Tampilkan postingan dengan label Kota Surabaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Surabaya. Tampilkan semua postingan

Souvenir Khas Kota Surabaya - Jawa Timur

Add Comment
Berikut adalah informasi ringan tentang Souvenir khas /Oleh Oleh kota pahlawan Surabaya, Kota terbesar di Jawa Timur yang sekaligus ibukota Provinsi kedua teraadat di Indonesia ini mempunya banyak ciri khas yang tidak boleh di lewatkan saat sedang berkunjung ke kota ini, berikut adalah 10 souvenir khas yang admin kutip dari kaskus, semoga bermanfaat.

1. Abon Daging Sapi Padmosusastro

Oleh –oleh yang satu ini bisa jadi pilihan lauk ataupun cemilan. Rasanya gurih dan kaya aroma. Olahan dari serat halus daging sapi yang bernama abon bisa didapat di sepanjang jalan Padmosusastro. Di sini banyak sekali penjual abon, dan menariknya lagi Anda bisa langsung melihat proses pembuatan, karena penjual abon di kawasan ini ruang tamunya juga sekaligus berfungsi sebagai dapur. Abon yang sudah dikemas ini dijual dalam dua pilihan. Untuk berat satu ons harganya Rp 12 ribu. Sedangkan ukuran 250 gram dihargai Rp 29 ribu. Dengan dua pilihan rasa, manis dan pedas. Bu Sarti, salah seorang penjual menuturkan Di bulan puasa dan menjelang lebaran, abon dan serundengnya selalu laris manis, karena dijadikan oleh-oleh.

TKP:
Jl. Padmosusastro

2. Kerupuk Kenjeran

Inilah pusat oleh-oleh yang memiliki banyak varian, dan harganya lebih murah dibanding harga toko. Lokasinya di sepanjang pantai Kenjeran. Sebelum sampai ke lokasi wisata Pantai Kenjeran yang lama, pasti melewati pedagang kerupuk yang menempati di sisi jalan. Di sepanjang jalan ini, juga terlihat aktifitas masyarakat yang mengolah ikan laut, mulai menjemur, menggoreng dan memajang langsung dagangan mereka. Terung dan teripang adalah dua biota laut yang paling populer diolah menjadi kerupuk. Dijual dalam kemasan satu ons, harganya hanya Rp 12.000,-.

TKP:
Pantai Kenjeran, Jl Sukolilo 

3. Bikang Peneleh

Menyebut Jalan Peneleh, pasti teringat akan bikangnya. Di sini Anda bisa melihat langsung cara pembuatannya, dengan warna warni, bikang terlihat menarik, aromanya sangat harum. Anda bisa menikmati bikang hangat karena penjualnya membuat langsung bikang, sehingga pembeli bisa melihat sendiri prosesnya. Selain mengandalkan bikang, Juga memiliki kue lumpur. “Lumpur kami istimewa karena di dalamnya ada isinya,” terang si penjual.Kue Lumpur ini tersedia dengan berbagai isian seperti ayam, degan, duren dan kismis. Jajanan lain juga tersedia, seperti klepon, lupis, klenting, lumpia, risoles, bubur Madura. Semua jajan yang ada di pasar tradisional bisa didapatkan di sini. Jam opersionalnya, buka mulai pukul 6 pagi sampai 7 malam.

TKP:
Jl Peneleh 32-34
Jl Peneleh 122

4. Siropen Telasih

Siropen Siroop mungkin menjadi salah satu alternatif yang bisa dijadikan oleh-oleh. Selain harga yang terjangkau yakni Rp 35 ribu. Anda juga bisa memilih rasa sesuai selera.Ada banyak rasa yang disediakan Siropen Siroop, yakni leci, cocopandan, jeruk kepruk dan lainnya. Dibuat dari gula asli dan tanpa pemanis buatan membuat Siropen Siroop aman dikonsumsi oleh segala macam usia dan aman untuk kesehatan.
Siropen Siroop didirikan pada tahun 1923 oleh JC. Van Drangelen pabrik Siropen Telasih merupakan pabrik siroop pertama di Indonesia. Beberapa kali pindah tangan, akhirnya pada tahun 2002 masuk PT Pabrik Es Wira Jatim.

TKP:
Jalan Mliwis No. 5

5. Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen

Kecap yang satu ini sangat populer di kalangan pedagang makanan di Surabaya. Sebagian orang mengenalnya dengan sebutan kecap jeruk. Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen. Didirikan oleh Hwan Kieng Hien dan istrinya pada tahun 1937, usaha kecap ini semakin berkembang semenjak dikelola oleh generasi kedua, Hwan Hong Piek dan Hwang Hong Poen. Generasi kedua inilah yang mempelopori pemberian tagline, “Kita Tanggung Kalau Tidak Enak Boleh Kirim Kembali” Kini usaha ini ditangani oleh Handoko selaku generasi ke-3 dengan tetap mempertahankan resep serta bahan baku yang sama dari masa ke masa. Proses pembuatan kecapnya hingga saat ini masih menggunakan resep turun temurun keluarga. Dikenal sebagai kecap Madiun, tapi kecap ini sudah menjadi identitas kecap asal Surabaya.

TKP:
Jl Sidonipah II/3-5 Simolawang

6. Sirup dan Jenang Mangrove

Hasil hutan magrove ternyata bisa bisa diolah menjadi sirup, jenang dan kerupuk. Salah satu buah yang bisa dimanfaatkan yaitu Soneratia (bogem), bisa diolah untuk sirup dan jenang dodol.
Untuk jenang bogem, dikemas dengan pelepah pisang, yang unik harganya Rp 10 ribu. Sedangkan kemasan biasa, dengan isi yang sama harganya Rp 6 ribu. Yang harus dicoba lainnya, adalah sirup bogem. Bahan sirup ini juga diambil dari sari buah bogem. Untuk penyajianya, satu bagian sirup dicampur empat bagian air hangat. Boleh juga ditambahkan es batu. Rasanya benar-benar istimewa, campuran rasa manis berpadu dengan rasa asam yang dominan, malah memunculkan rasa segar berkepanjangan di tenggorokan. Selain itu, minuman unik khas pantai Timur ini kaya kandungan vitamin A,C, yodium dan anti oxidan.

TKP:
Kelompok Tani Mangrove Wonorejo,
Jl Soneratia 2 Rungkut 

7. Guna-Guna Snack

Namanya terdengar unik, “Guna-Guna” terdengar ear cathcing dan menimbulkan rasa penasaran. Menyajikan beragam snack yang urban minded dengan harga terjangkau dan tetap mengutamakan kesehatan konsumen. Ada beberapa pilihan varian rasa keripik, seperti keripik kentang balado, keripik kentang manis pedas dan keripik buah naga (50 gr), Bakso Goreng, atau basreng (100 gr), samosa (150 gr) Didesain packaging yang stylish, cool, hygine, menarik dan praktis untuk dijadikan oleh-oleh.

8. Frozzie Frozen Brownies

Kalau biasanya brownies dinikmati dalam bentuk "kue" yang dipotong-potong dan disajikan, kalau Frozzie dinikmati sebagai cemilan beku yang menggabungkan 3 sensasi dalam satu produk. Sensasi tekstur padat brownies Original Amerika, sensasi rasa coklat pekat dan bentuk single bar, sensasi dingin dari Ice cream.
Gabungan 3 Sensasi di atas menjadikan Frozzie Frozen brownies menghadirkan sensasi dingin bertekstur brownies dengan rasa coklat. Dengan varian, Premium Choco, Banana Cheese, Streusel Blueberry, Mix NuT. Untuk harga 1 pack (5bar) dibanderol Rp 33.000 harga ecer per bar (batang) adalah Rp 7.000. Meski tanpa bahan pengawet dan bahan adiftif, Frozzie tahan di luar freezer 10 hari dan di dalam freezer 3 bulan. Menurut Mega Siswindarto, pemiliknya, kadar gula dan cokat yang tinggi menjadikan pengawet yang alami.

TKP:
Babatan Indah A2, no 9a Wiyung 

9. Bunarendang

Menyasar segmen mahasiswa dan pekerja kantoran, Bunarendang ternyata sering dicari sebagai buah tangan karena kreasinya yang unik. Pemilik usaha ini adalah Rian Kurniawan, mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya) angkatan 2008. Ide menciptakan burger rendang ini kata Rian, karena ia melihat tingginya mobilitas mahasiswa dan para pekerja, sehingga terpikir untuk mengemas ulang rendang sehingga dapat dengan mudah dimakan. Bunarendang merupakan singkatan dari Burger Nasi Rendang. Dikemas seperti burger, Anda bisa menikmati dua tumpuk nasi dengan isian daging rendang di dalamnya sangat praktis. Dengan harga jual Rp 7.000 per pack.

TKP:
Jl. Manyar Sambongan No.40
Supermarket Sakinah Jl. Arief Rahman Hakim No.32 (belakang kampus ITS)
Alfamart Jl. Dukuh kupang barat No.35 

10. Spikoe Livana

Spiku yang satu ini juga pantas dijadikan oleh-oleh. Rasanya empuk dan nikmat. Menggunakan murni resep kuno sejak tahun 1967 serta tanpa bahan pengawet. Terdiri tiga lapis, untuk yang original dengan dua warna, yaitu kuning dan coklat. Disetiap lapisannya terdapat selai yang membuat citarasanya makin nikmat. Dengan packaging yang praktis, gampang dibawa untuk oleh-oleh. Harga satuan spiku ini Rp 28 ribu. Pilihan kue yang tersedia, Spiku Original, Spiku Kenari, Spiku Coklat Manis, Spiku Kismis, Spiku 4 Lapis, Roll Tart Pandan, Roll Tart Mocca.

TKP:
Jl Mulyosari I No. 10-11

Berikut adalah catatan lain yang berkaitan dengan artikel di atas :

Logo Kota Surabaya

Add Comment
Logo Kota Surabaya
Sejarah Kota
Surabaya Kota Lama
Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.


Awalnya Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis ini sangat masuk akal, karena memang kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya).

Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, merupakan wilayah yang menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang ramai. Peranan Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang dipenuhi perahu-perahu yang berlayar menuju pelosok Surabaya.

Banyak pedagang Portugis membeli rempah-rempah dari pedagang pribumi. Di bawah kekuasaan Trunojoyo, Surabaya menjadi pelabuhan transit dan tempat penimbunan barang-barang dari daerah subur, yaitu delta Brantas. Sementara, Kalimas menjadi “sungai emas” yang membawa barang-barang berharga dari pedalaman.
Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit) yang saat itu menjadi simbol kolonialisme. Karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.

Foto Kota Surabaya Jaman Dulu

Add Comment

GEDUNG LINDETEVES
Pada zaman Belanda, gedung yang terletak di pojok Jalan Pahlawan dengan jalan Kebun Rojo Surabaya ini dikenal sebagai gedung NV.Lindeteves. Dalam dokumentasi “Surabaya Tempo Dulu”, foto ini diambil tahun 1930. Sekarang gedung ini digunakan sebagai gedung Bank Mandiri dan sebelumnya pernah dipakai oleh Bank Niaga. Pemerintah Kota Surabaya, mencatat gedung ini sebagai salah satu “cagar budaya” di Kota Surabaya. (dok: Yousri)

Gedung Lindeteves, saat digunakan sebagai Bank Niaga tahun 1990-an. (dok: Yousri)

KAWASAN KEMBANG JEPUN
Jalan Kembang Jepun tahun 1930, difoto dari Gedung Internatio – Jembatan Merah – gerbang Barat. (dari Surabaya Tempo Dulu, dok: Yousri)

GERBANG Jalan Kembang Jepun darI arah Timur dengan gaya tradisional China di tahun 1930-an. Gerbang ini pernah dirubuhkan dan saat di Jalan Kembang Jepun itu diadakan kegiatan Kya-Kya, yaitu pasar makanan pada malam hari tahun 2005-2007, gerbang khas China dibangun kembali, (dok Yousri – dari Surabaya Tempo Dulu)

JALAN PAHLAWAN
Dulu Jalan Pahlawan Surabaya ini bernama Alun-alun Straat. Foto diambil tahun 1930. Masih terlihat ada rel trem listrik, kendaraan dokar dan mobil pada zaman itu. Sekarang semua sudah berubah. (dok:Yousri – dari Surabaya Tempo Dulu)

GEDUNG Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi) di Zaman Belanda, di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) pada perayaan HUT Ratu Wilhelmina tanggal 31 Agustus 1935. Ada acara karnaval dan pawai yang disaksikan rakyat yang memenuhi sepanjang jalan, viaduk jalan-jembatan pelintasan kereta api, bahkan sampai ke puncak gedung kantor Gubernur Jawa Timur di seberangnya. Pada zaman Jepang, gedung ini berubah fungsi menjadi Markas Polisi Militer (Kenpetai) dan sekarang sudah hancur. Di atas lahan ini berdiri kokoh Tugu Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik 10 November 1945. Tugu Pahlawan ini diresmikan oleh Presiden RI pertama Ir..Soekarno tanggal 10 November 1952 dan di bawahnya dibangun pula Museum (bawah tanah) Tugu Pahlawan yang mengoleksi berbagai peninggalan masa perjuangan tahun 1945. (dok: Yousri dari Surabaya Tempo dulu).

RAMAINYA LUAR BIASA
Gedung Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) Surabaya tanggal 31 Agustus 1935 ramai sekali, selain di jalan raya dan viaduk (jembatan) kereta api, gedung sampai ke atas atap kantor gubernur ditempati pengunjung yang menyaksikan upacara, pawai dan karnaval. (dok: Yousri dari “Surabaya Tempo Dulu”)

dikutip dari