Penggunaan Agregat Quary PT.Intrako Jalan Sorong-Makbon Km.16 Sebagai Agregat Beton Aspal 2

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1    Metode Penelitian
3.1.1       Tahap Studi Pendahuluan
Dalam penelitian ini dimulai dengan tahap studi pendahuluan yaitu kegiatan yang meliputi : kajian pustaka, menentukan tujuan dan lingkup penelitian, serta menyusun program kerja dari penelitian ini sampai pada pembahasan dan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan.
3.1.2       Persiapan Bahan
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan-bahan yang akan digunakan dilaboratorium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
       Agregat (batu pecah dan halus) diperoleh dari Quary PT. Intrako Jalan Sorong-Makbon Km.16. Dengan cara diambil secara acak dari beberapa tumpukan yang telah tersedia sesuai dengan gradasi yang telah ditentukan, selanjutnya digabungkan dalam suatu wadah. Kemudian bahan tersebut di bawa ke laboratorium dan selanjutnya dilakukan penyaringan sesuai dengan gradasi yang ditetapkan oleh Standar Bina Marga.
       Aspal minyak (asmin) diperoleh dari gudang aspal Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Kota Sorong. Adapun aspal minyak yang kami gunakan adalah buatan pertamina dengan nilai penetrasi 60/70.
3.1.3       Pengujian Sifat Bahan
Kegiatan dilaksanakan di laboratorium SNVT.Pembangunan Jalan dan Jembatan Sorong bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari setiap bahan yang akan digunakan dalam campuran beton aspal. Karakteristik bahan yang digunakan harus  memenuhi spesifikasi, dan metode pengujian yang digunakan adalah berdasarkan Standar Nasional Indonesia

3.1.4       Flow Chart Penelitian
Langkah kerja penelitian dapat dilihat dalam Skema III.1 Bagan Alir Prosedur Penelitian.

 

Skema III.1 Bagan Alir Prosedur Penelitian



 
 
 


Skema III.1 Bagan Alir Prosedur Penelitian (lanjutan)

3.2       Proses Pencampuran Material yang Akan Diuji
Dalam proses pencampuran semua bahan-bahan yang akan dicampur sebaiknya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Adapun proses pencampuran dan pengujian yang dilakukan adalah seperti  skema III.1. Dari skema tersebut dapat dijelaskan proses pengolahan agregat dan pencampuran aspal dengan penambahan bahan pengisi ( filler) sebagai bahan perkerasan jalan, yaitu sebagai berikut :
-                Pertama-tama dilakukan pengujian terhadap agregat (analisa saringan, abrasi /Los Angeles, berat jenis dan penyerapan, Sand Equivalent, AIV, berat jenis Filler) juga pengujian terhadap aspal(penetrasi aspal, berat jenis aspal, titik lembek aspal ,titik nyala dan  titik bakar aspal, kehilangan berat aspal, kelekatan aspal daktilitas)
              Aspal yang akan dicampur dengan agregat ditimbang. Namun sebelumnya dilakukan pengujian aspal tersebut tanpa penambahan agregat untuk mengetahui karakteristik aspal.
              Aspal yang akan dicampur dimasukkan dalam wadah (kaleng), kemudian dipanaskan dengan suhu pemanasan konstant (± 150) sampai aspal mencair. Setelah aspal mencair, masukkan agregat tadi sedikit demi sedikit sambil diaduk. Pengadukan dilakukan secara terus menerus sampai aspal dan agregat menyatu atau homogen.
            Setelah aspal dan agregat tercampur dengan homogen maka dapat dilanjutkan dengan pengujian selanjutnya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

3.3       Pengujian Campuran Beton Aspal dan Penentuan KAO
Pengujian-pengujian material yang digunakan terdiri dari tiga  pengujian pokok, yaitu pengujian aspal, pengujian agregat dan pengujian campuran dengan Marshall test. Pengujian-pengujian tersebut mengikuti prosedur berikut ini :
3.3.1    Pengujian Agregat
a.      Analisis Saringan Agregat
Waktu       : 
Tempat      : Lab.SNVT.Pembangunan Jalan Dan Jembatan Sorong
Maksud     :    
a.      Untuk mengetahui ukuran butir agregat dan gradasi agregat dari kasar sampai halus.
b.      Untuk keperluan desain dan campuran agregat.
Bahan dan alat :
a.             Agregat ( Kasar dan halus ).
b.            Air secukupnya.
c.             Mesin analisa saringan.
d.            Saringan 1˝ , 3/4˝, No. 4, No. 8, No. 30, No. 50, No. 100 dan No. 200.
e.             Penadah dan penutup saringan.
f.             Timbangan ketelitian 0,1 gram.
g.            Oven.
Prosedur Pengujian :
1.            Agregat yang akan diuji dicuci, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu lebih kurang 1100C selama lebih kurang dari 24 jam.
2.            Agregat ditimbang 1500 gram (agregat kasar) dan 1000 gram (agregat halus). 
3.            Masing-masing dari saringan ditimbang.
4.            Susun saringan pada mesin sieve analysis, dengan susunan saringan diameter besar di atas sampai saringan paling kecil di bawah.
5.            Masukkan benda uji pada saringan teratas, kemudian ditutup, dijepit lalu mesin dihidupkan selama lebih kurang dari 15 menit.
6.            Biarkan selama 5 menit agar debu-debu yang menempel menguap.
7.            Saringan dibuka lalu ditimbang berat masing-masing isinya.
8.            Berat agregat pada masing-masing saringan dihitung.
9.            Perhitungan dilanjutkan sesuai dengan yang tercantum pada formulir.

b.   Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
Waktu       :
Tempat      : Lab.SNVT.Pembangunan Jalan & Jembatan Sorong
Maksud     :  Untuk menentukan berat jenis (Bulk and Apparent Specific Gravity) .
Bahan dan alat  :
a.             Agregat Kasar
b.            Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
c.             Oven.
d.            Lap/handuk.
Prosedur pengujian :
1.            Benda uji disiapkan dalam keadaan kering dalam oven (telah dicuci untuk menghilangkan debu dan lumpur yang melekat) selama 24 jam pada suhu 1100C. Ditimbang sebanyak lebih kurang 175 gram dan catat kondisi kering dalam oven. (A)
2.            Benda uji direndam dalam air selama 24 jam.
3.            Kemudian benda uji dikeringkan dengan lap/handuk (kering permukaan atau kondisi SSD = Saturated Surface Dry) dengan jalan menggulungkan handuk/lap pada agregat.
4.            Timbang benda uji dan catat berat benda uji pada kondisi SSD. (B)
5.            Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang penimbang dalam air dan digoyang-goyangkan untuk menghilangkan udara yang terperangkap. Timbang benda uji dan catat berat dalam air atau kondisi jenuh. (C)
6.            Kemudian dihitung dengan rumus :
a. Aparent Specific Gravity = A / ( A - C )
b.      Bulk Specific Gravity Kondisi kering = A/(B - C)
c.       Bulk Specific Gravity Kondisi Jenuh = B/( A - C )
d.      Persentase Penyerapan (Absorption)
=  ( B - C ) / A X 100%
c.   Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
Waktu       :
Tempat      : Lab.SNVT.Pembangunan Jalan & Jembatan Sorong
Maksud     :  Untuk menentukan berat jenis (Bulk and Apparent Specific Gravity) dan penyerapan agregat halus.
 Bahan dan alat     :
a.       Agregat halus
b.      Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
c.       Piknometer dan Oven
d.      Cetakan kerucut beserta tongkat   pemadat
ProsedurPengujian :
1.      Agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram (telah bersih dari kotoran).
2.      Agregat halus tadi dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
3.      Benda uji dimasukkan ke dalam cetakan kerucut dan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan jumlah tumbukan 25 kali. Kondisi SSD diperoleh bila cetakan diangkat, butir-butir benda uji runtuh atau longsor. (B)
4.      Timbang piknometer yang digunakan. (A)
5.      Benda uji dimasukkan ke dalam piknometer dan isilah air sebanyak 90% penuh. Bebaskanlah gelembung udara dengan jalan menggoyangkan piknometer, rendam piknometer pada suhu lebih kurang 250 C selama 24 jam. Kemudian timbang piknometer yang berisi benda uji dan air. (C)
6.      Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan dalam oven dengan suhu lebih kurang 1100 C selama lebih kurang 24 jam.
7.      Timbang piknometer yang digunakan yang berisi air pada suhu lebih kurang 250 C. (D)
8.      Kemudian dihitung dengan rumus :   
a)         Apparent Specific Gravity = A / (A + D - C )
b)         Bulk Specific Gravity kondisi kering = A/(B+DC)
c)         Bulk Specific Gravity Kondisi Jenuh =  B/(B+DC)
d)        Persentase Penyerapan (Absorption) =              (B-A)/AX100% 
d.   Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir (Sand Equivalent Test)
Waktu    :
Tempat   : Lab.SNVT.Pembangunann Jalan & Jembatan Sorong
Maksud  :  Untuk mengetahui tingkat persentase Kadar Lumpur dari suatu Agregat halus/pasir
Bahan dan alat  :
a.       Agregat halus
b.      Air
c.       Tabung Sand Equivalent (S.E.)
d.      Beban Equivalent
e.       Tin Box
f.       Saringan No 4
g.      Cawan
h.      Gelas Erlenmeyer
Prosedur Pengujian :
1.      Masukkan pembebanan equivalent pada tabung erlenmeyer dalam kondisi kosong
2.      ambil pasir yang lolos saringan No. 4 dan masukkan ke dalam tin box
3.      Masukkan larutan standar kedalam tabung S.E. setinggi 5 trip (Skala tabung S.E)
4.      Masukkan pasir ke dalam tabung S.E dan biarkan selama 10 menit
5.      Kocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali dimana perhitungan dilakukan searah
6.      Masukkan larutan standar kedalam tabung S.E sampai skala 15
7.      Diamkan 20 menit, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur
8.      Masukkan skala beban equivalent sampai beban tersebut berhenti .
9.      Baca skala setelah pembebanan
10.  Sand Equivalen dapat dihitung dengan cara :
                                              Skala Pasir
Nilai S.E  =                               x   100  
                                             Skala lumpur              
                                                                                    
e.   Pengujian Keausan Agregat (Los Angeles Abrassion Test)
Waktu   
Tempat   : Lab.SNVT.Pembanngunan Jalan & Jembatan Sorong
Maksud  : Untuk mengetahui keausan agregat akibat faktor-faktor mekanis.

Bahan dan alat            :
a.             Agregat kasar
b.            Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
c.             Mesin Los Angeles
d.            Talang
e.             Bola baja
f.             Saringan No. 12 dan Oven
g.            Saringan ¾~, ½~, 3/8~
Prosedur Pengujian :
1.            Benda uji yang akan diuji dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan dalam oven selama lebih kurang dari 24 jam dengan suhu lebih kurang 1100C.
2.            benda uji yang digunakan diambil yang tertahan oleh saringan No. ½~ dan 3/8~ ditimbang masing-masing sebanyak lebih kurang 2500 gram. (A)
3.            Buka penutup drum, masukkan benda uji ke dalam drum mesin bersama bola baja sebanyak 12 buah, kemudian tutup kembali.
4.            Hidupkan mesin (tekan tombol ON), kemudian diset pada 500 putaran dan tekan tombol START.
5.            Setelah berhenti talang dipasang di bawah drum, buka tutup drum keluarkan agregat dengan cara menekan tombol JOG sehingga posisi drum yang terbuka di bawah sehingga agregat dan bola baja dapat jatuh ke talang.
6.            Agregat kemudian disaring dengan NO.12, timbang yang tertahan saringan No 12. (B)
7.            Keausan dihitung dengan rumus :
               Keausan = ( A - B ) / A X 100 %  
h.      Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan (Aggregat Impact Value)
Waktu    :
Tempat   : Lab.SNVT.Pembangunan Jalan & Jembatan Sorong
Maksud  : Pengujian ini      bertujuan     untuk     mengukur kekuatan agregat terhadap beban tumbukan sebagai salah simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load.
Bahan dan alat  :
a.             Agregat kasar.
b.            Agregat Impact Machine. Alat ini masih digerakan secara manual dengan tenaga manusia.
c.             Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22 sampai 30 kg.
d.            Cylindrial Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm. Ketebalan cup tidak dari 6 mm.
e.             Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13.5 sampai 14.5 kg dengan bagian (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar. Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1.5 mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah tanpa gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan ketinggian jatuh 380 ± 5 mm, diukur dengan dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel di dalam cup.
f.             Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan pergantian sampel dan pemasangan cup.
g.            Saringan dengan diameter 14.0 mm, 10.0 mm, dan 2,36 mm.
h.            Besi penusuk dengan panjang  230 mm serta memiliki  potongan melintang lingkaran berdiameter 10 mm.
i.              Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr.
Prosedur Pengujian  :
1.            Sampel adalah agregat yang lolos saringan 14.0 mm dan yang tertahan saringan 10. mm. Setiap pengujian dibuat dua sampel.
2.            Saring 500 sampai 1000 gram agregat pada urutan saringan 14.0 mm dan 10.0 mm selama 10 menit. Sampel yang diambil adalah yang lolos saringan 14.0 mm dan tertahan di 10.0 mm.
3.            Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven  (110 ± 5)º C selama 4 jam (kondisi kering oven).
4.            Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan,25º C) sampel siap untuk digunakan.
5.            Timbang cup (cylindrial Steel Cup) dengan ketelitian 0.1 gram (W1).
6.            Isilah cup dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh permukaan. Tiap lapis, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan ketinggian tidak lebih dari (>) 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapis terakhir, isi cup agregat agak menyembul dan padatkan.
7.            Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2).
8.            Hitung berat awal sampel (A´ = W2 – W1).
9.            Letakkan mesin impact agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton.
10.        Letakkan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu.
11.        Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel (380 ± 5)mm.
12.        Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak kurang dari satu detik.
13.        Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2.36 mm selama satu menit dan timbang berat yang  lolos dengan ketelitian  0.1 gram yang dinyatakan sebagai (B) gram dan yang tertahan sebagai C gram. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika selisih jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan (A) dengan berat awal (A´) lebih dari 1 gram, maka pengujian harus diulangi.
14.        Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.
15.        Aggregat Impact Value dihitung dengan rumus     :
            AIV     = ( B / A )  X  100% 
                  Dimana            :
                              AIV     =    Aggregat Impact Value
                              A         =    Berat awal sampel (gram)
B         =  Berat sampel lolos saringan 2.36 mm         (gram)
3.3.2    Pengujian Aspal
a.      Pengujian Penetrasi.
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  :  Untuk menentukan tingkat kekerasan aspal
Bahan dan alat  :
a.             Aspal penetrasi 60/70
b.            Alat penetrasi
c.             Tin box
d.            Jarum penetrasi
e.             Cawan perendam
f.             Stop watch
Prosedur percobaan :
1.Aspal dipanaskan cukup untuk mengisi dua buah tin box, pemanasan tidak boleh melebihi suhu 1100C.
2.            Selama pemanasan campuran aspal tersebut diaduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam campuran tersebut.
3.            Tin box ditutup agar benda uji tidak kena debu, kemudian didiamkan selama 1-1,5 jam untuk tin box kecil dan 1,5-2 jam untuk tin box besar pada ruangangan yang bertemperatur 15-300C (suhu ruang).
4.            Setelah benda uji mengeras, letakkan benda uji pada cawan perendam (berisi air suling suhu 250C)
5.            Cawan perendam beserta benda uji diletakkan dibawah alat penetrasi.
6.            Atur angka nol pada jarum pembacaan penetrasi, turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum menyentuh permukaan benda uji.
7.            Atur waktu 5 detik pada alat pengatur lamanya pembebanan pada penetrasi, lalu tekan tombol START.
8.            Setelah berhenti baca angka pada jarum penetrasi.
9.            Ulangi langkah 6-9 dengan jarak antara titik-titik pengujian minimal 1 cm dan 1dari pinggir tin box.     
b.   Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar (Cleveland Open Cup).
Waktu    :
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  : Untuk menentukan suhu dimana timbul nyala pada permukaan benda uji.
Bahan dan alat   :       
a.             Kompor minyak
b.            Aspal Penetrasi 60 / 70
c.             Termometer > 3000C.
d.            Cawan kuningan (Cleveland).
e.             Pelat pemanas dengan suhu pengaturan.
f.             Batang nyala dengan pengatur.

Prosedur Pengujian :
1.            Contoh aspal dipanaskan sampai cukup air.
2.            Cawan cleveland diisi sampai garis dan gelembung pada permukaan benda uji dihilangkan.
3.            Cawan diletakkan diatas pelat pemanas dan sumber pemanas diatur sehingga       terletak dibawah titik tengah cawan.
4.        Pembakaran dilakukan di tengah benda uji.
5.        Termometer diletakkan tegak lurus diatas dasar cawan dan atur pada jarak 1/4 diameter cawan dari tepi.
6.        Bunsen (alat pemanas) diatur sehingga kenaikan suhu teratur 150C per menit sampai suhu 560C di bawah titik nyala perkiraan.
7.        Kecepatan panas diatur 5-60C permenit antara 560C dan 280C di bawah titik nyala perkiraan.
8.        Batang nyala buner diputar (dengan menekan tombol pengatur) melalui permukaan cawan (dari tepi cawan ke tepi cawan) dalam waktu 1 detik. Pekerjaan ini diulang setiap kenaikan suhu.
9.        Prosedur 7-8 diulang sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan cawan. Temperatur dibaca dan dicatat titik nyalanya.
10.        Prosedur 9 dilanjutkan sampai terlihat nyala agak lama kurang lebih   selama 3 detik di atas permukaan benda uji. Temperatur dibaca dan dicatat titik bakarnya.
c.   Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter (Softening Point With Ring And Ball).
Waktu
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  : Untuk menentukan suhu dimana aspal mulai lembek
Bahan dan alat            :          
a.             Kompor minyak
b.            Aspal penetrasi 60 / 70
c.             Termometer.
d.            Cincin kuningan.
e.             Bola baja, diameter 9,5 mm dan berat 3,45-3,55 gr.
f.             Bejana gelas 1000 ml.
g.            Dudukan benda uji.
h.            Tungku dan Kasa asbes. 
Prosedur Pengujian :
1.            Contoh dipanaskan sambil diaduk terus secara perlahan-lahan hingga merata, suhu pemanasan tidak melebihi 1000C di atas titik lembek dan waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 2 jam.
2.            Dua buah cincin (yang telah diberi campuran dextrin dan gliserin talk pada permukaan dalam cincin) disiapkan dan diletakkan kedua cincin di atas pelat kuningan (yang telah diberi campuran dextrin dan gliserin talk).
3.            Contoh dituang kedalam dua cincin.
4.            Setelah sampel dingin, permukaan sampel pada cincin diratakan dengan menggunakan spatula yang telah dipanaskan.
5.            Kedua benda uji dipasang pada kedudukan benda uji dan bola baja diletakkan di atas sampel benda uji.
6.            kemudian seluruh peralatan di masukkan ke dalam bejana gelas yang telah diisi air suling dengan suhu 50C sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.
7.            Termometer diletakkan diantara kedua benda uji (pada tempatnya).
8.            Bejana dipanaskan sehingga kenaikan suhu 50C permenit dengan mengatur besarnya api pada tungku. Untuk 3 menit pertama pemanasan tidak boleh melebihi 0,50C.
9.            Suhu dicatat pada saat bola baja menyntuh pelat dasar (titik lembek).     

d .  Berat Jenis Aspal.
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  :  Untuk menentukan berat jenis aspal terhadap air suling.
Bahan dan alat   :                   
a.             Aspal penetrasi 60 / 70
b.            Termometer < 1000C.
c.             Water bath.
d.            Piknometer.
e.             Air suling.
f.             Timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram.
g.            Bejana gelas.
Prosedur Pengujian :
1.            Contoh aspal dipanaskan sampai cair dan diaduk biar merata. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit dan suhu pemanasan 560C di atas titik lembek.
2.            Bejana diisi air suling dan diletakkan sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang tidak terendam 40 mm.
3.            Bejana direndam pada water bath hingga terendam 100 mm. Suhu perendaman 250C.
4.            Piknometer diangkat dari dalam bejana, dikeringkan dengan lap dan dicatat beratnya. (A)
5.            Piknometer kemudian diisi dengan air suling dan ditutup dan dikembalikan lagi kedalam bejana yang berada di dalam water bath selama 30 menit.
6.            Kemudian piknometer diangkat dari bejana, dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat   beratnya. (B)
7.            Air suling dalam piknometer dibuang (dikeringkan). Tuang benda uji kedalam piknometer hingga terisi      3/4  nya.
8.            Piknometer direndam dalam bejana selama 30-40 menit, kemudian dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat. (C)
9.            Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan ditutup lalu didiamkan agar gelembung udara keluar, kemudian diletakkan kedalam bejana selama 30 menit.
10.        Piknometer diangkat dari bejana, dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat. (D)
11.        Berat jenis dihitung dengan rumus :
                     
BJ  =  ( C – A ) / ( B – A ) – ( D – A ) 
e.   Kelekatan aspal terhadap agregat
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  :  Untuk menguji kelekatan aspal terhadap   agregat dengan cara visual
Bahan dan alat            :          
a.             Aspal penetrasi 60 / 70
b.            Agregat kasar
c.             Wadah untuk mengaduk, kapasitas minimal 500 ml
d.            Timbangan dengan kapasitas 200 gram, ketelitiaan 0,1   gram.
e.             Pisau pengaduk dari baja (spatula) lebar 25 mm panjang 100 mm.
f.             Tabung gelas kimia (beker) kapasitas 600 ml.
g.            Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (150 ± 1)˚C.
h.            Saringan 6,3 mm (1/4”) dan 9.5 mm (3/8”).
i.              Termoter logam ± 200ºC dan ± 100ºC.
j.              Air suling dengan pH 6,0 sampai 7,0.
Prosedur Pengujian :   
1.            Benda uji adalah agregat yang lolos saringan 9,5 mm (3/8”) dan tertahan pada saringan 6.3 mm ( 1/4”) sebanyak kira-kira 100 gram.
2.            Cucilah sampel dengan air suling, keringkan pada suhu 140 ± 5 ˚C hingga berat tetap (konstan); simpan ditempat yang tertutup rapat dan siap untuk diperiksa.
3.            Untuk pelapisan agregat basah perlu ditentukan berat jenis kering permukaan jenuh (SSD) dan penyerapan dari agregat kasar.
4.            Masukkan 1000 gram benda uji kedalam wadah.
5.            Panaskan wadah beserta benda uji selama 1 jam dalam oven bersuhu tetap antara 140 ± 5 ˚C
6.            Masukkan aspal yang sudah panas 5.5 ± 0.2 gram.
7.            Aduk sampai merata dengan spatula yang sudah dipanasi selama 2-3 menit sampai benda uji terselimuti aspal.
8.            Diamkan sampai mencapai suhu ruang.
9.            Pindahkan benda uji yang sudah terselimuti aspal kedalam tabung gelas kimia kapasitas 600 ml.
10.        Isi tabung gelas kimia tersebut dengan air suling sebanyak 400 ml.
11.        Diamkan dalam suhu ruang selama 16 sampai 18 jam.
12.        Ambil selaput aspal yang mengambang dipermukaan air dengan tidak mengganggu agregat didalam tabung.
13.        Dengan melihat dari atas menembus air, perkirakan prosentase luas permukaan yang terselimuti aspal.
f.    Pengujian Daktilitas
Tempat   :  Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  : Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekenyalan aspal yang dinyatakan dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum putus.
Bahan dan alat  :
a.             Aspal penetrasi 60 / 70.
b.            Cetakan daktalitas, cetakan ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang disebut clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan diuji. Pada saat pengujian, bagian bawah harus di lepas.
c.             Plat alas cetakan.
d.            Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5° C dari suhu pemeriksaan. Kedalaman air pada bak tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air. Bak tersebut haruslah diperlengkapi dengan dengan pelat dasar yang berlubang yang diletakkan 50 mm dari dasar bak perendaman untuk meletakkan benda uji. Air di dalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organic lain yang mudah tumbuh dalam bak.
e.             Termometer.
f.             Mesin uji yang dapat menjaga sampel  tetap terendam, tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan dan dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
g.            Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras.
h.            Methil alkohol teknik dan Sodikum klorida teknik

Prosedur Pengujian  : 
1.            Susun bagian-bagian cetakan daktalitas.
2.            Lapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaan pelat cetakan dengan bahan yang dextrin dan glycerin atau amalgam.
3.            Pasang cetakan daktililtas diatas pelat dasar.
4.            Panaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram, sehingga cair dan dapat dituang, Untuk menghindari pemanasan setempat, dilakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 sampai 100º C diatas titik lembek.
5.            Tuang contoh bitumen dengan hati-hati kedalam cetakan daktilitas dari ujung keujung hingga penuh berlebihan.
6.            Dinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendaman yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifakasi), selama 30 menit.
7.            Ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata
8.            Sampel didiamkan pada suhu 25º C dalam bak perendaman selama 85 sampai 95 menit, kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan bagian samping dari cetakan.
9.            Pasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan jalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai putus. Perbedaan kecepatan ± 5% masih diijinkan.
10.        Baca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm dibawah permukaan air dan suhu harus dipertahankan tetap (2.5 ± 0.5)º C.
g.   Pemeriksaan Kehilangan Berat Akibat Pemanasan Dengan  Thin – Film Oven Test
Tempat   : Puslitbang Jalan Dan Jembatan (Bandung)
Maksud  :  a.   Untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat   pemanasan yang berulang.
b.   Pengujian ini juga bertujuan untuk mengukur  perubahan kinerja aspal akibat kehilangan berat.
Bahan dan alat  :        
a.                      Termometer
b.                  Aspal penetrasi 60/70
c.                      Oven yang dilengkapi dengan :
·               Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)º C.
·               Pinggan logam yang berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada poros vertical dan  berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran menit.
d.                  Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata.
e.                   Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0.001) gram.
Prosedur Pengujian :
1.                  Persiapan pemanasan ; aduklah contoh minyak atau aspal serta panaskan bila perlu untuk mendapatkan campuran yang merata.
2.                  Tuangkan contoh kira-kira (50.0 ± 0.5) gram kedalam cawan dan setelah dingin timbanglah dengan ketelitian 0.01 gram (A).
3.                  Sampel yang diperiksa harus bebas air.
4.                  Siapkan jumlah sampel sedemikian rupa sehingga jumlah cukup untuk pengujian penetrasi, titik lembek dan daktilitas, berdasarkan jumlah yang ada.
5.                  Letakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163 ± 1)º C.
6.                  Pasanglah termoter pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1.9 cm dari pinggir dengan ujung  6 mm di atas pinggan .
7.                  Ambillah sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15 menit
8.                  Dinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan ketelitian 0.01 gram (B).
9.                  Panaskan kembali sampel dan buatlah benda uji untuk pengujian Penetrasi, titik lembek dan daktilitas.
10.              Lakukan pengujian penetrasi (AASHTO T 49 - 89), titik lembek (SNI M-20-1990 atau ASTHO T 53 - 89) dan daktilitas (SNI M-18-1990 F atau AASTHO T 51 – 81) dan laporkan hasilnya sebagai kondisi aspal setelah kehilangan berat.
11.              Kehilangan berat dihitung dengan rumus :
                                                                                           A  -  B
  Penurunan Berat ( % )  =                    X  100 % 
                                                                                                A
Dimana   :
A =   Berat sampel dan cawan sebelum pemanasan (gram)
B =   Berat sampel dan cawan sesudah pemanasan (gram)
             3.3.3  Pengujian Bahan Pengisi ( Filler )
a.      Berat Jenis semen
Untuk mengukur berat jenis semen, digunakan minyak tanah sebagai cairannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya reaksi antara cairan dan benda uji. Dalam pegnukuran berat jenis, yang menjadi patokan adalah γ air. Untuk mendapatkan berat jenis semen, hasil pengujian dikonversikan dengan mengalikan perbandingan antara berat jenis minyak tanah yang dipakai dan berat jenis air yang dipakai.
Bahan dan alat  :                    
a.             Semen Tonasa
b.            Piknometer
c.             Minyak tanah
d.            Timbangan digital dengan spesifikasi 0,1 gram
e.             Bejana gelas
Prosedur Pengujian  :
1.            Bejana diisi air suling dan diletakkan sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang tidak terendam 40 mm.
2.            Bejana direndam pada water bath hingga terendam 100 mm. Suhu perendaman 250 C.
3.            Piknometer diangkat dari dalam bejana, dikeringkan dengan lap dan dicatat beratnya.
4.            Piknometer kemudian diisi dengan minyak tanah dan ditutup dan dikembalikan lagi kedalam bejana yang berada di dalam water bath selama 30 menit.
5.            Kemudian piknometer diangkat dari bejana, dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat beratnya.
6.            Minyak tanah dalam piknometer dibuang (dikeringkan). Tuang benda uji kedalam piknometer hingga terisi 3/4  nya.
7.            Piknometer direndam dalam bejana selama 30-40 menit, kemudian dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat.
8.            Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan minyak tanah dan ditutup lalu didiamkan agar gelembung udara keluar, kemudian diletakkan ke dalam bejana selama 30 menit.
9.            Piknometer diangkat dari bejana, dikeringkan dengan lap, ditimbang dan dicatat.
10.        Berat jenis semen dapat dilihat pada lampiran.
3.3.4        Pengujian Campuran Beton Aspal dengan Metode Marshall Konvensional
Tempat     :   Lab.SNVT.Pembangunan Jalan & Jembatan Sorong
Tujuan  : Untuk mendapatkan nilai karakteristik Marshall dari campuran untuk lapis permukaan jalan.
Bahan dan alat :              
a.             Kompor minyak
b.            Agregat
c.             Aspal penetrasi 60 / 70
d.            Panci / talang
e.             Spatula
f.             Minyak tanah
g.            Timbangan digital dengan spesifikasi 0,1 gram
h.            Mold
i.              Alat penumbuk
Prosedur Pengujian :
1.            Keringkan agregat pada suhu 100 ºC - 105ºC minimum selam 4 jam, keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2.            Agregat dipisahkan ke dalam fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan.
3.            Siapkan bahan untuk setiap benda uji yaitu agregat sebanyak   ± 1200 gram .
4.            Panaskan panci pencampur kemudian agregat dimasukan kedalam panci sampai mencapai suhu pencampuran.
5.            Tuangkan aspal yang sudah dipanaskan mencapai suhu 150ºC kedalam agregat yang berada dalam panci dan kemudian diaduk sampai menyatu secara baik.
6.            Masukkan campuran ke dalam cetakan dan tusuk – tusuk campuran keras – keras dengan spatula sebanyak 15 kali bagian pinggir, 10 kali bagian tengah..
7.            Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali tumbukan.
8.            Benda uji didinginkan selama 2-3 jam guna mencegah terjadinya perubahan bentuk jika benda uji dikeluaarkan dari mold.
9.            Setelah benda uji dikeluarkan dari mold kemudian didiamkan pada suhu ruang selam 24 jam.
10.        Ukur ketinggian benda uji sebanyak 3 kali pengukuran untuk mendapatkan tinggi rata – rata.
11.        Timbang benda uji untuk mendapatkan berat benda uji kering
12.        Masukkan benda uji kedalam air bersuhu 25ºC selam    3 – 5 menit dan ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air.
13.        Angkat benda uji daari dalam air kemudian dilap dengan kain yang dapayt menyerap air dan timbang untuk mendapatkan berat benda uji kondisi jenuh – kering permukaan (SSD).
14.        Rendam benda uji kedalam waterbath selama 30 – 40 menit dengan suhu tetap ( 60 ± 1) ºC
15.        Keluarkan benda uji dari dalam waterbath atau oven dan letakan ke dalam segmen bawah kepala penekan, dengn waktu pengangkatan sampai benda uji berada di bawah penekan tidak boleh melebihi 30 detik.
16.        Setelah benda uji berada pada alat Marshall maka dilakukan penekanan dengan memberikan pembebanan tetap 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebana menurun seperti yang terlihat pada arloji tekan dan catat pembebanan maksimum
17.        Catat nilai kelelehan (flow) yang ditunjukan jarum arloji kelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
3.3.5        Penentuan Kadar Apal Optimum
Setelah dilakukan pengujian Marshall Konvensional maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan Kadar Aspal Optimum.
Data-data yang telah diperoleh diolah dan dimasukkan pada tabel data hot mix design metode marshall maka akan didapatkan hasil VIM, Stabilitas, Flow, MQ dan VMA dari tiap benda uji dan diplotkan pada tabel Standar Bina Marga untuk Kadar Aspal Optimum.    
Adapun tahapan perhitungan yang digunakan pada pengujian marshall  adalah sebagai berikut :
1.            Perhitungan Bulk Specific Gravity Agregat :
100


 

% Agregat Kasar               % Agregat Halus                 % Filler
              +                                           +
BJ bulk Agregat Kasar          BJ bulk Agregat Halus           BJ Filler


2.            Perhitungan Effective Specific Gravity Agregat :
100


 

% Agregat Kasar               % Agregat Halus                 % Filler
              +                                           +
BJ efektif Agregat Kasar      BJ efektif Agregat Halus           BJ Filler

3.            Perhitungan Bulk Specific Gravity Campuran :
Berat Benda Uji Kering


 

         Berat Benda Uji Kering Permukaan – Berat Benda Uji Dalam Air

4.            Berat Jenis Maksimum Campuran Teoritis :
100


 

% Agregat Dalam Campuran              % Aspal Dalam Campuran              
   +                                          
           BJ efektif Agregat                                        BJ Aspal




5.            Volume Benda Uji :
         Berat Benda Uji Kering Permukaan – Berat Benda Uji Dalam Air

6.            Berat Isi Benda Uji :
         Bulk Specific Gravity Campuran


 

                   Volume Benda Uji

7.            Perhitungan Total Rongga Dalam Campuran, VIM :
                                    100 x Berat Isi Benda Uji
         100 -
                     Berat Jenis Maksimum Campuran Teoritis


8.            Perhitungan Jumlah Rongga Dalam Agregat, VMA :

           (100 – Kdr Aspal Thd Cmpr) x Bulk Specific Gravity Cmpr
100 -
              Berat Jenis Maksimum Campuran Teoritis

9.            Rongga Terisi Aspal, VFA :

               100 x (VMA – VIM)


 

                            VMA

3.3.6                    Pengujian Campuran dengan Metode Marshall Immersion
Tempat   : Lab.SNVT.Pembangunan Jalan & Jembatan Sorong
Tujuan  : Untuk mengetahui kemampuan campuran terhadap lama perendaman, suhu dan air.
Bahan adan alat :
Bahan dan alat yang digunakan pada pengujian ini sama dengan alat yang dipakai pada Marshall konvensional atau standar.
Untuk prosedur pelaksanaan pengujian sama pula dengan prosedur pengujian pada Marshall standar, hanya perbedaannya terletak pada lama perendaman yaitu pada Marshall Immersion lama perendaman adalah 24 jam pada suhu 60ºC.
Previous
Next Post »
0 Komentar