Mungkin kalo kita bahas tentang sejarahnya kalian bakal bosen ya, nah langsung aja kita liat foto2 jaman dulu kota semarang.Silahken disimak!
Pasar Candi semarang
Pekojan adalah salah satu jalan yang berada di kawasan Pecinan atau China Town. Pecinan meliputi perkampungan atau wilayah amat padat, serta menjadi pusat segala jenis komoditi seperti kertas, tekstil, alat rumah tangga dan bahan bangunan. Salah satu ciri daerah Pecinan adalah banyaknya kelenteng dengan ornamen khusus juga.
Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Arsitek gedung ini adalah Kapten J.P. de Bordes (1817-1899). Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur gaya “Indisch” (Hindia Belanda) yang bahan untuk elemen dinding yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis.
Gereja Blenduk adalah gereja kristen protestan yang tertua di Jawa Tengah. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat yang berarti kubah. Nama resmi dalam bahasa belanda adalah “Protestantsche Kerk”. Gedungnya dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Kubahnya besar dan di dalamnya terdapat sebuah orgel barok. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh arsitek W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung ini.
Gambar ini adalah hasil scan kartupos asli yang berwarna-warni. Warnanya dibuat dengan litografi kromo (Chromolithography). Litografi kromo adalah sebuah metode di dalam seni grafis untuk mencetak gambar berwarna-warni di atas permukaan licin. Teknik ini dipakai dari sekitar 1850an sampai 1910an. Sayangnya warna sudah sedikit luntur setelah hampir satu abadBangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, di gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan kompetai dan Kido Buati Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan SK Wali Kota 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Daerah yang sekarang ditempati kompleks Pasar Johar sebelum tahun 1960an merupakan Alun-alun yang merupakan lapangan untuk pawai militer juga. Di foto ini kita melihat pawai kavalari dan infanteri KNIL. Tuan-tuan besar sedang melihat pawai nya dari tribun kehormatan yang di podium. Antara mereka pasti terdapat G.I.Blume, Asisten Residen Semarang pada waktu itu dan Bupati Semarang Raden Toemenggoeng Tjokrodipoero. Tuan-tuan yang kurang besar berdiri di latar depan. Mereka pakai topi tinggi dan tongkat. Rakyat Semarang sedang melihat pawai dari belakang pakar di latar kanan. Alun-alun ada beberapa tiang lampu. Jaman itu belum ada listrik. Lampu nya memakai gas. Sepur kereta trem melewati Alun-alun juga. Di depan ada tempat perhentian trem yaitu “Halte Aloon-aloon”.
Naik bis ke Tjandi Baroe 1930an…Bis di Dr. De Vogelweg yang ganti nama jadi Jl. Letjen S. Parman (tanjakan ini kalo orang sekitar daerah candi bilang adalah tanjakan ndepokel ternyata adalah nama orang belanda de vogel mungkin biar gampang nyebutnya aja ya hehehe…)
Bukit Bergota terkenal sebagai lokasi tanah makam Bergota yang merupakan pemakaman terbesar di kota Semarang.
dikutip dari
0 Komentar