menyaksikan sekelompok orang tua asyik bernyanyai si tenda karaoke yang disewakan untuk pengunjung.
Jam buka: 18.00-00.00
Kelenteng Sam Poo Kong
Kelenteng Sam Poo Kong. (FOTO: Nana Podungge)

Kelenteng Sam Poo Kong

Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Sedikit membingungkan karena penjelajah Tiongkok era 1405 – 1433 itu adalah seorang muslim. DiSurabaya ada masjid Cheng Ho, demikian halnya di Palembang dan Pasuruan. Masjid-masjid tersebut dibangun untuk menandai perjalanan Cheng Ho ke lokas-lokasi tersebut.
Komplek Kelenteng Sam Poo Khong terletak di kawasan Gedong Batu. Di pelataran beridir patung Laksamana Cheng Ho dalam ukuran jumbo. Selain patung, masih ada lagi objek yang lebih penting dan menarik, yakni Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua tersebut dipercaya sebagai petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air abadi. Di dalam area komplek yang sama, juga terdapat Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat pemujaan lain. Umat Tri Dharma di Semarang aktif beribadah di kelenteng ini.
Jam buka: 06.00-23.00
Tiket masuk: Komplek kelenteng Rp 3.000, Bangunan kelenteng Rp 20.000

Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah dibangun pada tahun 2001 dan baru selesai dan diresmikan lima tahun setelahnya. Bangunan masjid berdiri di area seluas sekitar 10 hektar. Luas pelataran masjid yang berlokasi di Jalan Gajah ini mencapai 7.500 m² dan dilengkapi enam payung raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis, mirip dengan yang Masjid Nabawi di Madinah.
Bangunan masjid mengadopsi arsitektur Jawa, Arab, dan Roma. Selain untuk beribadah, banyak pengunjung yang datang ke sini untuk berwisata religi. Di sini terdapat menara setinggi 99 meter yang diberi nama Al Husna Tower, sebagai perlambang nama-nama mulia Allah SWT. Dari menari ini pengunjung bisa lanjut ke Museum Kebudayaan Islam yang terletak di lantai dua atau bersantap di restoran yang ada di lantai 18. Jika ingin meneropong pemandangan kota, silakan naik ke lantai 19 untuk menyewa teropong.
Jam buka: 08.00-21.00
Tiket masuk: Menara Al Husna Rp3.000 (di atas pukul 17.30 Rp 4.000)

Wisata kuliner di Semarang

Dikenal sebagai kota lumpia, tak salah jika saat berkunjung ke Semarang untuk menikmati kuliner, kamu pantang melewatkan kudapan yang satu ini. Setidaknya ada empat lokasi utama yang menjajakan lumpia, yakni Gang Lombok, Jalan Pemuda, Jalan Mataram dan Jalan Pandanaran. Lumpia Gang Lombok no 11 termasuk yang legendaris. Toko yang berlokasi di dekat Kelenteng Tay Kak Sie ini sudah dikelola tiga generasi. Ada dua jenis lumpia yang dijajakan, basah dan goreng. Paduan rebung muda, udang, dan telur terasa pas. Satu lumpia dijual Rp 10.000 dan bisa didapatkan mulai pukul 08.00-16.00. Kalau sedang musim liburan, pukul 13.00-14.00 bisa jadi sudah tutup karena banyak peminat.
Lumpia Semarang
Kudapan khas lumpia yang banyak dicari saat berkunjung ke Semarang. (FOTO: Clara ROndonuwu)
Kalau suka masakan ikan, boleh juga coba bandeng presto. Ikan dimasak menggunakan anci bertekanan tinggi (presto) sehingga tulangnya terasa lunak. Ada bandeng yang digoreng polos, dan ada juga yang dibalut telur. Salah satu toko yang populer adalah Bandeng Juwana di Jalan Pandanaran.
Jika ingin merasakan bersantap dengan nuansa nostalgia, lajukan saja kendaraan kamu ke Toko OEN di Jalan Pemuda no 52. Restoran ini berdiri sejak 1936, dan merupakan salah satu restoran tertua di Semarang. Pendirinya adalah sepasang suami istri Liem Gien Nio (Oma Oen) dan Oen Tjoen Hok (Opa Oen). Toko OEN menyuguhkan menu-menu klasik, terutama yang berasal dari resep tradisional Belanda, seperti WIener Schnitzel, Kaasstengels, Huzarensla, dan ada pula menu-menu Indonesia dan barat seperti Nasi Goreng, Bistik Lidah Sapi, Cordon Bleu, dan masih banyak lainnya. Rasakan sensasi bersantap sambil menikmati interior restoran yang memadukan gaya Belanda dan Indonesia lama.
Segar manisnya Es Puter Cong Lik. (FOTO: klikunic.net)
Segar manisnya Es Puter Cong Lik. (FOTO: klikunic.net)
Sebagai pencuci mulut, coba juga Es Cong Lik yang bisa dibeli di kawasan Warung Semawis. Es puter khas Semarang ini tersedia dalam banyak varian rasa, yang semuanya dibuat dari buah asli dan tidak menggunakan pengawet. Ada rasa cokelat, sirsak, kopyor, leci, belewah, kacang ijo, dan yang paling populer durian dan alpukat. Nama Cong Lik berasal dari kata “kacung cilik”, sebab pemilik es puter ini pernah menjadi pelayan orang Jepang semasa kecil dulu. Harga satu porsi es Cong Lik (1-2 scoop es) sekitar Rp 9.000, kecuali durian Rp 12.000.

Belanja di Semarang

Barang-barang kebutuhan harian seperti sayuran, daging, dan lainnya bisa dibeli di pasar-pasar tradisional yang ada, misalnya Pasar Johar, Pasar Gang Baru, Pasar Jatingaleh, dan Pasar Jati. Sementara untuk keperluan barang yang lebih beragam, seperti pakaian, sepatu, aksesori, dan lainnya bisa didapatkan di pusat-pusat perbelanjaan seperti DP Mall, Ciputra Mall, Java Supermall, dan Paragon.
Sementara untuk oleh-oleh, misalnya bandeng presto, langsung saja menuju Jalan Pandanaran. Salah satu yang terkenal adalah Bandeng Juwana. Bandeng tulang lunak dikemas dalam kantong kedap udara, sehingga bisa tahan untuk beberapa minggu. Harga bandeng berkisar antara Rp 76.500 – Rp 125.000, tergantung jenis dan ukuran
Selain bandeng, jangan lupa bawa pulang wingko babad. jajanan yang terbuat dari ulenan beras ketan dan kelapa ini dimasak dengan cara dibakar. Rasanya beragam, ada yang polos (kelapa), cokelat, nangka, pandan, hingga durian. Merk wingko babad yang populer di Jalan Pandanaran antara lain lain Dryana dan NN. Meniko. Ada juga Cap Kereta Api yang bisa didapatkan di di Jalan Cenderawasih. Per bungkusnya, wingko babad dijual seharga Rp 2.000.

Penginapan murah di Semarang

Beragam jenis penginapan tersedia di kota ini, mulai dari kelas losmen hingga hotel berbintang. Untuk yang dananya terbatas, tarif penginapan di Semarang bisa didapatkan mulai dari harga Rp 130.000 per malam, seperti Hostel Imam Bonjol di Jalan Imam Bonjol 177 B.
Untuk hotel kelas menengah, tarif menginapnya mulai dari Rp 300.000 per malam. Sementara untuk hotel berbintang atau grup hotel di Semarang, seperti Hotel Horison, Hotel Santika Premiere Semarang, Crowne Plaza, Hotel Ciputra, dan lain-lain tarifnya mulai dari Rp 600.000 per malam.

Sumber : wego.co.id

Foto Kota Semarang, Dulu dan Sekarang

Add Comment
Membandingkan kota Semarang jaman dahulu dan sekarang tentu akan menjadi sebuah historis sendiri bagi Anda yang memang telah lama menjadi warga kota Semarang, tetapi bagi Anda yang belum pernah ke kota tercinta Semarang ini. SemarangKota.com mendapatkan beberapa karya foto dari teman kami Heroe Abimanyu yang kami share disini agar Anda semua dapat menikmati perjalanan kota Semarang dalam bingkai foto yang sederhana tapi penuh dengan nilai sejarah.
Dulu : Kalisariweg
Sekarang : Jl. Dr. Sutomo, terus menuju RSUP. Dr. Kariadi, setelah jembatan belok ke kanan ke RSIA Anugerah

Dulu : Jembatan Berok (sekitar tahun 1960an).
Sekarang : masih dengan fungsi yang sama, terus setelah jembatan adalah Kantor Pos Indonesia dan jalan Pemuda, belok kanan sebelum jembatan menuju Stasiun Besar Semarang Tawang.

Dulu : Bangkong, Semarang.
Sekarang : fungsinya masih sama, ke kiri jalan MT.Haryono dan kanan adalah jalan Dr.Cipto (1 arah) 2012

Dulu : Kampoeng Melajoe, sekitar tahun 1900an
Sekarang : jalan Layur, Semarang, kalinya masih ada sampai sekarang hanya tertutup oleh rumah – rumah tersebut (2012)


Dulu : Mensen op weg langs begraafplaats. Ca. 1915-1930
Sekarang : Jl. Kyai Saleh, Bergota (2012 )

Foto lama : dari berbagai sumber.
Foto baru : Heroe Abimanyu -  OASE (‘Oude Stad’ Art and Culture) Semarang.

dikutip dari

Foto Kota Semarang Jaman Dulu

Add Comment
Berhubung kota Semarang sangat berpengaruh dalam hidup saya, maka saya akan memposting tentang potret kota semarang jaman dulu nih. Ternyata banyak tempat yang bersejarah dan menarik.
Mungkin kalo kita bahas tentang sejarahnya kalian bakal bosen ya, nah langsung aja kita liat foto2 jaman dulu kota semarang.Silahken disimak! :)


Pasar Candi semarang

Pekojan adalah salah satu jalan yang berada di kawasan Pecinan atau China Town. Pecinan meliputi perkampungan atau wilayah amat padat, serta menjadi pusat segala jenis komoditi seperti kertas, tekstil, alat rumah tangga dan bahan bangunan. Salah satu ciri daerah Pecinan adalah banyaknya kelenteng dengan ornamen khusus juga.

Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Arsitek gedung ini adalah Kapten J.P. de Bordes (1817-1899). Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur gaya “Indisch” (Hindia Belanda) yang bahan untuk elemen dinding yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis.


Gereja Blenduk adalah gereja kristen protestan yang tertua di Jawa Tengah. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat yang berarti kubah. Nama resmi dalam bahasa belanda adalah “Protestantsche Kerk”. Gedungnya dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Kubahnya besar dan di dalamnya terdapat sebuah orgel barok. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh arsitek W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung ini.
Gambar ini adalah hasil scan kartupos asli yang berwarna-warni. Warnanya dibuat dengan litografi kromo (Chromolithography). Litografi kromo adalah sebuah metode di dalam seni grafis untuk mencetak gambar berwarna-warni di atas permukaan licin. Teknik ini dipakai dari sekitar 1850an sampai 1910an. Sayangnya warna sudah sedikit luntur setelah hampir satu abad


Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan kompetai dan Kido Buati Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Daerah yang sekarang ditempati kompleks Pasar Johar sebelum tahun 1960an merupakan Alun-alun yang merupakan lapangan untuk pawai militer juga. Di foto ini kita melihat pawai kavalari dan infanteri KNIL. Tuan-tuan besar sedang melihat pawai nya dari tribun kehormatan yang di podium. Antara mereka pasti terdapat G.I.Blume, Asisten Residen Semarang pada waktu itu dan Bupati Semarang Raden Toemenggoeng Tjokrodipoero. Tuan-tuan yang kurang besar berdiri di latar depan. Mereka pakai topi tinggi dan tongkat. Rakyat Semarang sedang melihat pawai dari belakang pakar di latar kanan. Alun-alun ada beberapa tiang lampu. Jaman itu belum ada listrik. Lampu nya memakai gas. Sepur kereta trem melewati Alun-alun juga. Di depan ada tempat perhentian trem yaitu “Halte Aloon-aloon”.
Naik bis ke Tjandi Baroe 1930an…Bis di Dr. De Vogelweg yang ganti nama jadi Jl. Letjen S. Parman (tanjakan ini kalo orang sekitar daerah candi bilang adalah tanjakan ndepokel ternyata adalah nama orang belanda de vogel mungkin biar gampang nyebutnya aja ya hehehe…)

Bukit Bergota terkenal sebagai lokasi tanah makam Bergota yang merupakan pemakaman terbesar di kota Semarang.
dikutip dari