Tampilkan postingan dengan label Berita Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Politik. Tampilkan semua postingan

Lambang Bendera Negara Bagian di Malaysia

Add Comment
semoga bermanfaat bagi anda yang membutuhkan

selamat datang di blog saya



Bendera malaysia

Bendera Wilayah Persekutuan Putra Jaya

Bendera Kelantan Darul Naim

Bendera Negeri Johor Darul Takzim

Bendera  Negeri Kedah Darul Aman

Bendera Negeri Melaka Bandaraya Bersejarah
Bendera Negeri Sembilan Darul Khusus
Bendera
Negeri Terengganu Darul Iman


Bendera Sabah Negeri di Bawah Bayu

Bendera Pulau Pinang Pulau Mutiara

Bendera Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur

Bendera Wilayah Persekutuan Labuan

Bendera Gerakan Separatis Indonesia

Add Comment
Semoga ini bermanfaat bagi anda yang mempelajari sejarah bangsa kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). berikut adalah beberpa bendera gerakan separatis di indonesia yang menginginkan kemerdekaan sendiri dan ingin pisah dari pangkuan Ibu Pertiwi.


Gerakan Pemberontakan Aceh 1953

Bendera Kemerdekaan jawa Barat 1949

Gerakan Separatis Sulawesi  1959

Bendera Gerakan Aceh Merdeka GAM

Gerakan Separatis Sulawesi

Bendera Melanesia Barat

Bendera Negara Islam Indonesia (NII)
Bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM)


Bendera republik Maluku Selatan (RMS)
bendera Republik Maluku Selatan 2011
Bendera PKI
Bendera Republik Riau Merdeka
Bendera Sulawesi Merdeka

sumber : http://free-logovector.blogspot.com/2011/06/bendera-gerakan-separatis-di-indonesia_04.html#more

Mesir Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Indonesia

Add Comment
Ada baiknya kita mengenang kembali sejarah yang seringkali tidak diungkapkan. Tetapi berperan sangat penting dalam perubahan status bangsa Indonesia, dari yang bangsa yang dijajah menjadi bangsa yang merdeka. Proses kemerdekaan Indonesia tidak saja ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno – Hatta yang disertai upacara pengibaran bendera yang diiringi lagu Indonesia Raya. Kemerdekaan bangsa ini belum berarti apa-apa sebelum adanya pengakuan dari negara lain. Bangsa Indonesia berutang budi pada negara-negara yang telah membantu proses kemerdekaan bangsa tersebut.
Pengakuan kedaulatan Indonesia pertama kali bukanlah dilakukan oleh negara-negara Barat, apalagi Amerika Serikat yang sering mengklaim dirinya sebagai promotor kebebasan dan jaminan HAM! Perjuangan kemerdekaan Indonesia dibantu oleh negara-negara muslim di Arab secara heroik tidak lain karena faktor Islam. Adanya kedekatan emosional (ukhuwah Islamiyyah) antara bangsa Indonesia yang tengah memperjuangkan kemerdekaannya dengan bangsa-bangsa Arab.
Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kedekatan emosional tokoh-tokoh nasional seperti, M. Natsir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dll dengan tokoh-tokoh pergerakkan Islam di Mesir seperti Hasan Albana dengan gerakkan Ikhwanul Muslimin yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bumi-bumi Islam yang lainnya. Negara-negara yang tercatat sebagai pemberi pengakuan pertama kepada RI selain Mesir adalah Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut Liga Arab (Arab League) juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab (Arab League) supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama terjalin hubungan yang kekal “karena di antara kita timbal balik terdapat pertalian agama”. Sementara pernyataan Sutan Syahrir atas dukungan negara-negara Arab yang diungkapkan di Harian Ikhwanul Muslimin, Mesir pada 5 Oktober 1947 … “Adalah suatu kenyataan adanya kecenderungan mengembang dalam ummat Islam di dunia ke arah persatuan dan peleburan dalam satu persudaraan Islam yang bertujuan memutuskan rantai-rantai penjajahan asing … Indonesia menyokong Pakistan sepenuhnya. Indonesia negeri Islam dan akan berjuang di barisan kaum Muslimin.”
Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati proses yang cukup panjang dan heroic. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ”menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Kedatangan Duta besar Belanda bertujuan mengingatkan Mesir tentang hubungan ekonomi Mesir dan Belanda serta janji dukungan Belanda terhadap Mesir dalam masalah Palestina di PBB. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”. Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arsb kepada Indonesia dengan mengatakan ”karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”
Dengan adanya pengakuan Mesir tersebut Indonesia secara de jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional. Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.
Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buktinya pada 11 November 1945 melalui pidato dari radio Delhi, Jinnah menginstruksikan agar tentara India Muslim tidak ikut bertempur melawan pejuang Indonesia. Akibatnya, empat hari kemudian, 400 orang tentara India Muslim melakukan disersi. Di Surabaya disersi itu melibatkan Kapten Mohammad Zia Ul-Haqq yang belakangan menjadi Presiden Pakistan. Pada 8 November itu juga Masyumi menghubungi Raja Ibnu Suud dan memohon agar beliau memaklumkan kemerdekaan Indonesia kepada jama’ah haji yang sedang wuquf di Padang Arafah dan meminta agar jama’ah haji mendoakan perjuangan bangsa Indonesia.
Simpati rakyat Mesir terhadap perjuangan di Indonesia antara lain juga diperlihatkan pada rapat umum partai-partai politik dan organisasi massa pada 30 Juli 1947, di antara pembicara bahkan terdapat (Presiden) Habib Burguiba dari Tunisia dan Allal A Fassi, pemimpin Maroko. Rapat umum itu menyetujui satu resolusi. Antara lain: (1). Pemboikotan barang-barang buatan Belanda di seluruh negara-negara Arab; (2). Pemutusan hub diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda. (3). Penutupan pelabuhan-pelabuhan dan lapangan-lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal-kapal dan pesawat-pesawat Belanda (secara konkret poin ini dilaksanakan di Terusan Suez); (3). Pembentukan tim-tim kesehatan untuk menolong korban-korban agresi Belanda (secara konkret Mesir mengirim misi Bulan Merah ke Indonesia lengkap dengan obat, alat kesehatan dan tim dokter).
Setiap aksi Belanda di tanah air kita yang mengancam kemerdekaan Indonesia disambut dengan demonstrasi-demonstrasi anti Belanda di negara-negara Timur Tengah. Mengingat perjalanan sejarah tersebut, adalah suatu keharusan bangsa dan negara Indonesia berperan aktif dalam menyelesaian krisis di Palestina, Libanon dan negara-negara Islam lainnya khususnya di Timur Tengah. Karena ternyata Indonesia mendapatkan pengakuan internasional karena berhasil meng-image-kan diri sebagai negara berdasarkan ajaran Islam. Oleh karena itu, adalah hal yang wajar ummat Islam di Indonesia mendapatkan akomodasi lebih baik dari negara saat ini karena bangsa ini dimerdekakan oleh semangat ukhuwah Islamiyyah dari negara-negara muslim.

Bantuan Suriah saat perang Iran -Irak

Add Comment
Bantuan Suriah saat perang Iran -Irak


Kali ini Si admin mencoba membahas berita perang, atau juga bisa di kategorikan berita politik, ya, berita tentang Keadaan Syria atau Suriah sekarang, yang dilanda kekacauan sejak  2011 silam sampe sekarang belum juga selesai, yang kala itu dijuluki Musim Arab Spring, yang dimulai dari Tunisia, Lybia, Mesir dan dan beberapa negara lain di timur tengah dan Afrika utara, namun ada yang sudah melewati masa itu tanpa pergantian Pemimpin, ada juga yang harus dengan Cara- cara lain seperti di Yaman. yang paling seru dan sedang di bahas di banyak negara adalah di Suria.  Negara yang memang berbeda dengan dengan Negara yang di landa Kekacauan di Jazirah arab itu, mengapa berbeda, berikut sekedar Analisa dari saya, Kalau di Mesir, Presiden kala itu sangat dekat dengan Amerika dan tidak dengan Rakyatnya yang mendukung perjuangan  Palestina, bahkan di saaat kekuasaan dia lah, di bangun Tembok pembatas untuk menutupi jalur penyebrangan dari Jalur Gaza ke Rafah Mesir, dan ini juga yang tentunya di inginkan oleh Israel. yang kala perang Israel -palestina 2008, Pintu penyebrangan bukannya di buka untuk Para pengungsi tapi malah ditutup rapat, Sungguh terlalu....
Kalau di Tunisia, Pemimpinnya kala itu juga dekat dengan Amerika, bahkan katanya banyak program pengetatan untuk  Peribatann Umat ISlam di negara itu, dan tidak untuk umat beragama lainnya, Alih-Alih mencegah terorisme, yang akan beribadah di masjid harus mempunyai kartu identitas khusus, sejenis kartu anggota yang diperoblehkan beribadah di Masjid. dan kala perang Israel Pelastina tahun 2008, sempat terdengar berita kalau di negara itu dilarang untuk Berdemo.  sungguh terlalu,,,,
dan Di Lybia, informasinya pemimpinnya berkuasa dengan tangan besi, hampir sama dengan dengan Mesir sih, tapi bedanya di kala para rakyat ingin bebas (menuntut pemerintahan yang demokrsi dan berkeadilan) dengan berdemo, Pemimpinya malah menyatakan perang dengan rakyatnya sendiri, bukan mencari solusi politik untuk kebaikan negara dan bangsa. memang saat itu Negara - negara afrika sebagian besar memilih diam dan ada bahkan yang mendukung Kadafi di awal-awalnya. Hal itu di karenakan Negara ini adalah negara Kaya, banyak Sumbangan dari Kaddafi untuk organisasi Afrika. Bagaimana hubungan Antara pemimpin Lybia kala itu dengan Amerika dengan Uni Eropa? sepertinya baik-baik saja saja walaupun tidak juga terlalu mesra.

sedangkan Suriah, walau pemerintahan juga bisa di bilang tidak demokratis, dan pemimpin sekarang adalah anak dari pemimpin sebelumnya, setidaknya dia di dukung sebagian  besar rakyatnya. hal ini bisa di karenakan dia mengambil kebijakan terbalik dengan negara-negara arab lainya, di negara inilah banyak pengungsi dari negara tetangganya, baik itu Irak, palestina dan atau negara tetangga lainnya, dan katanya mereka mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama dengan warga negara suriah sendiri, baik itu kesehatan, pelayan sosial dan lain lain. dan di saat negara lain tidak mau menyediakan tempat bagi  Para pemimpin Hamas, di negara inilah meraka membuka markas, negara ini juga memberikan dukungan kepada negara negara atau kelompokyang di perangi oleh Israel. dari situ bisa di katakan  kalau dosa terbesar negara ini yang hingga membuat Ameriak dan teman -temannya murka adalah dia mendukung secara terang -terangan Hamas dan Hizbullah.

Nah bagaimana dengan dengan Negara lain di Jazirah arab itu, seperti Yordania, Arab saudi, Irak, Kuwait,  Yordania, bahrain ? memang sempat ada demo menuntuk pergantian pemimpin atau sistim pemerintahan yang demokratis, namun tetap bisa di kontrol pemerintah dengan cara- cara yang bisa di terima juga, terkucuali di Bahrain yang hingga sekarang masih di landa Kekacauan, perberdaan Suriah dan baharain, kalau di bahrain walau hampir semua rakyar berdemno menuntuk pergantian sistem pemerintahan, namun tidak dengan angkat senjata, dan tidak juga meminta bantuan senjata atau di bantu oleh  negara lain,  bahkan pemerintah nya sendiri yang memminta bantuan  negara tetangganya untuk menumpas para demonstran, bahkan dengan cara- cara yang sudah kelewat batas kemanusiaaan. bayangkan kalau rakyatnya di bantu oleh amerika atau negara eropa atau juga negara arab lainnya seperti di Suriah, mungkin dalam hitungan bulan, pemerintahnya sudah tumbang tak tersisa, namun ini tidak terjadi, salah satu alasaanya adalah, negara ini adalah sekutu kuat amerika dan Uni eropa, yang konon  sejak kemerdekaannya para pemimpinnya selalu mendapat bantuan  baik itu politik atau lainnya agar tetap berada di kursi kekuasaaannya. dan juga pangkalan militer Amerika ada di negara ini, sangat strategis untuk menjaga kempentingan amerika di Teluk persia, dan bisa jadi dengan alasan mencegah ancaman militer dari Iran. Mungkin dengan alasan itulah USA tidak mau ada pergntian pemimpin di negara itu.

Sekarang kita ke intinya saja, Bantuan Syria saat perang Iran -Iraq, mengapa hingga saat ini di suriah tetap ada yang berbeda pendapat, itu karena banyak kepentingan tiap-tiap negara di Negeri syam ini. negara-negara eropa dan di Amerika utara  serta Turki jelas mendukung para pemberontak bersenjata untuk menjatuhkan pemerintaan sah Assad, negara arab terbagi atas keperluan dan kepentingan masing-masing, ada yang mendukung   Pemberontak secara terang terangan , bahkan sampai memberikan bantuan persentaan berat dan rinagn, finansial. ada juga negara yang mendukung namun tetap bedasarkan kepentingan sendiri serta tidak terang-terangan mendukung pemberontak dengan persenjataan seperti Mesir, dan Irak yang memilih netral demi untuk mencegah menjalarnya para teroris itu kenegranya, atau mungkin karen masih banyaknya para pengungsi Irak di Suriah sejak perang irak tahun 2003 lalu. kalau Lebanon memilih Netral dan mendukun Suriah di forum-forom internaional. hal ini tentunya untuk kepentingan negaranya juga, Kalau Yordania, melilih netral juga, namun menyadiakn tempat untuk para pemberontak berlatin dan bahkan   para Pelatih tangguh dari negara maju beserta agen pasukan khususnya Seperti dari Amerika, Inggris dan beberapa negara lain, hal ini tentunya sudah dengan pertimbangan kalau Suriah sudah tidak punya kekuatan lagi menekan Yordania dari segi politik. kalau Rusia dan China, mendukung sulusi damai di Suriah hal ini tentu berdasarka kepentingan juga, dan bisa jadi ini juga memamang hal yang seharusnya di lakukan semua negara. Bagaimana dengan sikap Indonesia?? kurang jelas jawabannya,,,,tapi yang jelas di Forom internasional yang membahas tentang Suriah, jika ada poling Suara, sudah dapat di pastikan Indonesia akan meberikan suara sama dengan amerika dan sekutunya, Namun bedanya walau indonesia memilih yang sama dengan Amerika, namun indonesia masih memilih alasan yang halus, agar tidak ketahuan terlalu mendukung. Atau paling hebat memilih Abstain, tidak taulah apa alasan dari semua ini, apakah karena negara-negara itu dulunya tidak berjasa dalam sejarah Indonesia, baik itu saat merebut kemerdekaan, saat merebut Irian Barat atau saat konfrontasi dengan Malaysia. atau juga Negeri ini hanya mengambil keputusan berdasarkan kepentingannya sendiri, Alias melihat untung rugi.

Dan inti yang akan di bahas adalah dukungan iran terhadap Suriah, dukungan dari segi politik dan mungkin dukungan lain seperti startegis, moral atau militer yang mungkin belum banyak di ketahui, yang akan di bahas disini adalah dukungan timbal balik antara iran dan Suriah, yaitu saat Negara Iran sedang di landa Perang dengan Iran yang di dukung hampir semua megara Arab, dan secara politik dari Amerika dan Eropa, hanya sekedar melihat, negara mana saja yang mendukung Iran di kala itu, dan untuk menjelaskan itu, saya akan berikan kutipan tentannya yang bersumber dari indonesia.irib.ir, degan judul " Mantan Menteri Iran, di Era Perang, Suriah mendukung Iran", berikut Kutipannya .
Mohsen Rafiqdust mantan menteri Pasdaran Iran di era Perang Pertahanan Suci melawan agresi rezim Saddam, mengungkapkan dukungan pemerintah Suriah pada era perang tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Fars News (1/8), Rafiqdust mengatakan, "Suriah termasuk di antara segelintir negara yang berada di samping Republik Islam dan memberikan bantuan terbanyak dari sektor militer, berkat perhatian presidennya saat itu yaitu Hafez Assad (Ayah Presiden Suriah saat ini Bashar al-Assad).

"Ketika Iran saat itu memiliki sedikit pengalaman, Suriah memberikan bantuan pelatihan satuan rudal dan roket Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Islam Iran) dan juga memberikan bantuan persenjataan, pada era Perang Pertahanan Suci melawan rezim Saddam," katanya.

Ditambahkannya, "Meski dukungan Republik Islam Iran saat ini kepada Suriah dan pemerintahan Bashar al-Assad di hadapan gelombang fitnah Barat adalah berdasarkan kebebasasan dan perlawanan terhadap imperialisme, akan tetapi ada baiknya jika warga Iran mengetahui bantuan Suriah ketika seluruh imperialis dunia berada di belakang rezim Baats Saddam dan bersama-sama melawan Iran."

Membeli Senjata atas Nama Suriah

Mohsen Rafiqdust menjelaskan, "Suriah termasuk di antara negara pertama yang mengakui kemenangan Rvolusi Islam Iran. Tiga tahun setelah Revolusi menang, perang meletus dan Suriah yang kebetulan tetangga Irak, menyatakan mendukung Iran. Sampai perang berakhir, saya bertugas di bidang logistik Pasdaran, dan berulangkali kami menggunakan bantuan dari Suriah."

"Kami menghadapi berbagai kesulitan di bidang penerbangan. Saya langsung terbang ke Damaskus dan bertemu dengan Hafez al-Assad. Dia langsung memerintahkan untuk menyerahkan sebuah hangar dan gudang kepada saya dan apa yang kami beli kami letakkan di sana dan pada waktu yang tepat kami mengirimnya ke Iran."

Mantan menteri Pasdaran era Perang Suci mengatakan, "Beberapa kali ketika negara-negara Timur menolak menjual senjata dan logistik, kami pergi ke sejumlah negara seperti Bulgaria, Polandia, Hungaria dan … dan kami membeli atas nama Suriah, dan setelah barang dimuat kapal tidak pergi ke Suriah melainkan ke Iran

Peran Suriah Mencegah Jatuhnya Wilayah Fav

Rafiqdust lebih lanjut menjelaskan, "Sekali waktu Suriah membantu kami yang mungkin dari sisi kuantitas dan nilai finansial tidak besar akan tetapi sangat penting. Sebelum dimulainya Operasi Fav, kami membeli sebuah kapal logistik 40 hingga 50 ribu ton dari Cina dan karena sebab yang tidak diketahui, kapal tersebut terlambat tiba dan persediaan logistik kami menipis, dan jika dalam 48 jam tidak sampai, maka garis depan Fav akan jatuh."

"Oleh karena itu kami mengontak Suriah dan beberapa jam kemudian kami melakukan 10 penerbangan ke Damaskus dan 1000 ton logsitik yang kami perlukan untuk 10 hari sampai dan setelah itu, kapal kami pun tiba. Masalah terselesaikan. Mungkin nilai logsitik yang diberikan oleh Suriah 10-20 juta USD akan tetapi sangat tepat waktu sehingga Fav dapat tetap terjaga."

"Saya akan bersaksi bahwa di era Perang Pertahanan Suci, Suriah mendukung kami dan dukungan tersebut diungkapkan secara nyata. Di masa perang, kami menangkap tawanan perang dari 11 negara dan kami merebut rampasan perang dari 30 negara, akan tetapi kami tidak menangkap satu pun tawanan perang dari Suriah atau Libya."

Penilaian Hafez Assad Terhadap Imam Khomeini

Sebelum perang saya bertemu dengan Hafez al-Assad dan dia menilai karakter Imam Khomeini dan mengatakan, "Dalam sejarah ratusan tahun terakhir, dunia tidak menyaksikan sosok manusia seperti Imam Khomeini dan Imam adalah sosok yang dicintai oleh teman-temannya sedang musuh-musuh menghormatinya."

"Hafez al-Assad berpendapat bahwa tempat  di mana Imam Khomeini memeraintah, harus didukung."(IRIB Indonesia/MZ)

Sekarang kita sedikt akan menganalisa hasi artikel kutipan di atas,
dari sekian hasil kutipan, kita akan mencari tau negara mana saja yang membantu Iran di kala itu, baik secara terang-terangan, sembunyi-sembunyi, secara politik dan secara militer, di dalam kutipan itu di sebutkan negara Cina, libya dan Suriah namun yang paling mennjol dan terang terangan hanyalah suriah. bagaimana dengan bantuan negara-negara lain terhadap Iran dan atau Irak, bagaimana Sikap dari Indonesia kala itu? artikel ini dimaksudkan juga untuk berbagi semua informasi tentang itu, semoga ada masukan dari pembaca kelak,,

Demikian sedikit hasil analisa si Admin, adapun semua informasi yang di daptakna bersumber dari media internet yang membahas tentang itu,dan masih ada kemungkinan untuk terjadi kekeliruan, jadi penuslis masih mengharapkan banyak masukan serta kritikan untuk kelengkapan artikel ini.
Salam Blogger