Tampilkan postingan dengan label Berita Perang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Perang. Tampilkan semua postingan

Bendera Gerakan Separatis Indonesia

Add Comment
Semoga ini bermanfaat bagi anda yang mempelajari sejarah bangsa kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). berikut adalah beberpa bendera gerakan separatis di indonesia yang menginginkan kemerdekaan sendiri dan ingin pisah dari pangkuan Ibu Pertiwi.


Gerakan Pemberontakan Aceh 1953

Bendera Kemerdekaan jawa Barat 1949

Gerakan Separatis Sulawesi  1959

Bendera Gerakan Aceh Merdeka GAM

Gerakan Separatis Sulawesi

Bendera Melanesia Barat

Bendera Negara Islam Indonesia (NII)
Bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM)


Bendera republik Maluku Selatan (RMS)
bendera Republik Maluku Selatan 2011
Bendera PKI
Bendera Republik Riau Merdeka
Bendera Sulawesi Merdeka

sumber : http://free-logovector.blogspot.com/2011/06/bendera-gerakan-separatis-di-indonesia_04.html#more

Sejarah Tentara Nasional Indonesia TNI

Add Comment
Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional. Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern.

Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi agresi Belanda, maka bangsa Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut. Dengan demikian, integritas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

Sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akhir tahun 1949 dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya. Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).

Sistem demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959, mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politisi yang terlalu jauh dalam masalah intern TNI mendorong terjadinya Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan adanya keretakan di lingkungan TNI AD. Di sisi lain, campur tangan itu mendorong TNI untuk terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) yang ikut sebagai kontestan dalam Pemilihan Umum tahun 1955.

Periode yang juga disebut Periode Demokrasi Liberal ini diwarnai pula oleh berbagai pemberontakan dalam negeri. Pada tahun 1950 sebagian bekas anggota KNIL melancarkan pemberontakan di Bandung (pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA), di Makassar Pemberontakan Andi Azis, dan di Maluku pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Sementara itu, DI TII Jawa Barat melebarkan pengaruhnya ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pada tahun 1958 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) melakukan pemberontakan di sebagian besar Sumatera dan Sulawesi Utara yang membahayakan integritas nasional. Semua pemberontakan itu dapat ditumpas oleh TNI bersama kekuatan komponen bangsa lainnya.

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.

Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok politik tertentu. Namun hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari komunisme internasional yang senantiasa gigih berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia termasuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk kepentingan politiknya.

Upaya PKI makin gencar dan memuncak melalui kudeta terhadap pemerintah yang syah oleh G30S/PKI, mengakibatkan bangsa Indonesia saat itu dalam situasi yang sangat kritis. Dalam kondisi tersebut TNI berhasil mengatasi situasi kritis menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.

Dalam situasi yang serba chaos itu, ABRI melaksanakan tugasnya sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan hankam, ABRI menumpas pemberontak PKI dan sisa-sisanya. Sebagai kekuatan sospol ABRI mendorong terciptanya tatanan politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen.

Sementara itu, ABRI tetap melakukan pembenahan diri dengan cara memantapkan integrasi internal. Langkah pertama adalah mengintegrasikan doktrin yang akhirnya melahirkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma (Cadek). Doktrin ini berimplikasi kepada reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri. Disisi lain, ABRI juga melakukan integrasi eksternal dalam bentuk kemanunggalan ABRI dengan rakyat yang diaplikasikan melalui program ABRI Masuk Desa (AMD).

Peran, Fungsi dan Tugas TNI (dulu ABRI) juga mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, sejak tahun 1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain:

Pertama, merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI; kedua, merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau ke masa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI Abad XXI; ketiga; pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal; keempat, penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status. (Kep: 03/)/II/1999); kelima, penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-I; keenam, penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik; ketujuh; TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day Politics; kedelapan, pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada; kesembilan, komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam Pemilu; kesepuluh, penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI); kesebelas, revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan Peran ABRI Abad XXI; keduabelas, perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos; ketigabelas, perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster); keempatbelas, penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem dan Sospoldim; kelimabelas, likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI dan Babinkar ABRI; keenambelas, penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-yayasan milik TNI/Badan Usaha Militer; ketujuhbelas, likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI; kedelapanbelas, penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda; kesembilanbelas, penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak tahap penyaringan; keduapuluh, penghapusan Posko Kewaspadaan; keduapuluhsatu, pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI; keduapuluhdua, likuidasi Organisasi Kaster TNI; keduapuluhtiga, likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI No.21/ VI/ 2005; keduapuluh empat, berlakunya doktrinTNI “Tri Dharma Eka Karma (Tridek) menggantikan “Catur Dharma Eka Karma (Cadek) sesuai Keputusan Panglima TNI nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.
Sebagai alat pertahanan negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik negara. 
 
dikutip dari : http://www.tni.mil.id/

Daftar KODAM Indonesia

Add Comment
Komando Daerah Militer (disingkat Kodam) adalah komando utama pembinaan dan operasional kewilayahan TNI Angkatan Darat. Kodam merupakan kompartemen strategis yang memiliki tugas pokok menyelenggarakan pembinaan kesiapan operasional atas segenap komandonya dan operasi pertahanan aktif di darat sesuai kebijakan Panglima TNI. Sebuah Kodam dipimpin oleh seorang Panglima Kodam atau disingkat Pangdam.

Kekuatan Kodam terdiri dari Komando Resort Militer (Korem), Komando Distrik Militer (Kodim), Komando Rayon Militer (Koramil) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa). Kodam juga mengemban tugas dalam penyelenggaraan pendidikan pembentukan dan pengembangan untuk tingkat Tamtama dan Bintara yang operasionalnya dilaksanakan oleh Resimen Induk Daerah Militer.
Kodam di Indonesia

Ada 13 Komando Kewilayahan sekarang ini yang terdiri dari:

    Kodam Iskandar Muda berkedudukan di Banda Aceh
    Kodam I/Bukit Barisan berkedudukan di Medan
    Kodam II/Sriwijaya berkedudukan di Palembang
    Kodam Jaya berkedudukan di Jakarta
    Kodam III/Siliwangi berkedudukan di Bandung
    Kodam IV/Diponegoro berkedudukan di Semarang
    Kodam V/Brawijaya berkedudukan di Surabaya
    Kodam VI/Mulawarman berkedudukan di Balikpapan
    Kodam VII/Wirabuana berkedudukan di Makassar
    Kodam IX/Udayana berkedudukan di Denpasar
    Kodam XII/Tanjungpura berkedudukan di Pontianak
    Kodam XVI/Pattimura berkedudukan di Ambon
    Kodam XVII/Cendrawasih berkedudukan di Jayapura

Kodam-kodam lama

    Kodam III/17 Agustus
    Kodam X/Lambung Mangkurat
    Kodam XII/Tambun Bungai
    Kodam XIII/Merdeka
    Kodam XIV/Hasanuddin

Pembentukan Kodam

Sepanjang sejarah Indonesia, TNI mengalami beberapa kali regenerasi Kodam. Diantaranya tahun 1985 ketika KSAD Jendral TNI Rudini meregenerasi 17 kodam menjadi 9 kodam ditambah satu kodam ibukota yaitu Kodam Jaya. Ketika itu Kodam I/Iskandar Muda dilebur bersama Kodam II/Bukit Barisan dan Kodam III/Tujuh Belas Agustus menjadi Kodam I/Bukit Barisan.

Bantuan Suriah saat perang Iran -Irak

Add Comment
Bantuan Suriah saat perang Iran -Irak


Kali ini Si admin mencoba membahas berita perang, atau juga bisa di kategorikan berita politik, ya, berita tentang Keadaan Syria atau Suriah sekarang, yang dilanda kekacauan sejak  2011 silam sampe sekarang belum juga selesai, yang kala itu dijuluki Musim Arab Spring, yang dimulai dari Tunisia, Lybia, Mesir dan dan beberapa negara lain di timur tengah dan Afrika utara, namun ada yang sudah melewati masa itu tanpa pergantian Pemimpin, ada juga yang harus dengan Cara- cara lain seperti di Yaman. yang paling seru dan sedang di bahas di banyak negara adalah di Suria.  Negara yang memang berbeda dengan dengan Negara yang di landa Kekacauan di Jazirah arab itu, mengapa berbeda, berikut sekedar Analisa dari saya, Kalau di Mesir, Presiden kala itu sangat dekat dengan Amerika dan tidak dengan Rakyatnya yang mendukung perjuangan  Palestina, bahkan di saaat kekuasaan dia lah, di bangun Tembok pembatas untuk menutupi jalur penyebrangan dari Jalur Gaza ke Rafah Mesir, dan ini juga yang tentunya di inginkan oleh Israel. yang kala perang Israel -palestina 2008, Pintu penyebrangan bukannya di buka untuk Para pengungsi tapi malah ditutup rapat, Sungguh terlalu....
Kalau di Tunisia, Pemimpinnya kala itu juga dekat dengan Amerika, bahkan katanya banyak program pengetatan untuk  Peribatann Umat ISlam di negara itu, dan tidak untuk umat beragama lainnya, Alih-Alih mencegah terorisme, yang akan beribadah di masjid harus mempunyai kartu identitas khusus, sejenis kartu anggota yang diperoblehkan beribadah di Masjid. dan kala perang Israel Pelastina tahun 2008, sempat terdengar berita kalau di negara itu dilarang untuk Berdemo.  sungguh terlalu,,,,
dan Di Lybia, informasinya pemimpinnya berkuasa dengan tangan besi, hampir sama dengan dengan Mesir sih, tapi bedanya di kala para rakyat ingin bebas (menuntut pemerintahan yang demokrsi dan berkeadilan) dengan berdemo, Pemimpinya malah menyatakan perang dengan rakyatnya sendiri, bukan mencari solusi politik untuk kebaikan negara dan bangsa. memang saat itu Negara - negara afrika sebagian besar memilih diam dan ada bahkan yang mendukung Kadafi di awal-awalnya. Hal itu di karenakan Negara ini adalah negara Kaya, banyak Sumbangan dari Kaddafi untuk organisasi Afrika. Bagaimana hubungan Antara pemimpin Lybia kala itu dengan Amerika dengan Uni Eropa? sepertinya baik-baik saja saja walaupun tidak juga terlalu mesra.

sedangkan Suriah, walau pemerintahan juga bisa di bilang tidak demokratis, dan pemimpin sekarang adalah anak dari pemimpin sebelumnya, setidaknya dia di dukung sebagian  besar rakyatnya. hal ini bisa di karenakan dia mengambil kebijakan terbalik dengan negara-negara arab lainya, di negara inilah banyak pengungsi dari negara tetangganya, baik itu Irak, palestina dan atau negara tetangga lainnya, dan katanya mereka mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama dengan warga negara suriah sendiri, baik itu kesehatan, pelayan sosial dan lain lain. dan di saat negara lain tidak mau menyediakan tempat bagi  Para pemimpin Hamas, di negara inilah meraka membuka markas, negara ini juga memberikan dukungan kepada negara negara atau kelompokyang di perangi oleh Israel. dari situ bisa di katakan  kalau dosa terbesar negara ini yang hingga membuat Ameriak dan teman -temannya murka adalah dia mendukung secara terang -terangan Hamas dan Hizbullah.

Nah bagaimana dengan dengan Negara lain di Jazirah arab itu, seperti Yordania, Arab saudi, Irak, Kuwait,  Yordania, bahrain ? memang sempat ada demo menuntuk pergantian pemimpin atau sistim pemerintahan yang demokratis, namun tetap bisa di kontrol pemerintah dengan cara- cara yang bisa di terima juga, terkucuali di Bahrain yang hingga sekarang masih di landa Kekacauan, perberdaan Suriah dan baharain, kalau di bahrain walau hampir semua rakyar berdemno menuntuk pergantian sistem pemerintahan, namun tidak dengan angkat senjata, dan tidak juga meminta bantuan senjata atau di bantu oleh  negara lain,  bahkan pemerintah nya sendiri yang memminta bantuan  negara tetangganya untuk menumpas para demonstran, bahkan dengan cara- cara yang sudah kelewat batas kemanusiaaan. bayangkan kalau rakyatnya di bantu oleh amerika atau negara eropa atau juga negara arab lainnya seperti di Suriah, mungkin dalam hitungan bulan, pemerintahnya sudah tumbang tak tersisa, namun ini tidak terjadi, salah satu alasaanya adalah, negara ini adalah sekutu kuat amerika dan Uni eropa, yang konon  sejak kemerdekaannya para pemimpinnya selalu mendapat bantuan  baik itu politik atau lainnya agar tetap berada di kursi kekuasaaannya. dan juga pangkalan militer Amerika ada di negara ini, sangat strategis untuk menjaga kempentingan amerika di Teluk persia, dan bisa jadi dengan alasan mencegah ancaman militer dari Iran. Mungkin dengan alasan itulah USA tidak mau ada pergntian pemimpin di negara itu.

Sekarang kita ke intinya saja, Bantuan Syria saat perang Iran -Iraq, mengapa hingga saat ini di suriah tetap ada yang berbeda pendapat, itu karena banyak kepentingan tiap-tiap negara di Negeri syam ini. negara-negara eropa dan di Amerika utara  serta Turki jelas mendukung para pemberontak bersenjata untuk menjatuhkan pemerintaan sah Assad, negara arab terbagi atas keperluan dan kepentingan masing-masing, ada yang mendukung   Pemberontak secara terang terangan , bahkan sampai memberikan bantuan persentaan berat dan rinagn, finansial. ada juga negara yang mendukung namun tetap bedasarkan kepentingan sendiri serta tidak terang-terangan mendukung pemberontak dengan persenjataan seperti Mesir, dan Irak yang memilih netral demi untuk mencegah menjalarnya para teroris itu kenegranya, atau mungkin karen masih banyaknya para pengungsi Irak di Suriah sejak perang irak tahun 2003 lalu. kalau Lebanon memilih Netral dan mendukun Suriah di forum-forom internaional. hal ini tentunya untuk kepentingan negaranya juga, Kalau Yordania, melilih netral juga, namun menyadiakn tempat untuk para pemberontak berlatin dan bahkan   para Pelatih tangguh dari negara maju beserta agen pasukan khususnya Seperti dari Amerika, Inggris dan beberapa negara lain, hal ini tentunya sudah dengan pertimbangan kalau Suriah sudah tidak punya kekuatan lagi menekan Yordania dari segi politik. kalau Rusia dan China, mendukung sulusi damai di Suriah hal ini tentu berdasarka kepentingan juga, dan bisa jadi ini juga memamang hal yang seharusnya di lakukan semua negara. Bagaimana dengan sikap Indonesia?? kurang jelas jawabannya,,,,tapi yang jelas di Forom internasional yang membahas tentang Suriah, jika ada poling Suara, sudah dapat di pastikan Indonesia akan meberikan suara sama dengan amerika dan sekutunya, Namun bedanya walau indonesia memilih yang sama dengan Amerika, namun indonesia masih memilih alasan yang halus, agar tidak ketahuan terlalu mendukung. Atau paling hebat memilih Abstain, tidak taulah apa alasan dari semua ini, apakah karena negara-negara itu dulunya tidak berjasa dalam sejarah Indonesia, baik itu saat merebut kemerdekaan, saat merebut Irian Barat atau saat konfrontasi dengan Malaysia. atau juga Negeri ini hanya mengambil keputusan berdasarkan kepentingannya sendiri, Alias melihat untung rugi.

Dan inti yang akan di bahas adalah dukungan iran terhadap Suriah, dukungan dari segi politik dan mungkin dukungan lain seperti startegis, moral atau militer yang mungkin belum banyak di ketahui, yang akan di bahas disini adalah dukungan timbal balik antara iran dan Suriah, yaitu saat Negara Iran sedang di landa Perang dengan Iran yang di dukung hampir semua megara Arab, dan secara politik dari Amerika dan Eropa, hanya sekedar melihat, negara mana saja yang mendukung Iran di kala itu, dan untuk menjelaskan itu, saya akan berikan kutipan tentannya yang bersumber dari indonesia.irib.ir, degan judul " Mantan Menteri Iran, di Era Perang, Suriah mendukung Iran", berikut Kutipannya .
Mohsen Rafiqdust mantan menteri Pasdaran Iran di era Perang Pertahanan Suci melawan agresi rezim Saddam, mengungkapkan dukungan pemerintah Suriah pada era perang tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Fars News (1/8), Rafiqdust mengatakan, "Suriah termasuk di antara segelintir negara yang berada di samping Republik Islam dan memberikan bantuan terbanyak dari sektor militer, berkat perhatian presidennya saat itu yaitu Hafez Assad (Ayah Presiden Suriah saat ini Bashar al-Assad).

"Ketika Iran saat itu memiliki sedikit pengalaman, Suriah memberikan bantuan pelatihan satuan rudal dan roket Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Islam Iran) dan juga memberikan bantuan persenjataan, pada era Perang Pertahanan Suci melawan rezim Saddam," katanya.

Ditambahkannya, "Meski dukungan Republik Islam Iran saat ini kepada Suriah dan pemerintahan Bashar al-Assad di hadapan gelombang fitnah Barat adalah berdasarkan kebebasasan dan perlawanan terhadap imperialisme, akan tetapi ada baiknya jika warga Iran mengetahui bantuan Suriah ketika seluruh imperialis dunia berada di belakang rezim Baats Saddam dan bersama-sama melawan Iran."

Membeli Senjata atas Nama Suriah

Mohsen Rafiqdust menjelaskan, "Suriah termasuk di antara negara pertama yang mengakui kemenangan Rvolusi Islam Iran. Tiga tahun setelah Revolusi menang, perang meletus dan Suriah yang kebetulan tetangga Irak, menyatakan mendukung Iran. Sampai perang berakhir, saya bertugas di bidang logistik Pasdaran, dan berulangkali kami menggunakan bantuan dari Suriah."

"Kami menghadapi berbagai kesulitan di bidang penerbangan. Saya langsung terbang ke Damaskus dan bertemu dengan Hafez al-Assad. Dia langsung memerintahkan untuk menyerahkan sebuah hangar dan gudang kepada saya dan apa yang kami beli kami letakkan di sana dan pada waktu yang tepat kami mengirimnya ke Iran."

Mantan menteri Pasdaran era Perang Suci mengatakan, "Beberapa kali ketika negara-negara Timur menolak menjual senjata dan logistik, kami pergi ke sejumlah negara seperti Bulgaria, Polandia, Hungaria dan … dan kami membeli atas nama Suriah, dan setelah barang dimuat kapal tidak pergi ke Suriah melainkan ke Iran

Peran Suriah Mencegah Jatuhnya Wilayah Fav

Rafiqdust lebih lanjut menjelaskan, "Sekali waktu Suriah membantu kami yang mungkin dari sisi kuantitas dan nilai finansial tidak besar akan tetapi sangat penting. Sebelum dimulainya Operasi Fav, kami membeli sebuah kapal logistik 40 hingga 50 ribu ton dari Cina dan karena sebab yang tidak diketahui, kapal tersebut terlambat tiba dan persediaan logistik kami menipis, dan jika dalam 48 jam tidak sampai, maka garis depan Fav akan jatuh."

"Oleh karena itu kami mengontak Suriah dan beberapa jam kemudian kami melakukan 10 penerbangan ke Damaskus dan 1000 ton logsitik yang kami perlukan untuk 10 hari sampai dan setelah itu, kapal kami pun tiba. Masalah terselesaikan. Mungkin nilai logsitik yang diberikan oleh Suriah 10-20 juta USD akan tetapi sangat tepat waktu sehingga Fav dapat tetap terjaga."

"Saya akan bersaksi bahwa di era Perang Pertahanan Suci, Suriah mendukung kami dan dukungan tersebut diungkapkan secara nyata. Di masa perang, kami menangkap tawanan perang dari 11 negara dan kami merebut rampasan perang dari 30 negara, akan tetapi kami tidak menangkap satu pun tawanan perang dari Suriah atau Libya."

Penilaian Hafez Assad Terhadap Imam Khomeini

Sebelum perang saya bertemu dengan Hafez al-Assad dan dia menilai karakter Imam Khomeini dan mengatakan, "Dalam sejarah ratusan tahun terakhir, dunia tidak menyaksikan sosok manusia seperti Imam Khomeini dan Imam adalah sosok yang dicintai oleh teman-temannya sedang musuh-musuh menghormatinya."

"Hafez al-Assad berpendapat bahwa tempat  di mana Imam Khomeini memeraintah, harus didukung."(IRIB Indonesia/MZ)

Sekarang kita sedikt akan menganalisa hasi artikel kutipan di atas,
dari sekian hasil kutipan, kita akan mencari tau negara mana saja yang membantu Iran di kala itu, baik secara terang-terangan, sembunyi-sembunyi, secara politik dan secara militer, di dalam kutipan itu di sebutkan negara Cina, libya dan Suriah namun yang paling mennjol dan terang terangan hanyalah suriah. bagaimana dengan bantuan negara-negara lain terhadap Iran dan atau Irak, bagaimana Sikap dari Indonesia kala itu? artikel ini dimaksudkan juga untuk berbagi semua informasi tentang itu, semoga ada masukan dari pembaca kelak,,

Demikian sedikit hasil analisa si Admin, adapun semua informasi yang di daptakna bersumber dari media internet yang membahas tentang itu,dan masih ada kemungkinan untuk terjadi kekeliruan, jadi penuslis masih mengharapkan banyak masukan serta kritikan untuk kelengkapan artikel ini.
Salam Blogger