Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan

RI Buka 10 Kantor Perwakilan Diplomatik Baru

Add Comment
Jakarta  VOI News  - Pemerintah Indonesia secara resmi telah membuka sembilan Kantor Perwakilan Diplomatik di beberapa negara sahabat dan sebuah Perutusan Tetap RI untuk ASEAN di Jakarta pada pekan ini. Menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Jumat, kesembilan perwakilan resmi baru itu diperuntukkan bagi Kazakhstan, Azerbaijan, Bahrain, Oman, Mozambique, Panama, Ekuador, Bosnia-Herzegovina, dan Kroasia.
Pembukaan kantor perwakilan baru itu merupakan bagian dari upaya mempererat hubungan dan kerjasama luar negeri Indonesia dengan negara-negara tersebut. Selain itu, pembukaan Kedutaan Besar RI bertujuan untuk meningkatkan jangkauan dan kinerja diplomasi Indonesia. Pertimbangan utama dibukanya Kedutaan Besar RI adalah untuk memberikan pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia serta meningkatkan pelayanan masyarakat.
Sebagai contoh di Bahrain terdapat 14.000 orang TKI yang terdiri dari 92 persen pekerja sektor informal dan 8 persen pekerja sektor formal. Di Oman terdapat 30.000 TKI, sedangkan di Panama terdapat 7.000-an ABK yang singgah di wilayah tersebut. Sementara dari sisi ekonomi, pembukaan perwakilan RI tersebut juga diharapkan dapat menggali potensi kerjasama ekonomi melalui kegiatan promosi dagang, pariwisata, investasi di negara akreditasi.
Potensi kerja sama di bidang ekonomi dan energi diharapkan dapat ditingkatkan dengan adanya Perwakilan RI di Azerbaijan, Kazakhstan, Ekuador, dan Kroasia. Sedangkan di Mozambique dan Bosnia-Herzegovina diharapkan dapat mengembangkan ekspor pasar non tradisional bagi produk-produk nasional Indonesia juga meningkatkan status Konsulat RI di Perth, Australia menjadi Konsulat Jenderal RI seiring dengan perkembangan hubungan bilateral RI - Australia serta jumlah warga negara Indonesia yang cukup banyak berdomisili di wilayah tersebut.
Sementara itu pembukaan Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk ASEAN di Jakarta merupakan wujud komitmen Indonesia terhadap implementasi Piagam ASEAN. Tujuan dari PTRI untuk ASEAN adalah mendukung terwujudnya berbagai kepentingan nasional Indonesia di ASEAN. Perutusan Tetap RI untuk ASEAN dipimpin oleh seorang Wakil Tetap RI dengan gelar diplomatik Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Wakil Tetap RI juga akan duduk di dalam sebuah Komite Wakil Tetap ASEAN. Komite ini diharapkan akan menjadi motor penggerak kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN, khususnya pada tahapan penyusunan kebijakan dan implementasi kerjasama ASEAN. ant/sugi/fld/LPP RRI

Kerjasama Militer Indonesia - Rusia

Add Comment
Jakarta, VOI News. Rusia akan mengembangkan persiapan teknis militer basis baru dalam kerangka kerjasama dengan Indonesia. Hal itu dikatakan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov dalam  wawancara khusus dengan Voice Of Indonesia baru-baru ini. Alexander mengatakan, “saat ini kami sedang mengembangkan persiapan teknis militer basis baru. Kami tidak menempatkan politik atau prasyarat lainnya dalam mengembangkan kerjasama teknis militer dengan Indonesia”.

Alexander Ivanov menambahkan, Pemerintah Rusia saat ini terus mengembangkan dan meningkatkan kerjasama militer dengan Pemerintah Indonesia. sejak kedatangan Presiden Rusia, Vladimir Putin ke Indonesia pada September 2007 lalu mempunyai arti penting dalam hubungan bilateral kedua Negara.
Alexander menjelaskan, pada kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Indonesia pada tahun 2007 lalu, pemerintah Rusia memberikan pinjaman lunak sebesar 1 miliar US dollar, untuk pembelian alat militer.
Sementara itu, Purnawirawan Angkatan Laut Republik Indonesia, Djoko Purwoko mengatakan, kerjasama militer Indonesia dan Rusia meski pernah mengalami gejolak, namun tetap terbina dengan baik.
Alexander menambahkan, hubungan diplomatic Indonesia dan Rusia dimulai sejak 3 Februari 1950. Dan sejak itu, Rusia selalu memberikan alat militer yang terbaik pada zamannya, bahkan jenis yang belum dipakai di negaranya, seperti Su-27 SK dan Su-30 MK. (Lip/mungky/asep/LPP RRI)

Timor Timur Punya Indonesia

5 Comments


SEPULUH tahun silam, Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara baru. Sebuah transformasi dari wilayah yang paling dimanjakan Indonesia, menjadi negara yang paling ditelantarkan dunia.

KETIKA saya masih kuliah tahun 1990, beberapa teman saya yang mengambil jurusan ilmu antropologi ikut sebuah penelitian sosial ke Timor Timur. Ketika mereka selesai dan pulang, saya bertanya banyak tentang wilayah itu yang belum pernah saya kunjungi dan tidak banyak saya ketahui. Jawaban yang saya dengar cukup mengagetkan. Saya sulit percaya meski akhirnya saya bisa yakin tentang kesan teman-teman saya yang meneliti di Timor Timur.

Jaman Portugis berkuasa, penduduk asli tidak boleh menginjak aspal jalan”, kata teman saya tentang keadaan saya. Artinya bukan karena aspalnya masih meleleh sehingga belum boleh diinjak atau digunakan. Tapi ini simbol diskriminasi yang artinya, Indonesia lebih baik dan lebih banyak memberikan sesuatu kepada rakyat Timor Timur, dibanding Portugal. “Lho? Indonesia ‘kan sudah membunuhi 200 ribu jiwa selama 27 tahun di wilayah itu?”, seperti gembar gembor yang selalu dihembus media barat yang anti Indonesia. Lalu berapa nyawa juga yang lenyap selama 400 tahun lebih kekuasaan Portugal di Timor Timur?” Silahkan ambil kalkulator dan buka-buka buku sejarah.
Lalu siapa sebenarnya yang memiliki dan punya hak menguasai Timor Timur? Mengapa ketika Indonesia masuk ke wilayah itu, sebagian besar negara barat dan konco-konconya menentangnya? Dan menganggap Indonesia sebagai “pembunuh”? Sementara Portugal dianggap anak manis? Padahal mereka tidak banyak berbuat banyak memajukan wilayah itu? Berapa lulusan akademi yang dihasilkan Portugal selama menjajah Timor Timur? Yang dikenal orang cuma Ir. Mario Carascalao, yang kemudian menjadi gubernur di sana. Berapa kilometer jalan yang dibuat oleh Portugal? Begitu merananya wilayah itu dibawah Portugal, sampai-sampai tidak dilirik oleh negara manapun. Bahkan Soekarno tidak pernah mengutak-atik wilayah itu selama berkuasa, juga Soeharto selama sepuluh tahun pertama masa pemerintahannya, tak punya ambisi territorial.
Dunia dibentuk dan dikendalikan oleh “survival of the fittest” , sebuah istilah mekanis untuk menggambarkan siapa yang kuat dia yang menang. Negara-negara kuat boleh sesuka hatinya berbuat semaunya kepada bangsa yang lemah. Amerika bebas membunuhi orang Vietnam, dari bayi sampai orang tua. Tak pernah dituntut apapun. Mereka suka-suka membasmi rakyat Irak, tanpa bersalah. Padahal orang Vietnam dan Irak, tak pernah menyerang Amerika, apalagi membunuh satu nyawa pun di Amerika. Tetapi sebaliknya, jangan coba-coba orang dari negara-negara lemah melukai seekor hewan pun milik bangsa dan negara kuat, pasti akan geger.
Begitupun ketika tentara Sekutu mengalahkan Nazi Jerman, mereka mengadili para perwira Nazi dengan menghukum mati mereka di Nurenberg. “Kalian mengadili kami karena kalian menang perang!”, kata seorang perwira yang diadili.
Di Timor Timur pun begitu, tak ada lembaga kemanusiaan yang mencoba menuntut Portugal atas kekejaman selama 400 tahun lebih menjajah wilayah itu, tetapi sebaliknya banyak tokoh dan perwira Indonesia siap menghadapi penangkapan dan pengadilan, bila mereka berada di luar Indonesia. Setiap kesalahan Indonesia selalu diungkit-ungkit, tetapi tidak pernah hal itu diberlakukan untuk Portugal. Ini sebuah ilustrasi yang tidak adil dan terjadi di depan mata kita.
Secara sejarah, Timor Timur adalah bagian dari Kesultanan Ternate. “Wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate pun meliputi Timor Timur sekarang. Ini ditandai dengan wali kuasa Kesultanan Ternate yang ditempatkan di daerah itu”, kata Sultan Ternate ke-48 Drs. Moedaffar Sjah, BcHk. Dulunya, Kesultanan Ternate sangat luas pada masa Sultan Kaicil Mashur Malamio (1257-1277), membentang dari Mindanao (Filipina) sampai wilayah Manggarai, Flores. Ketika Portugal kalah perang di kepulauan Maluku tahun 1522, si pencundang itu seenaknya menduduki wilayah yang sekarang disebut Timor Timur. Saat itu daerah tersebut merupakan wilayah tak bertuan. Artinya bukan milik Portugal maupun Belanda. “Jadi secara hukum Portugal tak punya hak”, kata Sultan Moedaffar. Lalu, kenapa didiamkan saja? Karena setelah sultan-sultan setelah itu mengabaikan Timor Timur serta wilayah lainnya. Apalagi timbul masalah baru dengan datangnya Belanda, yang kemudian menjadi ‘trouble maker’.
Sejak 17 Agustus 1945, semua kerajaan yang ada di nusantara melebur menjadi sebuah negara baru. Artinya, negara baru inilah yang menjadi pemilik sah Timor Timur. Menurut Sultan Moedaffar, Indonesia seharusnya mengklaim Timor Timur berdasarkan pada historisch recht atau ketentuan yang didasarkan fakta sejarah. Bukan segi politis seperti yang diklaim oleh Portugal selama ini. Jadi pengambilalihan wilayah itu ke dalam wilayah Indonesia tahun 1975, sesuai dengan bahasa propaganda Orde Baru, “kembalinya anak yang hilang”.  Pada September1974, Presiden Soeharto mengajak Perdana Menteri Australia Gough Whitlam datang ke dataran tinggi Dieng, sebuah tempat wisata bernuansa mistik, untuk membicarakan pengambilalihan wilayah koloni Portugal itu ke dalam Indonesia.
Keputusan Presiden BJ Habibie yang memberikan pilihan bagi rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri pada Januari 1999, sangat mengejutkan semua orang, termasuk Xanana Gusmao yang sedang menjalani tahanan di Jakarta. Bagi Habibie, Timor Timur selalu membawa masalah bagi Indonesia selama seperempat abad dalam pergaulan internasional. Mirip seperti judul buku yang ditulis oleh Ali Alatas, menteri luar negeri dan sekaligus advokat paling tangguh membela Indonesia soal Timor Timur di panggung dunia, “kerikil dalam sepatu”.
Pada tahun 1991, Presiden Soeharto selalu membawa peta Indonesia untuk menjelaskan masalah Timor Timur kepada kepala negara yang dia temui di mana saja. Pernah ketika seorang presiden dari jajahan Portugal bernama Guinea Bissau minta bertemu Soeharto. Dan peta pun dibuka lalu diperlihatkan oleh Soeharto kepada tamunya, bahwa Timor adalah pulau kecil di Indonesia, dan setengahnya adalah wilayah Timor Timur. Tamunya pun manggut-manggut.
Pernah ada kejadian menarik yang dialami Indonesia soal Timor Timur. ketika meletus perang terbuka antara Inggris dan Argentina memperebut- kan gugusan pulau di sebelah ujung selatan Argentina tahun 1982. Kasusnya memang mirip dengan Timor Timur. Argentina merasa gugusan pulau Malvinas (pulau yang diperebutkan) adalah milik Argentina, karena memang adanya di wilayah Argentina, bukan Inggris yang menyebutnya dengan Falkland. Nah, pemerintah RI menghimbau agar semua media massa dalam memberitakan perang tersebut, harus menulis Malvinas, bukan Falkland. Ini sebagai solidaritas untuk membela Argentina, karena selama ini negaranya Maradona selalu membela Indonesia dalam setiap forum internasional, dan orang Argentina memang menyebutnya dengan ‘Las Malvinas’. Akhirnya, semua orang Indonesia lebih mengenal kata Malvinas dan tak ada yang tahu apa itu Falkland. Sampai-sampai kata Malvinas di Indonesia mengalami pergeseran makna, sehingga menjadi slang untuk menyebut tempat-tempat pelacuran kelas murahan dengan kata mejadi Malpinas, dengan akronim yang bermacam-macam. Bahkan, di samping terminal bis Cililitan, Jakarta Timur ada kios bakso cukup besar dua lantai yang laku keras, dengan nama terpampang besar-besar, “BAKSO MALVINAS” Banyak sudah diberikan Indonesia untuk kemajuan Timor Timur dibanding Portugal. Ini diakui sendiri oleh pemegang tahta kerajaan Portugal, HRH Dom Duarte Pio, Duke of Braganza, yang datang dan melihat sendiri perkembangan wilayah itu, dibanding kekuasaan leluhurnya dulu. “Selama ini banyak elite politik membicarakan Timor Timur dari sudut kejelekan melulu, tidak pernah bicara apa yang diperbuat dan diperjuangkan Indonesia di sana”. Kerajaan Portugal menjadi republik tahun 1910 hingga kini. Andai masih berbentuk monarki, Dom Duarte adalah ahli warisnya yang berhak menjadi raja. Presiden Soeharto pernah membangun sebuah patung Jesus Kristus “Christo Rey”, yang terbesar di dunia setelah patung sejenis di Brasil. Patung ini diejek oleh orang yang anti integrasi Timor Timur sebagai bentuk propaganda untuk menyenangi rakyat Timor Timur. Bila masih sebagai wilayah Indonesia, mungkin unik juga di sebuah negeri berpenduduk muslim terbesar di jagat, terdapat patung Jesus terbesar nomor dua di jagat.

Sepuluh tahun lalu, wilayah Timor Timur lepas dari Indonesia setelah hasil jajak pendapat menyatakan sebagian besar rakyat di sana ingin merdeka dari Indonesia. Tidak ada rekapitulasi hitung ulang hasil jajak itu, seperti njelimetnya pemilu di Indonesia. Pokoknya yang menang yang pro merdeka. Titik. Diumumkannya pun di New York, AS, oleh Sekjen PBB.  Bukan di Dili atau Jakarta. Dengan hasil itu, “anak yang hilang” pergi lagi meninggalkan rumah. Mungkin dia jenuh dan bosan. Kata orang tua, biarin aja anak pergi. Kalau kangen atau lapar, pasti pulang lagi.  Jauh sebelum Portugal datang ke sini, wilayah Timor Timur sudah ada di Indonesia dan dimiliki oleh orang Indonesia. Bukan oleh mahluk dari manapun. Indonesia punya hak sejarah atas Timor Timur sampai kapanpun. Karena Timor Timur punya Indonesia. (*)
Sumber: Koki

dikutip dari : http://suciptoardi.wordpress.com/2010/03/04/timor-timur-punya-indonesia/