Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Sejarah Tentara Nasional Indonesia TNI

Add Comment
Tentara Nasional Indonesia (TNI) lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional. Sebagai kekuatan yang baru lahir, disamping TNI menata dirinya, pada waktu yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan politik bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI dibawah pengaruh mereka melalui “Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI-Masyarakat:. Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional. Tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern.

Sadar akan keterbatasan TNI dalam menghadapi agresi Belanda, maka bangsa Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta dimana segenap kekuatan TNI dan masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut. Dengan demikian, integritas dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

Sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), pada akhir tahun 1949 dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai intinya. Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi Angkatan Perang RI (APRI).

Sistem demokrasi parlementer yang dianut pemerintah pada periode 1950-1959, mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politisi yang terlalu jauh dalam masalah intern TNI mendorong terjadinya Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan adanya keretakan di lingkungan TNI AD. Di sisi lain, campur tangan itu mendorong TNI untuk terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) yang ikut sebagai kontestan dalam Pemilihan Umum tahun 1955.

Periode yang juga disebut Periode Demokrasi Liberal ini diwarnai pula oleh berbagai pemberontakan dalam negeri. Pada tahun 1950 sebagian bekas anggota KNIL melancarkan pemberontakan di Bandung (pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil/APRA), di Makassar Pemberontakan Andi Azis, dan di Maluku pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Sementara itu, DI TII Jawa Barat melebarkan pengaruhnya ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pada tahun 1958 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta (PRRI/Permesta) melakukan pemberontakan di sebagian besar Sumatera dan Sulawesi Utara yang membahayakan integritas nasional. Semua pemberontakan itu dapat ditumpas oleh TNI bersama kekuatan komponen bangsa lainnya.

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada tahun 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun enampuluhan.

Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok politik tertentu. Namun hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari komunisme internasional yang senantiasa gigih berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia termasuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk kepentingan politiknya.

Upaya PKI makin gencar dan memuncak melalui kudeta terhadap pemerintah yang syah oleh G30S/PKI, mengakibatkan bangsa Indonesia saat itu dalam situasi yang sangat kritis. Dalam kondisi tersebut TNI berhasil mengatasi situasi kritis menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.

Dalam situasi yang serba chaos itu, ABRI melaksanakan tugasnya sebagai kekuatan hankam dan sebagai kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan hankam, ABRI menumpas pemberontak PKI dan sisa-sisanya. Sebagai kekuatan sospol ABRI mendorong terciptanya tatanan politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen.

Sementara itu, ABRI tetap melakukan pembenahan diri dengan cara memantapkan integrasi internal. Langkah pertama adalah mengintegrasikan doktrin yang akhirnya melahirkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma (Cadek). Doktrin ini berimplikasi kepada reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri. Disisi lain, ABRI juga melakukan integrasi eksternal dalam bentuk kemanunggalan ABRI dengan rakyat yang diaplikasikan melalui program ABRI Masuk Desa (AMD).

Peran, Fungsi dan Tugas TNI (dulu ABRI) juga mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang Nomor: 34 tahun 2004. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai: penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud di atas, dan pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Tugas pokok itu dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.

Operasi militer selain perang meliputi operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme, mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

Sementara dalam bidang reformasi internal, TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntutan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik dimasa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, sejak tahun 1998 sebenarnya secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain:

Pertama, merumuskan paradigma baru peran ABRI Abad XXI; kedua, merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau ke masa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI Abad XXI; ketiga; pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan Pimpinan ABRI mulai 1-4-1999 sebagai Transformasi Awal; keempat, penghapusan Kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status. (Kep: 03/)/II/1999); kelima, penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-I; keenam, penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik; ketujuh; TNI tidak lagi terlibat dalam Politik Praktis/day to day Politics; kedelapan, pemutusan hubungan organisatoris dengan Partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada; kesembilan, komitmen dan konsistensi netralitas TNI dalam Pemilu; kesepuluh, penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI); kesebelas, revisi Doktrin TNI disesuaikan dengan Reformasi dan Peran ABRI Abad XXI; keduabelas, perubahan Staf Sospol menjadi Staf Komsos; ketigabelas, perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kassospol) menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster); keempatbelas, penghapusan Sospoldam, Babinkardam, Sospolrem dan Sospoldim; kelimabelas, likuidasi Staf Syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI dan Babinkar ABRI; keenambelas, penerapan akuntabilitas public terhadap Yayasan-yayasan milik TNI/Badan Usaha Militer; ketujuhbelas, likuidasi Organisasi Wakil Panglima TNI; kedelapanbelas, penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda; kesembilanbelas, penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak tahap penyaringan; keduapuluh, penghapusan Posko Kewaspadaan; keduapuluhsatu, pencabutan materi Sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI; keduapuluhdua, likuidasi Organisasi Kaster TNI; keduapuluhtiga, likuidasi Staf Komunikasi Sosial (Skomsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI No.21/ VI/ 2005; keduapuluh empat, berlakunya doktrinTNI “Tri Dharma Eka Karma (Tridek) menggantikan “Catur Dharma Eka Karma (Cadek) sesuai Keputusan Panglima TNI nomor Kep/2/I/2007 tanggal 12 Januari 2007.
Sebagai alat pertahanan negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik negara. 
 
dikutip dari : http://www.tni.mil.id/

Sejarah Kabupaten Kaimana

Add Comment
Peta Kabupaten Kaimaan (sumber :  loketpeta.pu.go.id)
Sejarah Kabupaten Kaimana
Berikut adalah artikel tentang sejarah dari Kaimana yang di ambil dari beberapa sumber , adapun sejarah lain dari Kaimana   bisa di lihat dari sejarah masuknya agama Islam di Kaimana di sini, dan untuk artikel kali ini adalah sejarah Interkasi serta datangnya penduduk diluar  Kaimana hingga terbentuk Kabupaten Kaimana itu sendiri. Dan membahas sejarah Kaimana tak terlepas dari sejarah beberapa daerah lain di sekitar kaimana , atau papua secara umum, terutama interaksi antara Kaimana dan daerah-daerah lain di papua dan luar Papua, baik itu disaat masa kejayaan kerajaan Majapahit yang kekuasannya hinga ke Papua, ataupun kerajaan islam setelahnya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan beragama dan sosial di Kaimana dan daerah pesisir serta pulau-pulau kecil lainnya di Papua.

Dalam bukunya "Neiuw Guinea", WC. Klein juga menjelaskan fakta awal mula pengaruh kerajaan Bacan di tanah Papua. Di sana dia menulis: In 1569 Papoese hoof den bezoeken Batjan. Ee aanterijken worden vermeld. ( pada tahun 1569 pemimpin-pemimpin Papua mengunjungi kerajaan Bacan dimana dari kunjungan terebut terbentuklah kerajaan-kerajaan). Menurut sejarah lisan orang Biak, dulu ada hubungan dan pernikahan antara para kepala suku mereka dan para sultan Tidore. Suku Biak merupakan suku Melanesia terbanyak yang menyebar di pantai utara Papua, karena itu bahasa Biak juga terbanyak digunakan dan dianggap sebagai bahasa persatuan Papua. Akibat hubungan daerah-daerah pesisir Papua dengan Sultan-Sultan Maluku maka terdapat beberapa kerajaan lokal (pertuanan) di pulau ini, yang menunjukkan masuknya sistem feodalisme yang merupakan bukan budaya asli etnik Papua. Kerajaan-kerajaan tersebut diantaranya :

    - Kerajaan Waigeo
    - Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)
    - Kerajaan Salawati (marga Arfan)
    - Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)
    - Kerajaan Fatagar/(marga Uswanas)
    - Kerajaan Rumbati (marga Bauw)
        Kerajaan Atiati (marga Kerewaindzai)
        Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)
        Kerajaan Patipi
        Kerajaan Arguni
        Kerajaan Wertuar (marga Heremba)
    - Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota
    - Kerajaan Aiduma
    - Kerajaan Kaimana

Dan Sejarah Kaimana yang akan di bahas disini adalah sejarah perjumpaan.  Sejarah bertemunya penduduk asli dan pendatang sehingga membentuk manusia Kaimana kekinian. Letaknya yang di pesisir menyebabkan Kaimana relatif terbuka dan mudah untuk didatangi. Mental identitas yang terbangun adalah spirit kosmopolit yang terbuka dengan hal baru.

Migrasi atau perpindahan penduduk bukan hanya perpindahan fisik semata namun melibatkan perpindahan ide dan atribut sosial seperti agama. Identitas agama yang berbeda pun tidak membuat jarak. Agama keluarga menjadi bukti dari Kaimana sebagai perjumpaan. Tidak ada masalah dengan menganut Islam, Kristen, atau yang lain. Identitas keluarga atau kekerabatan tetap menjadi pemersatu.

Tanpa para pendatang, Kaimana tidak akan pernah ada. Para pendatang tidak hanya datang untuk berdagang akan tetapi juga melakukan pergaulan sosial. Perkawinan antara pendatang dengan penduduk asli atau yang sudah lebih dahulu mendiami Kaimana sering kali terjadi. Kawin campur yang sudah sedari dahulu dilakukan tersebut membuat seakan-akan keaslian orang Kaimana terletak pada percampuran itu.

Seiring dengan perjalanan waktu, konteks politik dan sosial selalu berkembang mengikuti dinamika masyarakat yang bergerak. Pertanyaannya kemudian adalah apakah Masyarakat Kaimana mampu mempertahankan harmoni sosial ditengah situasi sosial-politik yang tidak kondusif? Dampak diberlakukannya Otsus di Papua dan menguatnya radikalisme di kalangan pengikut agama menjadi tantangan bagi keberagaman masyarakat Kaimana. Terseretnya isu identitas dalam politik lokal yang mampu diolah menjadi komoditas politik untuk dijual dalam tiap pemilukada adalah suatu persoalan. Istilah “orang Papua asli” kemudian bukan hanya bermakna semantik semata namun mengandung konsekuensi politik yang kompleks.

Artefak-artefak dari ‘perjumpaan’ tersebut bisa kita temui di berbagai sudut kota dengan adanya kampung-kampung yang dihuni oleh para pendatang seperti Kampung Seram, Kampung Timor, Kampung Buton, dan Kampung Bugis. Deretan rumah-toko berwarna biru muda di jalanan kota Kaimana merupakan wilayah pemukiman warga keturunan Cina. Belum lagi maraknya warung ikan bakar Lamongan, coto makasar, warung nasi padang, dan lain-lain yang didirikan oleh para perantau tersebut.

Jauh sebelum datangnya orang Eropa, sudah terdapat hubungan antara Maluku dengan Papua terutama di daerah pesisir barat atau kepala burung (Upton, 2009: 84). Hal ini bisa dilihat dari adanya kemiripan penggunaan bahasa antara Maluku dengan di Papua. Para penduduk lokal di Desa Namatota, Kaimana menyebut dirinya dengan sebutan ‘beta’ sama seperti di Maluku. Ini tidak mengejutkan karena penduduk Namatota sebagian besar memiliki darah Orang Seram. Kesultanan Tidore juga telah lama menjalin kontak dengan Papua khususnya di daerah pesisir barat dan kepala burung. Dari hubungan dengan Kesultanan Tidore ini membuat penduduk lokal Papua bisa mendapatkan besi untuk membuat senjata (Upton, 2009: 84). Dengan adanya senjata mereka mereka mampu menguasai derah-daerah disekitarnya.

Hubungan kekuasaan dan perdagangan telah berlangsung lama antara sultan-sultan dari Maluku dengan wilayah-wilayah kekuasaannya yang membentang sepanjang pantai barat Papua (Timmer, 2002: 3). Orang-orang dari Seram, Gorom, Ternate, dan Tidore melakukan perdagangan bahkan berbagai tindak kekerasan seperti penculikan, perompakan pada awal abad ke-17 yang kemudian diikuti oleh orang-orang Makasar, Bugis, Arab, dan Cina yang datang belakangan (Timmer, 2002: 3). Komoditas yang diperdagangkan seperti kain, kayu gaharu, emas, massoi, dan budak. Orang-orang dari Sulawesi ini merupakan salah satu kelompok migran yang terpenting sebelum abad 20. Mereka singgah ke pesisir pantai barat untuk kembali meneruskan perjalanan ke Australia utara pada musim-musim tertentu dengan menggunakan perahu (Upton, 2009: 84).

Selain orang-orang Sulawesi, para pedagang dan nelayan dari Cina dan Semenanjung Malaya juga diduga telah berlabuh di pantai barat Papua. Kedatangan orang-orang dari Semenanjung Malaya ini secara sekilas buktinya bisa dilihat dengan adanya kemiripan istilah bahasa seperti penyebutan makian “chukimai” yang juga populer di Kaimana atau pesisir pantai barat Papua pada umumnya. Setelah VOC berkuasa, para pedagang Cina memperoleh privilege untuk berdagang di sekitaran pantai barat Papua (termasuk Kaimana) karena kelihaiannya untuk bernegosiasi dengan penduduk setempat.

Arus migrasi ke Kaimana dan Papua terus berlanjut hingga sekarang. Laju pertumbuhan penduduk di Kaimana mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 2010, penduduk Kabupaten Kaimana berjumlah 46.243 jiwa, meningkat cukup pesat dari  26.703 jiwa pada tahun 2000 (BPS, 2010). Bertambahnya jumlah penduduk baik karena faktor natalitas maupun migrasi mengkondisikan lambat-laun terjadinya perubahan sosial di Kaimana yang berpengaruh pada harmoni sosial.

sumber:
politik.lipi.go.id, Memahami Kaimana, Memahami Kemajemukan
Wikipedia, Papua bagian barat

Sejarah Islam di Jepang

Add Comment

Tidak ada catatan yang jelas maupun jejak sejarah yang jelas mengenai kontak antara Islam dan Jepang serta kapan persisnya Islam masuk ke Jepang. Tapi setidaknya dapat diketahui bahwa Islam masuk ke Jepang melalui penyebaran ide/pemikiran religius dari Barat (Western) pada tahun 1877. Pada masa itu kisah hidup Nabi Muhammad SAW diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Hal ini menyebabkan Islam mampu hadir dan diterima di tengah kalangan intelektual Jepang, walaupun Islam pada saat itu hanya dipandang sebagai sebentuk pengetahuan serta bagian dari sejarah budaya. Kontak lain yang juga tidak kalah penting adalah ketika Turki Ottoman mengirimkan utusan berupa armada angkatan lautnya ke Jepang pada tahun 1890. Tujuan dari misi diplomatic ini adalah untuk menjalin hubungan antara dua negara dan untuk saling mengenal satu sama lain. Armada angkatan laut ini dinamakan “Ertugrul”. Armada ini kemudian terbalik dan kandas di tengah perjalanan pulangnya.
Dari 600 (enam ratus) penumpang, hanya 69 (enam puluh sembilan) yang selamat. Pemerintah maupun rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal dunia. Mereka yang selamat, akhirnya dapat kembali ke negara mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891 (seribu delapan ratus sembilan puluh satu). Hubungan yang sangat baik dengan Turki ini, juga membawa kemenangan bagi Jepang dalam peperangan dengan Rusia yang dimulai pada tahun 1904 (seribu sembilan ratus empat). Dikatakan, pada saat armada kapal kekaisaran Rusia melintasi laut Baltik, Turki memberitahukan hal tersebut kepada Jepang, dan karena itu, Jepang meraih kemenangannya. Orang Jepang yang pertama kali masuk Islam adalah Mitsutaro Takaoka yang menjadi Muslim tahun 1909 dan kemudian berganti nama menjadi Omar Yamaoka setelah menunaikan ibadah haji ke Mekah dan sempat pula mengunjungi Bumpachiro Ariga, dimana di kota yang menjadi bagian dari negara India itu Omar Yamaoka sempat pula berdagang serta berkenalan dengan Islam secara lebih mendalam. Setelah cukup lama berinteraksi dengan masyarakat setempat, Yamaoka akhirnya mengganti namanya lagi menjadi Ahmad Ariga. Namun para peneliti juga menyatakan bahwa orang Jepang yang pertama kali masuk Islam bernama Torajiro Yamada. Yamada pernah mengunjungi negeri Turki sebagai bentuk rasa simpatinya atas kematian para personel armada angkatan laut Turki yang pernah mengunjungi Jepang. Yamada kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Khalil. Untuk menyempurnakan Rukun Islamnya, Abdul Khalil pun menunaikan ibadah haji ke Mekah.

Kemunculan komunitas Muslim di Jepang dimulai sejak kedatangan ratusan pengungsi Muslim dari Turki, Uzbekistan, Tadjikistan, Kirghiztan, Kazakhtan, serta para pengungsi lain yang berasal dari Asia Tengah serta Rusia saat kebangkitan Revolusi Bolshevik selama Perang Dunia I. Orang-orang Muslim yang diberi Asylum (hak suaka) oleh pemerintah Jepang tinggal di beberapa kota utama di Jepang dan kemudian membentuk komunitas Muslim yang kecil. Sejumlah orang Jepang memeluk Islam setelah berinteraksi dengan komunitas Muslim tersebut. Dengan adanya komunitas Muslim yang kecil ini beberapa masjid berhasil dibangun. Masjid Kobe yang dibangun tahun 1935 serta Masjid Tokyo yang dibangun tahun 1938 merupakan masjid-masjid terpenting di Jepang. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa hanya sedikit Muslim Jepang yang dilibatkan dalam pembangunan masjid-masjid tersebut serta tidak ada satu pun Muslim Jepang yang menjadi Imam di tiap masjid tersebut.
Selama Perang Dunia II, sebuah “Islamic Boom” terjadi di Jepang. Trend ini dibawa oleh pemerintahan militer melalui berbagai macam organisasi serta research center yang concern ke kajian seputar Islam serta Muslim World. Dengan kata lain bahwa selama Perang Dunia II, terdapat lebih dari 100 buku serta jurnal kajian seputar Islam yang dipublikasikan di Jepang. Namun sayangnya berbagai macam organisasi serta research center yang tumbuh subur tersebut tidak berada di bawah control atau dikelola orang Islam sehingga para pengkaji Islam ini bisa memakai nama Islam untuk tujuan apapun. Padahal tujuan para pengkaji Islam ini semata-mata hanyalah untuk menjadikan militer Jepang mendapatkan pengetahuan yang dalam serta wawasan yang luas tentang Islam dan Muslim di negara-negara jajahan Jepang di China serta Asia Tenggara. Akibatnya, setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, berbagai organisasi serta research center ini menghilang dengan cepat.
“yang lain terjadi akibat adanya “Arab Boom” setelah terjadinya peristiwa “oil shock” tahun 1973. Pada saat itu King Faisal menaikkan harga minyak sehingga negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat kelimpungan dan perekonomiannya sempat mengalami decline (kemerosotan). Media massa Jepang melakukan pemberitaan besar-besaran mengenai Muslim World secara umum dan Arab World secara khusus setelah menyadari pentingnya negara-negara Arab bagi ekonomi Jepang. Dengan adanya pemberitaan besar-besaran ini banyak orang Jepang yang sebelumnya tidak tahu apa-apa mengenai Islam mendapat kesempatan untuk mengenal Islam lewat tampilan suasana penyelenggaraan ibadah Haji di Mekah serta mendengar suara adzan dan bacaan Al-Quran. Di samping banyaknya upaya sungguh-sungguh untuk mempelajari Islam dan banyak yang memeluk Islam. Namun dengan berakhirnya efek oil shock, maka berakhir pula segala nostalgia ini. Ketertarikan orang-orang Jepang pada Islam menghilang secara cepat.Islamic Boom”
Menurut salah seorang Muslim Jepang, Nur Ad-Din Mori, beberapa tahun mendatang akan terjadi perkembangan Islam yang signifikan di Jepang. Hal ini ditandai dengan kembalinya lima pelajar Muslim ke Jepang setelah mereka menyelesaikan studinya tentang Islam di negara-negara Arab. Dua lulusan berasal dari Umm al-Qura University, Mekah, satu lulusan berasal dari Islamic University, Madinah, dan satu lagi berasal dari Dawa College, Tripoli dan terakhir berasal dari Qatar University. Meskipun para pelajar yang concern ke studi Islam ini jumlahnya tidak signifikan, namun hal itu sudah cukup bagus mengingat sebelumnya hanya ada enam pelajar yang concern ke Islamic Studies selama 20 tahun terakhir. Islam merupakan sebuah agama yang memberi penekanan pada pentingnya ilmu dan kita tidak dapat menegakkan Islam tanpa memahaminya (belajar). Nori merasa bahwa segenap upaya yang dilakukan untuk mengembangkan Islam di Jepang sekarang ini mengalami sedikit penurunan. Mori juga mengeluhkan permasalahan lain yang dihadapi oleh para Muslim di Jepang : hanya ada sedikit orang yang bisa memberi pengajaran tentang Islam kepada masayakat local dengan menggunakan bahasa Jepang. Sejarah dakwah di Jepang pada 14 tahun terakhir didasarkan pada upaya-upaya Muslim asing (orang-orang Muslim yang berasal dari luar Jepang) yang tinggal di Jepang. Mereka umumnya membentuk komunitas kecil serta menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keislaman di Jepang, sambil menuntut ilmu atau bekerja di Jepang.
Setelah Perang Dunia II, komunitas Muslim Turki merupakan komunitas terbesar di Jepang. Jepang pasca perang merupakan sebuah negara yang terkenal dengan simpatinya yang besar terhadap orang-orang Muslim yang berasal dari Asia Tengah, menganggap mereka sebagai sekutu Uni Soviet. Pada saat itu terdapat beberapa orang Jepang yang bekerja sebagai mata-mata yang mengadakan interaksi langsung dengan komunitas Muslim ini. Beberapa diantaranya terbuka matanya tentang Islam dan kemudian memeluk Islam setelah perang berakhir. Ada juga yang pergi ke Asia Tenggara seperti Malaysia sebagai tentara selama Perang Dunia II berlangsung. Ketika menembaki wilayah Malaysia dari udara, sang pilot Jepang ini menginstruksikan anak buahnya untuk mengucapkan kalimat Tauhid “Laa Ilaha illallohu”. Dan ketika mereka ditembak jatuh oleh tentara musuh di wilayah Malaysia, mereka melontarkan kalimat Tauhid agar diberi perlakuan yang baik oleh penduduk setempat. Dan memang mereka diberi perlakuan yang layak. Para tentara Jepang yang menetap di Malaysia ini akhirnya tetap menjaga kalimat Tauhid itu sampai sekarang. Mereka disebut Muslim generasi tua. Mereka menjadi sebuah kelompok minoritas Muslim Jepang pasca perang, dan hidup bersama-sama dengan komunitas-komunitas Muslim yang berasal dari negara lain, yang pada saat itu baru terbentuk. Secara umum, orang-orang Jepang pada saat itu mempunyai prasangka negative (prejudice) yang kuat terhadap Islam dan pengetahuan serta pemahaman mereka mengenai komunitas internasional amatlah terbatas. Sebagai contoh, dalam sebuah artikel yang dimuat di sebuah majalah tahun 1958, lima pilar Islam (rukun Islam) digambarkan dengan membuat judul “The Strange Customs of Mohammedans (Adat-Istiadat Muhammad yang Aneh)”
Orang-orang Jepang memiliki sebuah stereotip terhadap citra Islam sebagai sebuah agama aneh yang berasal dari negara-negara berkembang. Bahkan pada saat sekarang pun, meskipun telah dilakukan perbaikan, citra semcam ini belum bisa dihapus sepenuhnya. Beberapa tahun yang lalu, seorang penulis terkenal yang concern dalam bidang social mengatakan pada salah satu program acara TV bahwa Islam merupakan sebuah agama yang pengikutnya menyembah matahari.
Invasi Jepang terhadap China dan negara-negara Asia Tenggara selama Perang Dunia II menyebabkan orang-orang Jepang dapat berinteraksi dengan orang-orang Muslim. Orang-orang Jepang yang memeluk Islam karena interaksinya dengan orang-orang Muslim di negara-negara yang mereka invasi menjadi komunitas yang mapan pada tahun 1953 dengan terbentuknya organisasi Muslim Jepang yang pertama kali yakni Japan Muslim Association di bawah kepemimpinan almarhum Sadiq Imaizumi. Anggota-anggotanya yang pada saat pengukuhan berjumlah 65 orang bertambah menjadi dua kali lipat sebelum Sadiq Imaizumi meninggal. Presiden Japan Muslim Association adalah almarhum Umar Mita, seorang pemimpin yang penuh dedikasi. Mita merupakan tipikal Muslim generasi tua, yang belajar Islam dalam wilayah yang berada di bawah kekuasaan Jepang (wilayah invasi). Dia pada saat itu bekerja di perusahaan Perkeretapian Manshu, yang sebenarnya turut mengontrol wilayah yang diinvasi oleh Jepang yang berada di sebuah propinsi yang terletak di timur laut China. Melalui interaksinya dengan Muslim China, dia akhirnya yakin soal kebenaran Islam dan akhirnya memeluk Islam. Ketika dia kembali ke Jepang setelah perang berakhir, dia menunaikan ibadah Haji. Untuk pertama kalinya, Mita menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang agar sesuai dengan perspektif Muslim. Jadi hanya setelah Perang Dunia II-lah bisa dikatakan bahwa sebuah komunitas Muslim Jepang yang sejati telah benar-benar terbentuk. Terlepas dari sukses awalnya, untuk selanjutnya perkembangan Japan Muslim Association mengalami kesulitan merekrut anggota.
Walaupun banyak organisasi Islam yang didirikan sejak tahun 1900-an, masing-masing hanya memiliki sedikit anggota yang aktif. Tidak ada estimasi yang dapat dipercaya (ekurat) tentang populasi Muslim Jepang. Data yang menyatakan bahwa jumlah total Muslim Jepang adalah 30.000 orang terlalu dilebih-lebihkan. Beberapa orang menyatakan bahwa jumlah total populasi Muslim Jepang sebanyak hanya ada beberapa ratus orang. Mungkin ini merupakan jumlah Muslim Jepang yang benar-benar mempraktekkan Islam. Ketika diminta untuk memberikan estimasi mengenai jumlah Muslim Jepang yang sebenarnya, Abu Bakar Marimoto mengatakan bahwa total jumlah mereka seluruhnya seribu orang, jika kita tidak melakukan pengecualian terhadap mereka yang masuk Islam karena pernikahan dan mereka yang tidak mempraktekkan Islam dengan sungguh-sungguh, mungkin jumlahnya mencapai beberapa ribu orang.
Rupanya perkembangan yang tergolong lambat ini merupakan akibat dari lingkungan eksternal. Atmosfer agama tradisional Jepang dan kecenderungan pembangunan negara Jepang yang terlalu materialistic juga perlu dijadikan bahan pertimbangan mengapa perkembangan Islam di Jepang lambat. Terdapat perbeadan orientasi antara generasi Muslim Jepang yang lama dengan yang baru.
Bagi generasi Muslim Jepang yang lama, Islam disamakan dengan agama yang ada di Malaysia, Indonesia atau China dan yang lainnya. Namun bagi generasi Muslim Jepang yang baru, negara-negara Asia Tenggara dan Timur ini tidak terlalu menarik, karena orientasi mereka adalah Barat, dan mereka lebih dipengaruhi oleh Islam seperti yang ada di negara-negara Arab. Muslim Jepang generasi lama sudah pernah hidup berdampingan dengan Muslim non-Jepang dan hal ini merupakan sebuah contoh yang bagus akan adanya semangat persaudaraan. Namun di sisi lain kita tidak bisa menafikan adanya efek samping dari ini semua, yakni islam menjadi sesuatu yang asing bagi orang Jepang pada umumnya. Bagaimana bisa menaklukkan dinding penghalang ini merupakan sebuah persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini merupakan tantangan yang harus dijawab oleh Muslim Jepang generasi baru. Ketika berkunjung ke negara-negara Muslim, pertanyaan yang selalu diajukan oleh audien adalah “Berapa persen orang Jepang yang Muslim dari seluruh total populasi?”.
Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang orang-orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-kampanye religius yang sudah banyak dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan “agama baru” ini. Data statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85 %. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar dan mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan perluasan segmen komunitas mereka. Mereka terkonsentrasi di kota-kota besar seperi Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi dalam unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif. Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat local mengorganisir camp-camp secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana mengajarkan Isam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus menjalani gaya hidup yang modern dan di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup. Kesulitan-kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan factor-faktor tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang. Kewajiban untuk berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban seorang Muslim untuk mengajarkan Islam kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan mereformasi (islaah) serta memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal tersebut juga mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh komunitas-komunitas Muslim yang eksis di Jepang.
Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam serta kehidupan (living condition) demi keberhasilan dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh warga negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan jamaah dirubah, maka resiko yang harus ditanggung komunitas akan bisa diatasi dan dicairkan melalui distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh. Kemungkinan tersebut pada kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent orang-orang muslim terhadap pengaruh adat-istiadat Jepang dan ritual-ritual tradisional seperti menundukkan kepala amat dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-acara yang bersifat religiuis dan berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul adalah ketika keterlibatan pada anak Muslim dalam perayaan-perayaan semacam itu akan menjadikan mereka target empuk transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan soaial. Komunitas Islam di Jepang amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di seluruh Jepang.
Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit pemukiman menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan buah-buahan. Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan oleh media Barat hharus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih efisien yang diambil dengan penuh pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang merupakan salah satu masyarakat yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi yang tidak merata, maka terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang public. Literatur Islam benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal. Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah, Allah adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad. Akankah Islam bergaung lebih keras di Jepang? Dengan terdapatnya bukti-bukti yang signifikan mengenai terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang rasional terhadap adanya keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan komitmen yang lebih kuat untuk melaksanakan kewajiban dakwahnya dengan cara-cara yang lebih terorganisir. Di masa yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para pemeluknya akan lebih baik daripada sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan pertolongan Allah.
Prediksi serta harapan Nur Ad-Din Mori yang dia gulirkan pada tahun 1980-an ternyata menjadi kenyataan. Sekarang, setelah dunia memasuki abad ke-21 dan seiring dengan pembangunan negaranya, masyarakat Jepang menjadi semakin menginternasional. Menjadi bangsa yang terbuka bagi dunia, Jepang giat memberikan bantuan, termasuk beasiswa bagi para pelajar berprestasi dari berbagai negara termasuk negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Indonesia sehingga tidaklah mengherankan jika mayoritas populasi Muslim di Jepang adalah orang asing dan yang paling banyak adalah orang Indonesia, selain India dan Pakistan. Jumlah populasi Muslim Indonesia di Jepang sendiri mencapai 20.000 (dua puluh ribu) orang.
Populasi Muslim Indonesia di Jepang ini giat melakukan kegiatan-kegiatan keislaman yang berada di bawah payung berbagai macam organisasi dan lembaga, mulai dari yang bersifat social semacam PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang), FLP (Forum Lingkar Pena) Jepang, sampai yang bersifat politis seperti PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Jepang dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Jepang. Biasanya orang-orang yang berafiliasi dalam organisasi serta lembaga tersebut mengadakan kegiatan dalam bentuk camp-camp yang merupakan salah satu tradisi di sana. Tidak hanya orang Indonesia saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mereka selenggarakan, ternyata orang-orang Jepang pun tertarik mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Setelah terjadi peristiwa teror 11 September 2001 (di New York), masyarakat Jepang juga memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Islam. Selain organisasi dan lembaga yang dikelola Muslim asing, Muslim Jepang juga memiliki organisasi dan lembaga keislaman yang mereka kelola sendiri, seperti Japan Association of Middle East Studies (JAMES). JAMES ini aktif menyelenggarakan kajian-kajian (dalam bentuk seminar maupun diskusi) seputar Islam. Dan dari hasil pengkajian Islam yang intensif dilakukan di kampus-kampus terkenal di Jepang itu lahirlah sarjana-sarjana Islam Jepang sekaliber Prof. Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu. Prof. Sachiko Murata sendiri akhirnya memeluk Islam setelah belajar Islam di Fakultas Teologi University of Tokyo.
Japan Muslim Association yang sudah berdiri sejak 1953 sendiri sekarang ini sangat giat melakukan penerjemahan dan menerbitkan kitab suci Al-Quran, Hadits Nabi, serta buku tentang cara sholat. Hal ini merupakan sebuah kemajuan yang cukup signifikan mengingat beberapa tahun yang lalu untuk merekrut anggota saja masih sulit dilakukan oleh organisasi pertama yang menjadi afiliasi utama Muslim Jepang ini.
Selain itu juga ada Hokkaido Islamic Society (H.I.S.) yang tujuan pendiriannya adalah untuk meayani kebutuhan orang-orang Muslim, terutama Muslim asing yang tinggal di Hokkaido, jumlahnya kira-kira 150 orang. H.I.S. merupakan sebuah organisasi non-politis yang concern ke penerapan ajaran-ajaran Islam (hokum Islam) dengan tetap menghormati hokum yang diterapkan Jepang. Dengan kata lain, komunitas ini mencoba untuk menjawab tantangan zaman menggunakan Islam sebagai rujukan (Islam Worldwide). H.I.S. didirikan tahun 1992 oleh orang-orang Muslim yang menetap di Hokkaido.
Meskipun begitu, orang asli Jepang yang memeluk Islam masih sangat sedikit, yakni sekitar 70.000 (tujuh puluh ribu) orang saja dari total populasi penduduk Jepang yang mencapai 120.000.000 (seratus dua puluh juta) orang. Seorang Guru Besar Fakultas Teologi Universitas Doshisha, Hassan Ko Nakata, yang memeluk Islam setelah mempelajari Islam di Fakultas Agama Islam University of Tokyo selama 3 tahun, yang pada 9 Maret 2005 lalu berceramah di Pesantren Cigadog, mengatakan bahwa perkembangan Islam di Jepang juga banyak dipengaruhi oleh banyaknya wanita-wanita Jepang yang menjadi Muslim karena menikah dengan pria Muslim asing. Pemeluk Islam di Jepang adalah bukan sejak lahir, namun setelah dewasa barulah menjadi pengikut Islam atas kemauan sendiri. Namun sekali lagi, jumlahnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan total populasi penduduk Jepang.
Saya yakin bahwa ini adalah kesempatan yang paling baik untuk menyiarkan agama Islam di kalangan Bangsa Jepang. Sebab ketidaktahuan yang menjalar di belakang benda duniawi telah menyebabkan bangsa yang menyebut dirinya maju itu menjadi mangsa atau korban kekosongan jiwa. Dan Islam adalah satu-satunya agama yang sanggup mengisi kekosongan jiwa mereka. Kalaulah langkah-langkah teratur dilakukan untuk dakwah Islam di Jepang sekarang, maka tidak akan lebih dari dua atau tiga turunan, seluruh bangsa ini telah memeluk Islam. Saya menegaskan bahwa usaha serupa akan merupakan pertolongan yang besar buat Islam di Timur Jauh, sekaligus merupakan nikmat terbesar bagi kemanusiaan di bagian dunia ini.
Sumber majalah Al-Mu’tashim
dikutip dari : http://putrahermanto.wordpress.com/2009/10/13/sejarah-islam-di-jepang/

SEJARAH ISLAM DI TIMOR Nusa Tenggara Timur (NTT)

4 Comments
yusuf manu manu wrote: SEJARAH ISLAM MASUK KE PULAU TIMOR NTT

Usif Gunawan Isu dalam Islamisasi Timor Tengah Selatan(TTS) Nusa Tenggara Timur (NTT).

OLeh : M YUSUF MANU

Pulau Timor secara geografis terletak dibagian Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebahagian besar penduduk daerah, selain kota Kupang baru mengenal agama Islam. Peradaban baru misalnya ilmu pengetahuan dan tehnologi, belum banyak mempengaruhi penduduk. Demikian juga, pada umumnya penduduk daratan Pulau Timor, Agama Islam merupakan hal baru. Karena agama Islam masuk belakangan ke pulau Timor, bila dibandingkan dengan agama-agama lain seperti: Nasrani (Kristen Protestan, Kristen Katolik) yang duluan masuk dan berkembang di pulau Timor NTT.

Hal ini tidak terlepas dari peran serta campur tangan pemerintah kolonial, dalam proses penyebaran Agama serta peran para tokoh penyebar agama Nasrani (Missionaris), yang dikembangkan oleh orang portugis dan VOC Belanda. Para Missiorais dalam melakukan kegiatan misionarisnya tersistemik dan teroganisir, tertata rapih serta didukung oleh slogan imperialisme kuno yang terkenal Gold,Glory dan Gospel sampai dengan saat ini masih sangat eksis dalam menjalankan misi mereka, bahkan saat ini Misionaris tersebesar di Indonesia semua berkiblat di NTT. Akan tetapi dewasa ini, para da'i dan da'iah juga gencar untuk berdakwah disana, dengan membina umat Islam yang tadinya berasal dari muallaf.

Awal mula proses masuk dan berkembangnya agama Islam di pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), diperankan oleh para pedagang yang dalam melakukan proses Islamisasi lebih bersifat individu dan kurang terorganisir. Para perintis agama islam baik para pedagang, ulama dan tokoh masyarakat, sayangnya belum tergerak untuk mewujudkan berdirinya lembaga sosial agama Islam dan lembaga pendidikan sebagai penunjang utama penyebaran agama Islam.

Agama Islam pertama kali masuk kepulau Timor, khususnya didaerah pedalaman yakni diwilayah kerajaan Wewiku dibelu daerah perbatasan dengan Negara Timor Leste. Berbeda dengan daerah-daerah lainnya di propinsi NTT dan Indonesia pada umunya, yang mana proses masuk dan berkembangnya Islam banyak terputus (terpusat), dipesisir pantai.

Proses masuknya islam dipedalaman pulau Timor terkait dengan ekspedisi kerajaan Gowa sekitar 1641 kerajaan gowa yaitu saat itu dijabat oleh Raja Tallo bernama kraeng patinggalong.

Perkembangan Islam dipedalaman pulau Timor khususnya Timor Tengah Selatan, NTT tidak terlepas dari peran Usif Isu, (Raja Isu) pada tahun 1967. Putra dari Usif Isu yakni Gabrial Isu, seorang fetor (Raja Lokal) dari kefetoran Noebunu sebelumnya Fetor Noehambet yang mengantikan ayahnya Leonard Isu dan adiknya Hendrik menjadi kefetoran Noehanbet mengantikan kakanya.

Setelah mendengar dakwah Islam yang dilakukan serombongan mubaliq yang datang ke Pulau Timor, beliau penasaran dan ingin untuk tahu lebih jauh, sebenarnya apa yang dilakukan para muballiqh tersebut sehingga terjadi pertemuan dan dilanjutkan dengan dialog antar para mubalig dan Raja Isu yang isi dialognya. Diantara dialog yang terjadi antara Raja Isu dengan para muballigh adalah tentang empat hal yaitu:

"Didunia ini ada empat kejadian (penciptaan) Nabi Adam", yaitu:

1. Tidak punya ayah dan tidak punya ibu,
2. Punya ayah tapi tidak punya ibu
3. Punya Ibu tapi tidak punya ayah
4. Punya ayah dan punya Ibu berarti sempurna

Sedangkan dialog yang kedua adalah tentang Al-Qur'an dengan tulisan arab seperti cakar ayam tapi tidak berubah didaerah manapun tetap seperti itu, sedangkan tulisan Kitab Injil, di agama yang saya anut (Kristen); Kata (Raja), ketika didaerah lain maka bahasanya akan berubah sesuai dengan daerah tersebut. Karena selalu berubah bahasanya sesuai dengan daerah tersebut.

Kemudian para mubalig bertanya kepada Raja kalau diagama yang bapak anut saat ini ada berapa Tuhan? Beliau menjawa; Allah Bapa, Anak Allah dan Roholkudus, maka lanjut para mubalig; "Kalau seandainya Tuhan menginginkan sesuatu terjadi hari ini maka harus bermsyawarah dulu dan kalau mencapai kata mufakat baru bisa terjadi sesuatu tapi kalau tidak maka akan terjadi kekacauan karena masing-masing mempertahankan pendapatnya.

Dan dialog yang terakhir adalah ketika Tuhan Yesus disalibkan diatas kayu salib dia berdo'a kepada Tuhannya namanya Tujuh perkataan Tuhan Yesus diatas kayu salib yang bunyi yang keempat adalah Ele-ele lama sabaktaani artinya ya Allahku-ya Allahku mengapa engkau tinggalkan daku, lanjut para mubaliq, kalau betul dia Tuhan mengapa dia harus berdo'a dan meminta lagi kepda tuhan ? Berarti masih ada Tuhan yang lain". Atas dasar itulah Raja Gabrial isu dan adiknya dengan kesadaran sendiri secara suka rela memutuskan untuk masuk islam,dan mengucapkan dua kalimat syahadat yang lansung dituntun oleh para mubaliq tersebut. Peristiwa ini mengawali perubahaan wajah keagamaan dan proses perkembangan Agama Islam dipulau Timor NTT hingga dewasa ini.

Masuknya kedua Usif Isu keagama Islam kemudian diikuti oleh seluruh keluarga dan beberapa Tamuku (Kepala Desa) dan seluruh masyarakat yang loyal kepadanya. Gelombang perpindahan agama dari agama Kristen keagama Islam sangat pesat hingga mencapai 15.000 jiwa ini sangat mengemparkan dipulau Timor. Hal ini menambah rasa benci oleh lawan-lawan politiknya. Usif Gabrial Isu, Nama Islamnya Gunawan Isu, yang sebelumnya tidak senang padanya terutama para tokoh penyebar agama kristen (misionaris).

Gabrial Isu berganti nama menjadi Gunawan Isu sebagai putra tertua (putra mahkota) yang menggantikan ayahnya maka dalam sistem kerajaan ia bertangungjawab penuh terhadap setiap permasalahan kerajaan( Sonaf) yang dipimpinnya.

Beliau tetap memperjuangkan dan mengembangkan tegaknya agama islam dengan berbagai resiko dan pengorbanan sebagai konsekuensi yang harus diterimanya yang saat itu beliau menjabat Camat sedangkan adiknya menjabat DPRD dikabupaten TTS, akan tetapi langsung dipecat dari jabatanya karena memeluk agama Islam dan saat penyikutnya mengikuti langkah beliau bukan karena paham akan kebenaran Islam akan tetapi pengaruh Rajanya.

Sebagai seorang muallaf yang minim pengetahuannya tentang agama islam bukan hal yang mudah baginya untuk memberikan pembinaan terhadap para muallaf dan mengembangkan agama islam adalah bukan hal yang mudah,sadar akan hal tersebut maka beliau melalui para Mubaliq/ Misi Islam di Jakarta, beliau mengajak bekeja sama, Usif Gunawan Isu untuk mengirim 17 0rang kader pelajar Timor untuk belajar agama Islam ke pulau Jawa. Para kader ini untuk belajar agama Islam yang diharapkan dikemudian hari bisa membina para muallaf /umat islam pulau timor NTT. Kemudian beliau di berangkatkan untuk menunaikan ibadah haji.

KURANG PEMBINAAN

Tidak adanya pembinaan terhadap para muallaf pada saat itu sehinnga terjadinya penyusutan hingga 50% melalui proses deislamisasi dan pemurtadan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap islam,sebagai akibat dari kuarngnya tenaga pembina terhadap masyarakat islam. Maka peristiwa ini baru teratasi setelah kembalinya beberapa orang kader dari 17 kader yang pernah dikirim oleh Usif Gunawan Isu ke Pulau Jawa untuk belajar Islam, dengan mendirikan Pondok Pesantern Miftahuddien Oe,Ekam sebagai Pesanteren pertama di Pulau Timor NTT oleh beberapa kader pelajar Timor yang pernah dikirim untuk memperdalam agama islam dan sebagai wadah pembinaan para muallaf/umat islam Timor,

Besama Usif Gunawan Isu semasa hidupnya, para kadernya terus mengembangkan agama islam dipulau timor hingga akhir hayatnya. Dan wadah yang pertama kali digagas oleh para kadernya yang dikirim oleh Usif Gunawan Isu adalah Ikatan Pelajar & Mahasiswa Timor (IPMAT). Demikian sekilas sejarah masuk islam dipulau Timor NTT. Dan kini organisasi IPMAT sangat berkaitan dengan sejarah Islam masuk di pulau Timor NTT, berdiri tegak di Cibubur Jakarta Timur dan kini para kadernya tersebar di berbagai macam tingkatan pendidikan yaitu, pelajar Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi Negeri Islam dan Swasta di Pulau Jawa.

Kami dapat dijumpai dialamat berikut ini

1. Sekretariat IPMAT (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa) NTT

Alamat : Jalan Raya PKP, Gang Melati. Nomor 38 RT 012 RW 09 Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Kontak person, Ketua Umum (Koordinator Pelajar dan Mahasiswa Timor), Yusuf Manu. HP : 081386644060

2. Pondok Pesantren Miftahuddin, Oe' Ekam

Alamat : Jalan Utama, Oe' Ekam. Kecamatan Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengan Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Telephon : 0388-22879, atau HP : 081381856543 (Direktur Pondok Pesantren Miftahuddin Oe' Ekam dan Ketua MUI TTS)

By Yusuf Manu (ketua umum Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor-IPAMT)periode 2004-2007.angkatan Kelima dari para kader yang dikirimoleh Raja Gunawan Isu.masuk islam pada tahun !2000.

Perhatian: pesan yang diteruskan sudah dilampirkan.
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! AnswersDate: Wed, 5 Dec 2007 22:23:48 +0700 (ICT)
From: yusuf manu manu
Subject: Terusan: Islam Di Timor NTT
To: Assolipele@yahoo.com ([email]Assolipele%40yahoo.com[/email])

SEJARAH ISLAM MASUK KE PULAU TIMOR NTT

Usif Gunawan Isu dalam Islamisasi Timor Tengah Selatan(TTS)hupang NTT 1967-1994

OLeh M YUSUF MANU
Pulau Timor dimana terletak bagian selatan ibu kota propensi Nusa Tenggara Timur NTT,yaitu merupakan Daerah yang baru mengenal peradaban dan ilmu pengetahuan dan tehnollogi,terutama islam,Islam merupakan agama yang belakangan masuk ke pulau Timor, bila dibandingkan dengan agama-agama lain seperti: Nasrani(kristen protestan,kristen katolik)yang duluan masuk dan berkembang di pulau Timor NTT,hal ini tidak terlepas dari proses penyebaran dan peran para tokoh penyebar agama Nasrani tersebut,yang dikembangkan oleh orang portugis dan VOC Belanda yang dalam melakukan kegiatan misionarisnya tersistemik dan teroganisir, tertata rapih serta didukung oleh slogan imperialisme kuno yang terkenal Gold,Glory dan Gospel sampai dengan saat ini masih sangat eksis dalam menjalankan misi mereka bahkan saat ini Misionaris tersebesar di Indonesia semua bepusat di NTT,akan tetapi para da'i dan da'iah juga gencar untuk berdakwah disana.
proses masuk dan berkembangnya agama Islam di pulau Timor Nusa Tenggara Timur diperankan oleh para pedagang yang dalam melakukan proses Islamisasi lebih bersifat individu dan kurang terorganisir,para perintis agama islam baik para pedagang,ulama dan tokoh masyarakat belum tergerak untuk mewujudkan berdirinya lembaga sosial agama Islam dan lembaga pendidikan sebagai penunjang utama penyebaran agama Islam,
Agama Islam pertama kali masuk kepulau Timor didaerah pedalaman yakni diwilayah kerajaan Wewiku dibelu daerah perbatasan dengan Negara Timor Leste TIM-TIM berbeda dengan daerah-daerah lainnya di propinsi NTT dan Indonesia pada umunya yang mana proses masuk dan berkembang nya Islam banyak terputus dipesisir pantai,
Proses masuknya Islam dipedalaman pulau Timor terkait dengan ekspedisi kerajaan Gowa sekitar 1641 kerajaan gowa yaitu saat itu dijabat oleh Raja Tallo bernama kraeng patinggalong,
Perkembangan Islam dipedalaman pulau Timor khususnya Timor Tengah Selatan,NTT tidak terlepas dari Usif Isu,(Raja Isu)pada thn 1967anak dari Usif Isu yakni Gabrial Isu seorang fetor (Raja Lokal) dari kefetoran Noebunu sebelumnya Fetor Noehambet yang mengantikan ayahnya Leonard Isu dan adiknya Hendrik menjadi kefetoran Noehanbet mengantikan kakanya,setelah mendengar dakwah yang dilakukan serombongan mubaliq yang datang ke pulau Timor Beliau penasaran dan ingin untuk lebih tau sebenarnya apa yang dilakukan para mubaliq tersebut sehingga terjadi pertemuan dan dilanjutkan dengan dialog antar para mubalig dan Raja Isu yang isi dialognya adalah yang dipertayakan oleh sang Raha adalah tulisan arab seperti cakar ayam tapi tidak pernah berubah didunia manapun tetap sama sedangkan tulisan di Alkitab ketika berada didaerah akan berubah sesuai dengan daerah tersebut sehingga akan midah dirubah sesuai dengan kebutuhan,sedangkan dialog yang berikutnya adakah: Didunia ini ada empat
kejadian yaitu:pertama
I.tidak punya ayah dan tidak punya ibumaksudntnya Allah pertama menciptakan Nabi adam
II.punya ayah tapi tidak punya ibu,ka
III. punya Ibu tapi tidak punya ayah
IV.punya ayah dan punya Ibu berarti sempurna,
sedangkan dialog yang kedua adalah tulisan arab seperti cakar ayam tapi tidak berubah didarah manapun tetap seperti itu sedangkan tulisan diagama yang dianutoleh saya (kristen) kata (Raja)ketika didaerah lain maka bahasanya akan berubah sesuai dengan darah tersebut selalu berubah bahasanya,kemudian para mubalig bertanya kepada Raja kalau diagama yang bapak anut saat ini ada berapa tuhan beliau menjawa Allah Bapa,Anak Allah dan Roholkudus maka lanjut para mubalig kalau seandainya Tuhan menginginkan sesuatu terjadi hari ini maka harus bermsyawarh dulu dan kalau mencapai kata mufakat baru bisa terjadi sesuatu tapi kalau maka akan terjadi kekacauan karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dan dialog yang terakhir adalah ketika tuhan Yesus disalibkan diatas kayu salib dia berdo'a kepada Tuhannya namanya Tujuh perkataan tuhan yesus diatas kayu salib yang bunyi yang keempat adalah Ele-ele lama sabaktaani artinya ya Allahku-ya Allah mengapa engkau tinggalkan daku' lanjut
mubaliq kalau betul dia Tuhan mengapa dia harus berdo'a dan meminta lagi kepda tuhan?berarti masih ada Tuhan yang lain,atas dasar itulah Raja Gabrial isu dengan kesadran sendiri secara suka rela memutuskan utk masuk islam,dan mengucapkan dua kalimat syahadat,
peristiwa ini mengawali perubahaan wajah keagamaan dan proses perkembangan Agama Islam dipulau Timor NTT.

Masuknya kedua Usif Isu keagama Islam kemudian diikuti oleh seluruh keluarga dan beberapa Tamuku(Desa)dan seluruh masyarakat yang loyal kepadanya.Gelombang perpindahan agama dari agama kristen keagama Islam sangat pesat hingga mencapai 15.000 jiwa ini sangat mengemparkan dipulau Timor,hal ini menambah rasa benci oleh lawan-lawan politiknya Usif Gabrial Isu Nama Islamnya Gunawan Isu yang sebelumnya tidak senang padanya.

Gabrial Isu berganti nama menjadi Gunawan Isu sebagai putra tertua (putra mahkota)yang menggantikan ayahya maka dalam sisitem kerajaan ia bertangungjawab penuh terhadap setiap permasalahan kerajaan(sonaf)yang dipimpinnya.

Beliau tetap memperjuangkan dan mengembangkan tegaknya agama islam dengan berbagai resiko dan pengorbanan sebagai konsekunsi yang harus diterima nya yang saat itu beliau menjabat Camat sedangkan adiknya menjabat DPRD dikabupaten TTSakan tetapi langsung dipecat dari jabatanya karena memeluk agama Islam dan saat penyikutnya mengikuti langkag beliau bukan karena islam tapi pengaruh Rajanya.

Sebagai seorang muallaf yang minim pengetahuannya tentang agama islam bukan hal yang mudah baginya untuk memberikan pembinaan terhadap para muallaf dan mengembangkan agama islam adalah bukan hal yang mudah,sadar akan hal tersebut maka beliau melalui para Mubaliq/ Misi Islam dijakarta mengajak bekeja sama,Usif Gunawan Isu untuk mengirim 17 0rang kader pelajar Timor ke pulau Jawa untuk belajar agama islam yang diharapkan dikemudian hari bisa membina para muallaf /umat islam pulau timor NTT.

Tidak adanya pembinaan terhadap para muallaf pada saat itu sehinnga terjadinya penyusutan hingga 50%melalui proses deislamisasi dan pemurtadan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap islam,sebagai akibat dari kuarng nya tenaga pembina terhadap masyarakat islam,maka peristiwa ini baru teratasi setelah kembalinya beberapa orang kader dari 17 kader yang pernah dikirim oleh Usif Gunawan Isu kepulau Jawa untuk belajar Islam,dengan mendirikan Pondok Pesantern Miftahuddien Oe,Ekam sebagai Pesanteren pertama di Pulau Timor NTT oleh beberapa kader pelajat Timor yang pernah dikirim untuk memperdalam agama islam dan sebagai wadah pembinaan para muallaf/umat islam timor,

besama Usif Gunawan Isu mengembangkan agama islam dipulau timor hingga akhir hayatnya.dan wadah yang pertama kali digagas oleh para kadernya yang dikirim oleh Usif Gunawan Isu adalah Ikatan Pelajar & Mahasiswa Timor (IPMAT).Ustd begitulah sekilas awalnya Islam masuk dipulau Timor -NTT.dan organisasi IPMAT sangat berkaitan dengan sejarah Islam masuk di pulau Timor NTT.

By Yusuf Manu (ketua umum Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor-IPAMT)angkatan Kelima dari para kader yang dikirimoleh Raja Gunawan Isu.masuk islam pada tahun !996-1997.Tolong dibenarin redaksinya Bang.terima kasih

Perhatian: pesan yang diteruskan sudah dilampirkan.
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! AnswersDate: Tue, 16 Oct 2007 21:40:00 +0700 (ICT)
From: yusuf manu manu
Subject: Islam Di Timor NTT
To: yusuftimor@yahoo.co.id ([email]yusuftimor%40yahoo.co.id[/email])

SEJARAH ISLAM MASUK KE PULAU TIMOR NTT

Usif Gunawan Isu dalam Islamisasi Timor Tengah Selatan(TTS) 1967-1994

OLeh M YUSUF MANU
Pulau Timor dimana terletak bagian selatan ibu kota propensi Nusa Tenggara Timur yaitu merupakan Daerah yang baru mengenal peradaban dan ilmu pengetahuan dan tehnollogi,Islam merupakan agama yang belakangan masuk ke pulau Timor, bila dibandingkan dengan agama-agama lain seperti: Nasrani(kristen protestan,kristen katolik)yang duluan masuk dan berkembang di pulau Timor NTT,hal ini tidak terlepas dari proses penyebaran dan peran para tokoh penyebar agama Nasrani tersebut,yang dikembangkan oleh orang portugis dan VOC Belanda yang dalam melakukan kegiatan misionarisnya tersistemik dan teroganisir, tertata rapih serta didukung oleh slogan imperialisme kuno yang terkenal Gold,Glory dan Gospel sampai dengan saat ini masih sangat eksis dalam menjalankan misi mereka bahkan saat ini Misionaris tersebesar di Indonesia semua bepusat di NTT,akan tetapi para da'i dan da'iah juga gencar untuk berdakwah disna.
proses masuk dan berkembangnya agama Islam di pulau Timor Nusa Tenggara Timur diperankan oleh para pedagang yang dalam melakukan proses Islamisasi lebih bersifat individu dan kurang terorganisir,para perintis agama islam baik para pedagang,ulama dan tokoh masyarakat belum tergerak untuk mewujudkan berdirinya lembaga sosial agama Islam dan lembaga pendidikan sebagai penunjang utama penyebaran agama Islam,
Agama Islam pertama kali masuk kepulau Timor didaerah pedalaman yakni diwilayah kerajaan Wewiku dibelu daerah perbatasan dengan Negara Timor Leste berbeda dengan daerah-daerah lainnya di propinsi NTT dan Indonesia pada umunya yang mana proses masuk dan berkembang nya Islam banyak terputus dipesisir pantai,
Proses masuknya islam dipedalaman pulau Timor terkait dengan ekspedisi kerajaan Gowa sekitar 1641 kerajaan gowa yaitu saat itu dijabat oleh Raja Tallo bernama kraeng patinggalong,
Perkembangan Islam dipedalaman pulau Timor khususnya Timor Tengah Selatan,NTT tidak terlepas dari Usif Isu,(Raja Isu)pada thn 1967anak dari Usif Isu yakni Gabrial Isu seorang fetor (Raja Lokal) dari kefetoran Noebunu sebelumnya Fetor Noehambet yang mengantikan ayahnya Leonard Isu dan adiknya Hendrik menjadi kefetoran Noehanbet mengantikan kakanya,setelah mendengar dakwah yang dilakukan serombongan mubaliq yang datang ke pulau Timor Beliau penasaran dan ingin untuk lebih tau sebenarnya apa yang dilakukan para mubaliq tersebut sehingga terjadi pertemuan dan dilanjutkan dengan dialog antar para mubalig dan Raja Isu yang isi dialognya adalah Didunia ini ada empat kejadian yaitu:pertama
I.tidak punya ayah dan tidak punya ibu
II.punya ayah tapi tidak punya ibu
III. punya Ibu tapi tidak punya ayah
IV.punya ayah dan punya Ibu berarti sempurna,
sedangkan dialog yang kedua adalah tulisan arab seperti cakar ayam tapi tidak berubah didarah manapun tetap seperti itu sedangkan tulisan diagama yang dianutoleh saya (kristen) kata (Raja)ketika didaerah lain maka bahasanya akan berubah sesuai dengan darah tersebut selalu berubah bahasanya,kemudian para mubalig bertanya kepada Raja kalau diagama yang bapak anut saat ini ada berapa tuhan beliau menjawa Allah Bapa,Anak Allah dan Roholkudus maka lanjut para mubalig kalau seandainya Tuhan menginginkan sesuatu terjadi hari ini maka harus bermsyawarh dulu dan kalau mencapai kata mufakat baru bisa terjadi sesuatu tapi kalau maka akan terjadi kekacauan karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dan dialog yang terakhir adalah ketika tuhan Yesus disalibkan diatas kayu salib dia berdo'a kepada Tuhannya namanya Tujuh perkataan tuhan yesus diatas kayu salib yang bunyi yang keempat adalah Ele-ele lama sabaktaani artinya ya Allahku-ya Allah mengapa engkau tinggalkan daku' lanjut
mubaliq kalau betul dia Tuhan mengapa dia harus berdo'a dan meminta lagi kepda tuhan?berarti masih ada Tuhan yang lain,atas dasar itulah Raja Gabrial isu dengan kesadran sendiri secara suka rela memutuskan utk masuk islam,dan mengucapkan dua kalimat syahadat,
peristiwa ini mengawali perubahaan wajah keagamaan dan proses perkembangan Agama Islam dipulau Timor NTT.

Masuknya kedua Usif Isu keagama Islam kemudian diikuti oleh seluruh keluarga dan beberapa Tamuku(Desa)dan seluruh masyarakat yang loyal kepadanya.Gelombang perpindahan agama dari agama kristen keagama Islam sangat pesat hingga mencapai 15.000 jiwa ini sangat mengemparkan dipulau Timor,hal ini menambah rasa benci oleh lawan-lawan politiknya Usif Gabrial Isu Nama Islamnya Gunawan Isu yang sebelumnya tidak senang padanya.

Gabrial Isu berganti nama menjadi Gunawan Isu sebagai putra tertua (putra mahkota)yang menggantikan ayahya maka dalam sisitem kerajaan ia bertangungjawab penuh terhadap setiap permasalahan kerajaan(sonaf)yang dipimpinnya.

Beliau tetap memperjuangkan dan mengembangkan tegaknya agama islam dengan berbagai resiko dan pengorbanan sebagai konsekunsi yang harus diterima nya yang saat itu beliau menjabat Camat sedangkan adiknya menjabat DPRD dikabupaten TTSakan tetapi langsung dipecat dari jabatanya karena memeluk agama Islam dan saat penyikutnya mengikuti langkag beliau bukan karena islam tapi pengaruh Rajanya.

Sebagai seorang muallaf yang minim pengetahuannya tentang agama islam bukan hal yang mudah baginya untuk memberikan pembinaan terhadap para muallaf dan mengembangkan agama islam adalah bukan hal yang mudah,sadar akan hal tersebut maka beliau melalui para Mubaliq/ Misi Islam dijakarta mengajak bekeja sama,Usif Gunawan Isu untuk mengirim 17 0rang kader pelajar Timor ke pulau Jawa untuk belajar agama islam yang diharapkan dikemudian hari bisa membina para muallaf /umat islam pulau timor NTT.

Tidak adanya pembinaan terhadap para muallaf pada saat itu sehinnga terjadinya penyusutan hingga 50%melalui proses deislamisasi dan pemurtadan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap islam,sebagai akibat dari kuarng nya tenaga pembina terhadap masyarakat islam,maka peristiwa ini baru teratasi setelah kembalinya beberapa orang kader dari 17 kader yang pernah dikirim oleh Usif Gunawan Isu kepulau Jawa untuk belajar Islam,dengan mendirikan Pondok Pesantern Miftahuddien Oe,Ekam sebagai Pesanteren pertama di Pulau Timor NTT oleh beberapa kader pelajat Timor yang pernah dikirim untuk memperdalam agama islam dan sebagai wadah pembinaan para muallaf/umat islam timor,

besama Usif Gunawan Isu mengembangkan agama islam dipulau timor hingga akhir hayatnya.dan wadah yang pertama kali digagas oleh para kadernya yang dikirim oleh Usif Gunawan Isu adalah Ikatan Pelajar & Mahasiswa Timor (IPMAT).Ustd begitulah sekilas awalnya Islam masuk dipulau Timor -NTT.dan organisasi IPMAT sangat berkaitan dengan sejarah Islam masuk di pulau Timor NTT.

By Yusuf Manu (ketua umum Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor-IPAMT)angkatan Kelima dari para kader yang dikirimoleh Raja Gunawan Isu.masuk islam pada tahun !996-1997.

---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers

---------------------------------
Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]

dikirim dari Forum Apakabar di web:http://forums.apakabar.ws