Menteri
Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem dalam pernyataannya baru-baru ini
mengkonfirmasikan kesepakatan pemerintah Damaskus untuk hadir dalam
perundingan Jenewa-2 dan menjelaskan keanggotaan negaranya dalam
Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Al-Moallem dalam wawancara dengan Sky Newsmengatakan, pemerintah
Damaskus siap pergi ke Jenewa untuk memulai perundingan dengan tujuan
menciptakan perdamaian di Suriah, namun kekuasaan tidak akan diserahkan
kepada pihak manapun dan pemerintah hanya siap bernegosiasi dengan
partai-partai legal di Suriah. Demikian dilaporkan Alalam, Ahad (29/9).
Ia mengkritik koalisi oposisi di luar Suriah dan menandaskan, "Koalisi
yang dibentuk di Doha ini tidak memiliki tempat dan posisi di antara
rakyat Suriah, sebab koalisi tersebut meminta Amerika Serikat untuk
menyerang Damaskus."
Menlu Suriah menegaskan, setiap
solusi yang diambil dalam konferensi Jenewa-2 namun tidak diterima oleh
rakyat Suriah, maka solusi tersebut tidak dapat direalisasikan.
Ia menambahkan, pengunduran diri Bashar al-Assad, Presiden Suriah dari
kekuasaannya tidak dapat dibahas saat ini. Assad, lanjutnya, adalah
presiden pilihan rakyat Suriah dan tak seorangpun berhak mempertanyakan
legitimasinya serta ia akan melanjutkan aktivitasnya hingga pemilu
presiden mendatang yang rencananya digelar pada pertengahan tahun 2014.
Mengenai kesepakatan pemerintah Suriah untuk menghancurkan
senjata-senjata kimianya, Al-Moallem mengatakan, "Penggunaan senjata
kimia oleh kelompok-kelompok bersenjata di Khan al-Assal beberapa bulan
lalu telah mendorong Assad untuk menyetujui penghancuran senjata
tersebut sebagai upaya untuk mencegah bahaya dari senjata itu terhadap
rakyat Suriah."
Terkait ancaman senjata nuklir rezim
Zionis Israel, Menlu Suriah menuturkan, "Senjata-senjata penangkal
lainnya yang tidak dilarang di tingkat internasional dapat digunakan
sebagai pengganti senjata-senjata kimia, dan senjata-senjata alternatif
memiliki kekuatan pencegahan yang lebih besar."
Ketika
ditanya mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghancurkan
senjata kimia Suriah yang ditetapkan pada Jumat, al-Moallem mengatakan,
"Tanpa resolusi tersebut, Suriah bergabung dengan
kesepakatan-kesepakatan pelarangan senjata-senjata kimia dan serius
untuk melaksanakan isi kesepakatan tersebut.
Menlu
Suriah juga mengkritik PBB karena telah mengabaikan berbagai bukti
penggunaan senjata kimia oleh militan yang diserahkan oleh delegasi
Rusia beberapa waktu lalu.
"Dokumen-dokumen itu menegaskan penggunaan senjata kimia oleh kelompok-kelompok bersenjata," ujarnya
Menurutnya, kesepakatan untuk menyelesaikan isu senjata kimia Suriah
bukan berarti konflik internal di negara ini berakhir, dan untuk
mengakhiri konflik ini pihak-pihak yang mendukung militan seperti
Amerika Serikat, Eropa dan sejumlah negara Arab harus menghentikan
intervensi mereka terhadap urusan internal Suriah. (IRIB Indonesia/RA)