Suasana di sekitar Tugu Muda kota Semarang dan Lawang Sewu. (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Fian Gagne)
Semarang, ibukota Jawa Tengah dengan
segala hal menarik yang ditawarkan. Banyak bangunan tua dengan
arsitektur kolonial yang masih bertahan hingga saat ini, bersanding
dengan bangunan-bangunan bergaya tradisional Cina. Di sisi lain, Semarang
menampilkan wajah modernnya dengan kawasan komersial yang hidup dan
ramai. Sebut saja Simpang Lima dengan deretan pusat perbelanjaan dan
penginapan berbintang yang siap menyambut wisatawan yang ingin berkunjung ke Semarang.
Luas wilayah semarang 373,7 Km² dan
dengan jumlah penduduk yang mencapai 2 juta jiwa . Hal ini
menempatkannya di posisi ke lima sebagai kota terbesar di Indonesia
setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Besarnya populasi etnis Cina di Semarang
membuat kota ini memiliki banyak bangunan dengan arsitektur Cina,
termasuk diantaranya kawasan pecinan dan tempat-tempat ibadah berupa
kelenteng. Yang paling tersohor adalah Kelenteng Sam Poo Kong yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho yang berkunjung
ke kota ini pada 1405.
Peta kota Semarang
Jalan-jalan ke Semarang
Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan
jika ingin jalan-jalan di Semarang, mulai dari mengunjungi situs-situs
wisata religi dan semua objek wisata di Semarang, napak tilas ke
bangunan-bangunan bersejarah, hingga wisata kuliner khas Semarang. Jika
tak punya banyak waktu di sini, kamu bisa menyambangi kelima landmark yang
cukup mewakili kota lumpia ini, yakni Simpang Lima, Lawang Sewu, Gereja
Blenduk, Kelenteng Sam Poo Kong, dan Masjid Agung Jawa Tengah.
Tempat wisata di Semarang
Ada banyak objek wisata yang menarik untuk di kunjungi selama berlibur di kota Semarang. Beberapa tempat yang menarik tersebut adalah:Gereja Belenduk
Nama asli gereja ini adalah Gereja GPIB
Immanuel. Disebut Gereja Belenduk sebab warga lokal mengacu pada bentuk
kubah bangunan yang bulat berisi (belenduk). Gereja Belenduk merupakan
gereja umat Kristen Protestan yang berlokasi di Jalan Letjend Suprapto
No 32, di kawasan Kota Lama Semarang.
Gereja Belenduk dengan bentuk kubahnya yang khas. (FOTO: Nana Podungge)
Gereja Belenduk dibangun tahun 1753
dengan nama Koepelkerk. Saat itu gereja umumnya berbentuk rumah panggung
Jawa. Pada 1787 mengalami perombakan, juga pada tahun 1894, hingga
akhirnya bertahan dengan bentuk yang sekarang. Gereja ini masih aktif
digunakan sebagai tempat ibadah setiap hari Minggu. DI dalamnya terdapat
orgel tua yang menjadi objek foto favorit pengunjung.
Jam buka: Senin-Sabtu pukul 09.00-16.00, Minggu pukul 13.00-16.00 (kecuali saat gereja digunakan untuk pemberkatan pernikahan)
Simpang Lima
Kawasan Simpang Lima, atau yang nama aslinya Lapangan Pancasila ini dikenal sebagai alun-alun kota Semarang. Dulu, alun-alun terletak di Kawasan Kauman yang kini berkembang menjadi pusat perbelanjaan. Presiden Soekarno yang mengusulkan agar alun-alun dipindahkan ke Lapangan Pancasila.
Nama Simpang Lima mengacu pada lima
jalan utama yang bertemu di kawasan ini. Simpang Lima kini hadir sebagai
ruang publik yang tergolong nyaman. Trotoar bundarannya cukup lebar,
membentang hingga 8 meter dan dipasang keramik sehingga nyaman. Banyak
anak-anak memanfaatkan trotoar untuk bermain sepatu roda atau skuter.
Mau bawa perlengkapan sendiri atau menyewa di tempat, bebas-bebas saja.
Tarif sewa sepatu roda sekitar Rp 15.000 per jam, sementara skuter Rp
10.000 per jam. Malas bermain dan ingin duduk-duduk santai? Silakan
saja. Deretan pohon membuat suasana bundaran ini menjadi nyaman.
Lawang Sewu yang menjadi salah satu ikon kota Semarang (FOTO: Wego Indonesia Photo Contest/Vava Muhammad)
Lawang Sewu
Lawang Sewu dapat dengan mudah dikenali
karena arsitekturnya yang indah. Dalam bahasa Jawa, Lawang Pintu artinya
seribu pintu. Memasuki bangunan, kita akan disuguhkan interior menawan
dengan lorong dengan barisan pintu dan kaca patri yang penuh warna.
Meskipun sesungguhnya jumlah pintu yang ada tidak mencapai seribu. Bekas
kantor kereta api ini juga memiliki bingkai jendela yang klasik, senada
dengan interior yang ada.
Lawang Sewu sempat populer karena
dianggap sebagai bangunan yang angker. Banyak cerita seram yang beredar
tentang tempat ini. Salah satunya adalah tentang arwah gentayangan para
tahanan perang masa pendudukan Jepang. Tak heran jika akhirnya ada tur
malam–semacam ghost tour–yang ditemani oleh pemandu. Sang pemandu mematok tarif antara Rp 25.000 – Rp 50.000.
Jam buka: Setiap hari pukul 06.00-18.00
Tiket masuk: Rp 5.000 (+ Rp 10.000 untuk tur ke ruang bawah tanah)
Tiket masuk: Rp 5.000 (+ Rp 10.000 untuk tur ke ruang bawah tanah)
Kelenteng Tay Kak Sie
Beralamat di Jalan Gang Lombok Nomor 62,
Pecinan Semarang, kelenteng ini sudah berdiri sejak tahun 1700-an.
Awalnya, kelenteng ini dijadikan tempat pemujaan Dewi Kwan Sie Im Po Sat
atau Dewi Welas Asih. Seiring berjalannya waktu, Kelenteng Tay Kak Sie
juga menjadi tempat pemujaan dewa-dewi Tao yang lain.
Di aliran depan kelenteng terdapat
replika kapal Laksamana Cheng Ho yang menjadi daya tarik wisatawan.
Pengunjung yang ingin masuk ke Kelenteng Tay Kak Sie tidak ditarik biaya
apapun.
Pagoda Avalokitesvara yang bertingkat-tingkat. (FOTO: Nana Podungge)
Pagoda Avalokitesvara
Pagoda Avalokitesvara bisa dicapai dari
pusat kota dengan berkendara selama setengah jam. Bentuk dan warna
bangunan pagoda setinggi 45 meter ini cukup mencolok, sehingga
menemukannya bukan perkara sulit. Rasakan suasana Tiongkok yang kental
di pagoda ini. Terdapat patung Bodhisattva Avalokitesvara, atau yang
juga dikenal sebagai Dewi Kwan Sie Im Po Sa di area dalam. Pengunjung
banyak yang berdoa dan melakukan ritual Tjiam Shi di hadapan patung ini,
dan berharap diberkahi kasih sayang oleh sang dewi agar hidupnya
senantiasa beruntung.
Sambil menikmati arsitekturnya yang
indah, kita juga bisa mencoba membaca peruntungan nasib. Goyangkan wadah
berisi bilah-bilah bambu hingga salah satu bilah ada yang terjatuh.
Lalu, minta penjaga pagoda untuk berbaik hati membacakan hasill ramalan
nasib tersebut. Jika setelah percobaan ketiga menggoyangkan wadah namun
tidak ada satupun bambu yang jatuh, itu tandanya kamu tidak beruntung
dan bisa mencoba lagi di lain hari.
Warung Semawis
Pasar yang juga kerap disebut Warung
Semawis ini adalah sebuah pasar malam di kawasan pecinan kota Semarang,
tepatnya di Jalan Rawung. Semawis merupakan kependekan dari Komunitas
Pecinan Semarang untuk Pariwisata. Awalnya pasar ini adalah konsep yang
digagas oleh perkmpulan kopi Semawis.
Pasar Semawis berawal dengan diadakannya
Pasar Imlek Semawis pada tahun 2004, menyusul diresmikannya Tahun Baru
Imlek sebagai hari libur nasional. Kini Pasar Semawis merupakan pusat
jajanan terpanjang di Semarang yang menyajikan berbagai hidangan yang
sayang untuk dilewatkan, mulai dari nasi ayam, kue serbai, aneka es,
sate, dan masih banyak lagi. Kita juga masih bisa menyaksikan sekelompok
orang tua asyik bernyanyai si tenda karaoke yang disewakan untuk
pengunjung.
Jam buka: 18.00-00.00
Kelenteng Sam Poo Kong. (FOTO: Nana Podungge)
Kelenteng Sam Poo Kong
Banyak yang menyebut Kelenteng Sam Poo
Kong sebagai Kelenteng Cheng Ho. Sedikit membingungkan karena penjelajah
Tiongkok era 1405 – 1433 itu adalah seorang muslim. DiSurabaya ada
masjid Cheng Ho, demikian halnya di Palembang dan Pasuruan.
Masjid-masjid tersebut dibangun untuk menandai perjalanan Cheng Ho ke
lokas-lokasi tersebut.
Komplek Kelenteng Sam Poo Khong terletak
di kawasan Gedong Batu. Di pelataran beridir patung Laksamana Cheng Ho
dalam ukuran jumbo. Selain patung, masih ada lagi objek yang lebih
penting dan menarik, yakni Gua Sam Poo Khong dan Kelenteng Besar. Gua
Sam Poo Khong menjadi istimewa karena gua tersebut dipercaya sebagai
petilasan Cheng Ho ketika awak kemudi armada kapalnya sakit keras. Gua
berdinding batu ini juga memiliki sumber mata air abadi. Di dalam area
komplek yang sama, juga terdapat Kelenteng Tho Tee Kong dan empat tempat
pemujaan lain. Umat Tri Dharma di Semarang aktif beribadah di kelenteng
ini.
Jam buka: 06.00-23.00
Tiket masuk: Komplek kelenteng Rp 3.000, Bangunan kelenteng Rp 20.000
Tiket masuk: Komplek kelenteng Rp 3.000, Bangunan kelenteng Rp 20.000
Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah dibangun pada
tahun 2001 dan baru selesai dan diresmikan lima tahun setelahnya.
Bangunan masjid berdiri di area seluas sekitar 10 hektar. Luas pelataran
masjid yang berlokasi di Jalan Gajah ini mencapai 7.500 m² dan
dilengkapi enam payung raksasa yang dapat membuka dan menutup secara
otomatis, mirip dengan yang Masjid Nabawi di Madinah.
Bangunan masjid mengadopsi arsitektur
Jawa, Arab, dan Roma. Selain untuk beribadah, banyak pengunjung yang
datang ke sini untuk berwisata religi. Di sini terdapat menara setinggi
99 meter yang diberi nama Al Husna Tower, sebagai perlambang nama-nama
mulia Allah SWT. Dari menari ini pengunjung bisa lanjut ke Museum
Kebudayaan Islam yang terletak di lantai dua atau bersantap di restoran
yang ada di lantai 18. Jika ingin meneropong pemandangan kota, silakan
naik ke lantai 19 untuk menyewa teropong.
Jam buka: 08.00-21.00
Tiket masuk: Menara Al Husna Rp3.000 (di atas pukul 17.30 Rp 4.000)
Tiket masuk: Menara Al Husna Rp3.000 (di atas pukul 17.30 Rp 4.000)
Wisata kuliner di Semarang
Dikenal sebagai kota lumpia, tak salah jika saat berkunjung ke Semarang untuk menikmati kuliner,
kamu pantang melewatkan kudapan yang satu ini. Setidaknya ada empat
lokasi utama yang menjajakan lumpia, yakni Gang Lombok, Jalan Pemuda,
Jalan Mataram dan Jalan Pandanaran. Lumpia Gang Lombok no 11 termasuk
yang legendaris. Toko yang berlokasi di dekat Kelenteng Tay Kak Sie ini
sudah dikelola tiga generasi. Ada dua jenis lumpia yang dijajakan, basah
dan goreng. Paduan rebung muda, udang, dan telur terasa pas. Satu
lumpia dijual Rp 10.000 dan bisa didapatkan mulai pukul 08.00-16.00.
Kalau sedang musim liburan, pukul 13.00-14.00 bisa jadi sudah tutup
karena banyak peminat.
Kudapan khas lumpia yang banyak dicari saat berkunjung ke Semarang. (FOTO: Clara ROndonuwu)
Kalau suka masakan ikan, boleh juga coba
bandeng presto. Ikan dimasak menggunakan anci bertekanan tinggi
(presto) sehingga tulangnya terasa lunak. Ada bandeng yang digoreng
polos, dan ada juga yang dibalut telur. Salah satu toko yang populer
adalah Bandeng Juwana di Jalan Pandanaran.
Jika ingin merasakan bersantap dengan
nuansa nostalgia, lajukan saja kendaraan kamu ke Toko OEN di Jalan
Pemuda no 52. Restoran ini berdiri sejak 1936, dan merupakan salah satu
restoran tertua di Semarang. Pendirinya adalah sepasang suami istri Liem
Gien Nio (Oma Oen) dan Oen Tjoen Hok (Opa Oen). Toko OEN menyuguhkan
menu-menu klasik, terutama yang berasal dari resep tradisional Belanda,
seperti WIener Schnitzel, Kaasstengels, Huzarensla, dan ada pula
menu-menu Indonesia dan barat seperti Nasi Goreng, Bistik Lidah Sapi,
Cordon Bleu, dan masih banyak lainnya. Rasakan sensasi bersantap sambil
menikmati interior restoran yang memadukan gaya Belanda dan Indonesia
lama.
Sebagai pencuci mulut, coba juga Es Cong
Lik yang bisa dibeli di kawasan Warung Semawis. Es puter khas Semarang
ini tersedia dalam banyak varian rasa, yang semuanya dibuat dari buah
asli dan tidak menggunakan pengawet. Ada rasa cokelat, sirsak, kopyor,
leci, belewah, kacang ijo, dan yang paling populer durian dan alpukat.
Nama Cong Lik berasal dari kata “kacung cilik”, sebab pemilik es puter
ini pernah menjadi pelayan orang Jepang semasa kecil dulu. Harga satu
porsi es Cong Lik (1-2 scoop es) sekitar Rp 9.000, kecuali durian Rp
12.000.
Belanja di Semarang
Barang-barang kebutuhan harian seperti
sayuran, daging, dan lainnya bisa dibeli di pasar-pasar tradisional yang
ada, misalnya Pasar Johar, Pasar Gang Baru, Pasar Jatingaleh, dan Pasar
Jati. Sementara untuk keperluan barang yang lebih beragam, seperti
pakaian, sepatu, aksesori, dan lainnya bisa didapatkan di pusat-pusat
perbelanjaan seperti DP Mall, Ciputra Mall, Java Supermall, dan Paragon.
Sementara untuk oleh-oleh, misalnya
bandeng presto, langsung saja menuju Jalan Pandanaran. Salah satu yang
terkenal adalah Bandeng Juwana. Bandeng tulang lunak dikemas dalam
kantong kedap udara, sehingga bisa tahan untuk beberapa minggu. Harga
bandeng berkisar antara Rp 76.500 – Rp 125.000, tergantung jenis dan
ukuran
Selain bandeng, jangan lupa bawa pulang
wingko babad. jajanan yang terbuat dari ulenan beras ketan dan kelapa
ini dimasak dengan cara dibakar. Rasanya beragam, ada yang polos
(kelapa), cokelat, nangka, pandan, hingga durian. Merk wingko babad yang
populer di Jalan Pandanaran antara lain lain Dryana dan NN. Meniko. Ada
juga Cap Kereta Api yang bisa didapatkan di di Jalan Cenderawasih. Per
bungkusnya, wingko babad dijual seharga Rp 2.000.
Penginapan murah di Semarang
Beragam jenis penginapan tersedia di kota ini, mulai dari kelas losmen
hingga hotel berbintang. Untuk yang dananya terbatas, tarif penginapan
di Semarang bisa didapatkan mulai dari harga Rp 130.000 per malam,
seperti Hostel Imam Bonjol di Jalan Imam Bonjol 177 B.
Untuk hotel kelas menengah, tarif menginapnya mulai dari Rp 300.000 per malam. Sementara untuk hotel berbintang
atau grup hotel di Semarang, seperti Hotel Horison, Hotel Santika
Premiere Semarang, Crowne Plaza, Hotel Ciputra, dan lain-lain tarifnya
mulai dari Rp 600.000 per malam.
Sumber : wego.co.id
0 Komentar