Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan

Menelusuri Asal-Usul dan Jejak Sejarah Orang Ternate

Add Comment
Oleh : Busranto Abdullatif Doa, S.Pd
(……New Editing……)
GEOLOGIS
Pada zaman Pleistochen, daratan pulau Ternate masih merupakan satu daratan dengan pulau-pulau seperti; Morotai, Halmahera, Hiri, Maitara, Tidore, Mare, Moti, Makian, Kayoa, Bacan dan sebagainya yang terletak pada rankaian gunung berapi Zone Maluku Utara. Deretan pulau-pulau ini berada di sepanjang pantai barat pulau Halmahera di Propinsi Maluku Utara.
Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang “Jazirah tuil Jabal Mulku“, (Istilah yang sering dipergunakan oleh Buya Hamka). Halmahera adalah merupakan Pulau Induk dari di kawasan ini, yang menjadi dataran tertua, selain pulau Seram di Maluku Tengah. (sumber; B. Soelarto, Sekelumit Monografi Daerah Ternate, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Depdikbud, Jakarta).


Dilihat dari sudut geologis, seperti disinggung di atas, pulau Ternate merupakan salah satu dari deretan pulau yang memiliki gunung berapi, dari barisan garis : ”strato vulkano active at south pacific” yang melintang di kawasan Asia timur ke Asia tenggara, dari utara ke selatan. Salah satu yang masih aktif di kepulauan Maluku Utara adalah gunung “Gamalama” di pulau Ternate dengan ketinggian 1.730 m. (bangsa Portugis menyebut dengan; Nostra Senora del Rozario).
Erupsi dari letusan gunung berapi Gamalama yang paling hebat pernah terjadi pada tahun 1608, 1635, 1653, 1840 dan 1862. Letusan terhebat yang tercatat terjadi pada pertengahan abad ke-18, tepatnya pada tanggal 10 Maret 1737 yang bertepatan dengan 22 Dzulkaidah 1149.H yang mengakibatkan aliran lahar dari puncak hingga mencapai laut yang dikenal sekarang dengan “Batu Angus”. (sumber; F.S.A. de Clerq, Bijdragen tot de Kennis der Residentie van Ternate, Leiden, 1890).

Dalam jangka waktu kurang 400 tahun lebih (1538 – 1962) telah terjadi 1164 kali erupsi larva. Letusan yang mengakibatkan kepanikan dan dan pengungsian masyarakat Ternate moderen adalah pertama kali sejak tahun 1962, yaitu pada tanggal 4 September 1980 yang dialami sendiri oleh penulis yang ketika itu masih sebagai pelajar kelas 5 di salah satu Sekolah Dasar di pulau Ternate.

GEOGRAFIS
Secara astronomis, pulau Ternate terletak pada 127,17 Bujur Timur – 127,23 Bujur Timur dan 0,44 Bujur Timur – 0,51 Bujur Timur. Secara Topografis Pulau Ternate berbentuk bulat kerucut (strato volcano) yang luas diagonal pulau dari arah utara ke selatan, sepanjang 13 km dan dari arah barat ke timur sepanjang 11 km, dengan panjang keliling pulau adalah 55 km , yang terdiri dari dataran rendah dan lereng. Ciri topografis sebahagian besar datarannya adalah wilayah bergunung dan daerah berbukit, terdiri dari pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah :
Rogusal : pulau Ternate, pulau Hiri dan pulau Moti
Rensikal : pulau Mayau, pulau Tifure, pulau Makka, pulau Mano dan pulau Gurida

Secara Yuridis, berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 1999, tanggal 27 April 1999 status Kota Ternate dari Kota Administratif (Kotip) ditingkatkan dan menjadi Kotamadya. Luas seluruh wilayah Kotamadya Ternate adalah 5.681,30 Km2, terdiri dari;
- Wilayah Perairan : 5.457,55 Km2
- Wilayah Daratan : 133,74 Km2, yang mencakup 8 buah pulau, yaitu :
• Pulau Ternate : 92,12 Km2
• Pulau Hiri : 7,31 Km2
• Pulau Moti : 17,72 Km2
• Pulau Mayau : 8,5 Km2
• Pulau Tifure : 7 Km2
• Pulau Makka : 0,5 Km2, tidak berpenghuni
• Pulau Mano : 0,05 Km2, tidak berpenghuni
• Pulau Gurida : 0,55 Km2, tidak berpenghuni

- Jarak antara pulau
• Ternate – Hiri : 1,5 mil laut
• Ternate – Moti : 11 mil laut
• Ternate – Mayau : 90 mil laut
• Ternate – Tifure : 106 mil laut
• Ternate – Makka : 1,6 mil laut
• Ternate – Mano : 1,6 mil laut
• Ternate – Gurida : 106,1 mil laut

Pulau-pulau dalam wilayah Kotamadya Ternate terletak dalam lingkup kawasan pantai barat Halmahera, melalui kepulauan Filipina, Sangihe Talaud dan Minahasa yang dilingkupi lengkung Sulawsi bagian utara. Kotamadya Ternate berbatasan dengan :
Sebelah utara dengan Samudera Pasifik dan perairan Filipina
• Sebelah selatan dan barat dengan Laut Maluku
• Sebelah timur dengan pantai barat Halmahera
Secara Ekonomis, Kedudukan kota Ternate adalah sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan yang sangat strategis dan penting sekali di kawasan ini. Di Kota Ternate terdapat Pelabuhan Samudera “Ahmad Yani” dan Bandar Udara “Babullah”. Kota Ternate itu sendiri berlokasi di pesisir timur pulau Ternate menghadap pulau Halmahera posisi ini sangat potensial. Kedudukan yang demikian ini menyebabkan kota Ternate memiliki peranan yang sangat penting dalam ekonomi perdagangan lintas Halmahera.
Selain itu, letak pulau Ternate adalah dekat dengan kota Manado ibukota Propinsi Sulawesi Utara. Posisi strategis yang berhadapan dengan kawasan Dodinga, sebuah persimpangan jalan di pulau Halmahera yang menyebabkan kota ini berkembang dalam lajur perdagangan di daerah Maluku Utara.
GENEALOGIS
Sebagaimana dipaparkan di atas, ada pendapat yang mengatakan bahwa pada zaman pleistochen, setelah dataran Morotai, Ternate, Tidore, Makian, Bacan, Kayoa dan sebagainya terlepas dengan dataran Halmahera dan membentuk pulau-pulau kecil, sebagaimana adanya sekarang, maka telah terjadi pula migrasi penduduk pada zaman itu yang semula berdiam di dataran pedalaman ke kawasan pantai. Hal itu dilakukan untuk menghindari bencana alam yang diakibatkan oleh gerakan gunung berapi dan pergeseran kerak kulit bumi yang berlangsung secara evolusi.
Pendapat ini dilandasi argumentasi antropologi budaya, yaitu bahwa antara penduduk pedalaman dan masyarakat di pulau-pulau, memiliki adat istiadat yang hampir sama. Perkiraan lain adalah bahwa penduduk pribumi masyarakat di Halmahera dan Maluku Utara pada umumnya masih satu rumpun dengan bangsa Proto Melayu dan Netro Melayu yang sampai kini masih dapat ditelusuri jejak asal usulnya. Tapi yang jelas, Ternate dari sepanjang Halmahera, yang membentang dari utara hingga ke selatan tidak berada dalam garis perjalanan migrasi masyarakat purbakala di nusantara yang datang melewati, Cina Selatan (Tonkin), melalui Phinipina terus ke Sulawesi Utara.
MASA Pra-ISLAM
Sejarah Ternate pada masa pra-Islam masih belum dapat dijelaskan secara panjang lebar, kecuali dalam aspek adat-istiadat dan kepercayaan yang hingga kini masih dihayati oleh sebahagian masyarakat Ternate, yang dapat kita jadikan petunjuk yang meyakinkan bahwa semasa pra-Islam, Ternate telah mempunyai sejarah sendiri. Peninggalan Ternate pada zaman pra-Islam tidak ditemukan dalam bentuk tulisan maupun artevak.
Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya bahwa belum agama Islam masuk, di Ternate telah terdapat 4 kelompok masyarakat, yaitu ;
1. Tubo, (yang mendiami kawasan puncak/lereng sebelah utara pTernate)
2. Tobona, (yang mendiami kawasan lereng sebelah selatan di Foramadiyahi).
3. Tabanga, (yang mendarat kawasan pantai bagian utara) dan
4. Toboleu. (yang menempati kawasan pesisir pantai timur di Ternate)
Masyarakat Ternate yang sejak dahulu sejak dari Raja pertama Kolano Cico alias Masyhur Malamo (1257) hingga Sultan yang ke-48 sekarang ini Sri Sultan Mudaffar Syah-II, telah mengalami perjalanan panjang yang merupakan mata rantai kelangsungan sebuah komunitas yang tentunya dikikis dan dipoles oleh jaman yang dilaluinya hingga saat ini Ternate menjadi pusat pemerintahan Propinsi Maluku Utara.
PERAN KESULTANAN
Setiap pembahasan mengenai sejarah daerah Maluku Utara “the history of Moluccas” pada umumnya berkisar pada sejarah kesultanan yang pernah berkuasa di daerah ini. Sejarah telah mencatat, bahwa telah lama ada, empat kesultanan yang dikenal dengan “Moloku Kiye Raha” yang terdiri dari; ”Kiye Bessi, Tuanane, Duko, se Gapi”. Kiye Bessi kemudian bergeser ke Kasiruta di Bacan, Tuanane kemudian bergeser ke Halmahera di Jailolo, Duko adalah Tidore dan Gapi adalah Ternate.
Keempat kerajaan tersebut kemudian dikenal dengan; Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan. (urutan menurut Naidah yang ditulis P. van der Crab, “Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen text beschreven door den Ternataan Naidah”, Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde, The Hague, 1878).
Sumber-sumber asing lain-pun menyebutkan adanya keempat kesultanan tersebut, Portugis misalnya memberikan urutan yang sama, yang merupakan petunjuk bahwa, bahan sumber data dan informasi banyak diperoleh dari pihak Ternate, yang mana orang Portugis pertama kali mengadakan hubungan.
Tentu saja sumber-sumber dari luar Ternate akan memberikan urutan yang lain pula. Sebagai contoh misalnya, Francoise Valentijn (“Oud en Neew Oost Indien” S. Keijzer, Amsterdam, 1862), memberikan urutan kesultanan Jailolo pada urutan perrtama, kemudian beralih ke pihak Ternate, Tidore dan Bacan.
Sedangkan menurut kronik kesultanan Bacan, jelaslah bahwa kesultanan Bacan menduduki tempat pertama berdasdarkan klaim bahwa Raja Bacan pertama adalah putra tertua dari Jaffar Saddik, dengan urutannya; Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate. Bagaimanapun urutannya, yang lebih terpenting adalah bahwa semua sumber tersebut menyebutkan nama yang sama.
Besarnya pengaruh Globalisasi serta minimnya bahan-bahan dan tulisan tentang sejarah daerah Maluku Utara, mengakibatkan generasi muda masa kini, apatis terhadap pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya daerahnya sendiri. Dan lebih disayangkan lagi adalah semakin tajamnya egoisme primordial ke-suku-an antar masing-masing etnis yang ada di Maluku Utara dalam percaturan di bidang politik praktis tingkat lokal, memberikan efek negatif terhadap pelestarian nilai sejarah, adat dan tradisi dari masing-masing kelompok etnik.
LEMBAGA KEAGAMAAN
Semua lembaga dan jabatan yang diuraikan penulis pada pembahasan di atas disebut dengan “Bobato Dunia“. Bobato dunia adalah semua lembaga dan jabatan yang berhubungan dengan urusan ke-dunia-wian, yang bersifat politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan dan sebagainya. Sedangkan lembaga atau jabatan yang mengurus masalah keagamaan disebut dengan “Bobato Akhirat“.
Dari segi spirituil dan urusan keagamaan ditangani oleh suatu lembaga yang disebut dengan Jou Lebe (Badan Syari’ah). Lembaga ini dikepalai oleh seorang yang menjabat sebagai Kadhi. Anggotanya terdiri dari para Imam, Khatib dan para staf pelaksana. Para pejabat di bidang keagamaan terdiri dari :
1. Kadhi atau Kalem yaitu pejabat tertinggi dalam urusan keagamaan (Imam Agung), membawahi 4 orang Imam Besar Kesultanan, (ditambah Imam Jawa) yang terdiri dari :
• Imam Jiko
• Imam Jawa
• Imam Sangaji
• Imam Moti• Imam Bangsa
2. Jabatan lainnya adalah para Khatib yaitu pejabat pelaksanan dakwah dan siar Islam dibawah Imam, terdapat 6 jabatan khatib dalam struktur kesultanan. Tiap khatib membawahi beberapa orang Modim (Muazzim). Keenam orang khatib tersebut, terdiri dari :
• Khatib Jiko
• Khatib Jawa• Khatib Sangaji
• Khatib Moti• Khatib bangsa
• Khatib Jurutulis
Dari para Imam dan khatib, serta para JOGURU (Kiyai dalam bahasa Jawa) inilah siar dan dakwah agama Islam ditegakkan ke seluruh pesisir jazirah Maluku Utara, sehingga saat ini hampir semua pesisir pulau-pulau di kawasan Maluku Utara, Sulawesi Utara, Pantai Timur pulau Sulawesi, Seram Barat, Kailolo, Hingga kepala burung pulau Papua (Fak-Fak dsb) tersentuh akidah dan ajaran agama Islam.
Masyarakat Ternate tidak mengenal sistem “Pesantren” seperti halnya di Jawa. Cara pengajaran tradisional dengan Sistem Pesantren mulai diterapkan di Ternate pertamakali sekitar awal tahun 1980-an yakni dengan berdirinya pesantren pertama di Tidore.
Pendidikan Formal keagamaan pertamakali berdiri di Ternate pada tahun 1930-an dengan berdirinya Sekolah Madrasah Islamiyah di Ternate. Sekolah Raudatul Adab yang baru itu diasuh oleh seorang pendidik yang berasal dari pulau Ambon yang masih berdarah arab yaitu : Almarhum Syech Bachmid. Dua sekolah yang didirikan tersebut masing-masing setingkap dengan SD dan SMP. Kemudian berdiri pula Taman Pendidikan Muhammadiyah yang dipelopori oleh Bongso Hi Bahdar.
STRUKTUR KEPEMIMPINAN
Tiap kelompok masyarakat pada zaman pra-Islam di Ternate mendiami suatu tempat tinggal, yang mereka sebut dengan istilah Gam (Kampung), warganya terdiri dari beberapa keluarga/kerabat yang dalam istilah daerah disebut dengan sebutan Soa (Marga) yang dipimpin oleh seorang Fanyira, singkatan dari kata ‘Ngofa ma-nyira’. (Baca artikel terkait; Stratifikasi Sosial Masyarakat Adat di Ternate).
Selanjutnya masing-masing kepala Soa dipimpin oleh seorang Momole (Kepala Kampung) yang bergelar; Kimelaha, Fanyira dan Sangadji. Disamping sebutan untuk seorang kepala Soa untuk tiap-tiap Soa, kata momole terambil dari kata “Tomole“ yang mempunyai arti; Kesaktian atau Kehebatan, yakni orang yang menjadi pemimpin karena mempunyai kelebihan dan kesaktian dalam berbagai hal.
Kelompok masyarakat waktu itu masih menjalankan kepercayaan primitif, dan kadang-kadang sering terjadi pertentangan dan saling bermusuhan dalam hal memperebutkan hegemoni. Dengan demikian maka, di Ternate pada zaman pra-Islam terdapat 4 orang Momole. Seorang Momole diangkat berdasarkan kharisma yang ada padanya. Setelah masuknya agama Islam, maka sistem pemerintahan Momole berubah. Keempat Momole tersebut, bergabung dan dipimpin oleh seorang Kolano. Pada masa awal sistem ini, struktur kepemimpinan masih sangat sederhana.
Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam di Ternate, maka berkembang pula sistem pemerintahan Kolano, seperti juga di Tidore, Bacan dan Jailolo. Ke-empat Kolano ini kemudian membentuk konfederasi persekutuan antara empat kerajaan tersebut di Taunane Pulau Moti (Moti Verbond), yang kemudian dikenal dengan sebutan persatuan “Moloku Kie Raha”. Ternate waktu itu dipimpin oleh Kolano ke-7, yang bernama Kolano Sida Arif-ma-Lamo.
Sida Arif ma-Lamo ditunjuk sebagai “Kolano Ma-Dopolo” yang pemimpin persekutuan ini. Dinobatkan sebagai Kolano Ternate tahun 1322 dan memerintah selama 9 tahun (1322-1331). Dalam sistem ini, struktur kepemimpinannya lebih disempurnakan. (F.S.A. de Clerq).
Pada perkembangannya selanjutnya , sejak tahun 1486, disaat penobatan Kolano ke-19, Zainal Abidin, yang pertama kali memakai gelar “SULTAN” yang memerintah dari tahun 1486 – 1500, adalah merupakan masa peralihan dari bentuk Kolano ke bentuk Kesultanan. Beliau diberi gelar ; Paduka Sri Sultan Zainal Abidin.
Dalam struktur kepemimpinan kesultanan, dibentuk lembaga-lembaga tradisional. Pelaksanaan tugasnya, Sultan dibantu oleh badan-badan dan pejabat seperti :
1. KOMISI NGARUHA, (fungsinya disamakan dengan Dewan Pertimbangan Agung).

2. BOBATO MA-DOPOLO, yaitu suatu Dewan Pembantu Sultan, anggotanya terdiri :
a. Jogugu, sebagai wakil Sultan merangkap kepala Bobato. Jogugu adalah singkatan dari ‘Jou Kolano ma-gugu’ yaitu wakil Sultan bidang Pemerintahan , yang berkuasa dan bertanggung jawab atas seluruh kebijakan kesultanan tertinggi dibawah Sultan, yang dijabat oleh bangsawan Senior di kalangan kerabat keluarga terdekat Sultan. (disamakan dengan Perdana Menteri).
b. Kapita Lao, yang bertanggung jawab dalam masalah yang bertalian dengan peperangan, yang dijabat oleh bangsawan Senior di kalangan kerabat Sultan. (disamakan dengan Panglima Armada Laut).
c. Hukum Soa Sio, adalah seorang pejabat yang bertanggung jawab dan menangani hal-hal yang berhubungan dengan urusan di dalam negeri. (disamakan dengan Menteri Dalam Negeri).
d. Hukum Sangadji, adalah seorang pejabat yang bertanggung jawab dan menangani masalah-masalah luar negeri termasuk daerah takluk-kan. (disamakan dengan Menteri Luar Negeri).
e. Tuli Lamo, sebagai juru tulis kesultanan, (disamakan dengan Menteri Sekretaris Negara).

3. BOBATO NYAGI MOI SE-TUFKANGE, yaitu Dewan 18 yang anggotanya terdiri dari delapan belas Orang. Mereka terdiri dari :
a. Berasal dari Soa-Sio sebanyak 9 orang, yaitu :
1) Pejabat berpangkat Kimelaha, sebanyak 5 orang.
2) Pejabat berpangkat Fanyira, sebanyak 4 orang.
b. Berasal dari Pejabat berpangkat Sangaji, sebanyak 9 orang, yang merupakan wakil utusan dari wilayah seberang.

Dalam struktur kepemimpinan tradisional di kesultanan Ternate, terdapat semacam Dewan Rakyat, yang disebut dengan GAM RAHA, yang wakilnya terdiri dari pejabat perwakilan keempat wilayah yang terdiri dari :
1. SOA-SIO, (Komunitas masyarakat yang terdiri dari 9 kelompok Soa/distrik yang berada di di wilayah pusat Kesultanan).
2. SANGADJI, (Komunitas beberapa distrik di negeri seberang/wilayah taklukkan).
3. HEKU, (Komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya mulai dari Ake Santosa (sekarang Kelurahan Salero) ke utara hingga ke pulau Hiri termasuk Halmahera muka).
4. CIM, (Komunitas masyarakat dari Ake Santosa ke salatan hingga mencapai batas desa Kalumata).
Gam Raha berfungsi mensahkan calon sultan yang menurut tradisi ditunjuk dari anak lelaki putera sultan, (bukan putra tertua saja tapi bisa adik-laki2-nya). Meskipun telah ditetapkan adat, calon Sultan itu harus disahkan oleh Gam Raha. Calon diajukan oleh pihak Soa-Sio dan Sangaji, selanjutnya apabila calon tersebut ditolak oleh pihak Heku dan Cim, maka harus diganti. Sistem ini merupakan keunikan dan cirri khas “Demokrasi” ala Ternate, dimana sistem pemerintahan adalah berbentuk Monarki tetapi pewaris kekuasaan dilakukan melalui pemilihan/penunjukan dari “Gam Raha” berdasarkan kriteria tertentu. Tidak seperti biasanya setiap kerajaan, putera tertua dari Raja dan Permaisuri mutlak harus menjadi pewaris takhta.
Pejabat penting lainnya yang dalam kepemimpinan wilayah adalah seorang Salahakan. Pejabat ini adalah merupakan perwakilan Sultan di daerah-daerah otonomi yang jauh. Dalam sejarah Ternate, pernah diangkat Salahakan di Tabukan (Sangir Talaud), Banggai (Sulawesi), Sula Taliabu. Selain Salahakan dikenal juga Utusan Sultan yang dikirim ke perbatasan untuk menangani soal keamanan. Ia juga bertugas sebagai koordinator para sangaji di daerah itu.
Diketahui pernah ada tiga utusan yang pernah ditetapkan dalam kesultanan Ternate, yaitu; Utusan Kayoa yang berbatasan dengan kesultanan Bacan, Utusan Galela untuk mengamankan perbatasan dengan kesultanan Mindanao-Sulu, Utusan Dodinga untuk mengawasi perbatasan wilayah darat dengan kesultanan Tidore di daratan pulau Halmahera.
SEJARAH PEMERINTAHAN
Dalam sejarah kepemimpinan/pemerintahan di Ternate, selain dipimpin oleh para Kolano/Sultan sebanyak 48 orang Raja Ternate, masyarakat Ternate pernah diperintah oleh pejabat penguasa asing yang berkedudukan di Ternate, tercatat sebanyak 20 orang pejabat Gubernur Portugis (1512-1574), 7 orang pejabat sebagai Residen perwakilan Inggris di Ternate (1797-1815), 53 orang pejabat Gubernur VOC untuk wilayah Maluku yang berkedudukan di Ternate, dan lebih dari 28 orang pejabat Residen Pemerintah Kerajaan Belanda yang juga berkedudukan di Ternate. (Sumber; F.S.A. de Clerq).
Kronologis Pemimpin Pemerintahan di Ternate selama 7 Abad lebih diuraikan pada artikel sesudah ini.

Perjalanan panjang sejarah masyarakat Ternate yang hingga kini telah berusia 758 tahun melalui dinamika dengan begitu banyaknya proses asimilasi budaya dan campur tangan kekuasaan dari luar terutama bangsa Eropa selain para Sultannya mengakibatkan kebudayan masyarakat Ternate memiliki ciri khasnya tersendiri.
Kedatangan orang Eropa ke berbagai tempat di belahan bumi ini membawa tiga Misi utamanya, yaitu ; “Gold”, “Gospel” dan “Glory”. Warisan yang paling nyata hingga saat ini adalah pada kawasan tertentu di Maluku Utara masih terdapat pemeluk agama Nasarani sebagai bukti adanya Gospel yang didengungkan bangsa Eropa waktu itu, sedangkan kehadiran Islam di daerah ini juga sebagai akibat adanya hubungan dengan para pedagang dari bangsa Arab dan Persia maupun dari Gujarat.
Dinamika yang dialami masyarakat Ternate hingga generasi sekarang melalui proses yang panjang. Para pendahulu di daerah ini telah meletakan dasar, baik itu menyangkut keyakinan beragama, maupun sendi-sendi moral dan etika serta perilaku yang tercermin dalam adat-istiadat, tradisi dan budaya yakni tersirat dalam institusi dan pranata sosial di masyarakat Ternate. Sebagai generasi saat ini, wajarlah kalau memiliki minat dan keinginan di bidang kajian sejarah, karena lebih banyak manfaat yang didapat daripada tidak mengetahuinya sama sekali. (Baca artikel tentang kajian dimaksud pada posting sebelumnya; Sejarah Tidak Pernah Berdusta. (www.busranto.blogspot.com – diolah dari berbagai sumber)
* Tulisan ini pernah dimuat pada Tabloid PARADA di Ternate pada Edisi ke-9, tanggal 28 Juli 2002.

Mari Memakmurkan Masjid

Add Comment
palestin2.jpg

Usianya baru 24 tahun, S1 nya ia selesaikan di sebuah perguruan tinggi di Timur Tengah. Ketika kembali ke tanah air, hidupnya lalu ia baktikan untuk pendidikan. Mengajar di pesantren tempat ia dulu menimba ilmu dan mengajar di SD Islam.
Uniknya sahabat saya ini memilih untuk tinggal di pesantren yang sebenarnya kurang nyaman bila di bandingkan dengan rumahnya sendiri. Hal itu semata – mata hanya karena ia ingin dekat dengan masjid dan bisa selalu menjalankan sholatnya fardhunya di sana. Subhanallah. Sementara orang lain seumur dengan nya sibuk memikirkan karier dan gaji yang lebih tinggi di perusahaan bonafied, dia justru memilih mengajar di pesantren dan tinggal di asrama yang banyak nyamuk, dengan kamar yang kurang nyaman dan makanan yang itu – itu saja. Semata – mata hanya karena ingin menjalankan sholat fardhu di masjid. Ya, iya adalah seorang pemuda yang hatinya tertambat pada masjid.
Suatu ketika ia mencurahkan isi hatinya, saat perayaan Maulid Nabi yang diadakan di masjid dekat rumahnya. “Alhamdulillah, acara Maulid Nabinya sukses. Saya senang sekali melihat antusias warga dalam memperingati Maulid Nabi. Tapi sayangnya saya juga sedih, kenapa ya Nda, masjid hanya penuh ketika ada perayaan Maulid dan bulan Ramadhan saja.” Ujarnya sedih di telpon. Saya bisa merasakan kegundahannya karena saya juga merasakan keprihatinan yang sama. “ Kalau hari – hari biasa, masjid hanya terisi beberapa shof saja. “
”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada-Nya dan hari kemudian, serta (tetap) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun), kecuali kepada Allah. Maka, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Attaubah [9]: 18).

masjidil-haram.jpg
Hal pertama yang dilakukan Rasulullah SAW ketika sampai di Madinah dalam rangkaian hijrahnya adalah membangun masjid. Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran betapa pentingnya posisi masjid dalam perjuangan kaum Muslim. Masjid itulah yang mengawali perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan risalah Islam.
Sayangnya dewasa ini banyak dari kita terutama para pria yang mempunyai kewajiban memakmurkan masjid justru lebih mementingkan pekerjaan kantornya daripada meluangkan waktu untuk berjama’ah. Demi sebuah profesionalisme, kadang aqidah di nomer 2 kan, atau bahkan nomer sekian dari kegiatan – kegiatan lainnya.
Saya jadi teringat cerita seorang teman yang punya pengalaman tak terlupakan dengan seorang Bapak pengemudi becak. Ketika itu teman saya harus menuju ke suatu tempat yang kebetulan tidak dapat di lalui oleh mobil. Jadi mobilnya ia parkir, lalu ia memanggil becak untuk mengantarnya ketempat yang di tuju. Bapak pengemudi becak tersebut berhenti, tapi sebelum menyetujuinya, sang bapak menanyakan pada teman saya ini, “ Maaf bu, tapi sebentar lagi sudah masuk waktu dzuhur dan saya ingin ke masjid di depan gang itu untuk sholat dulu. Kalau ibu keberatan, silahkan ibu mencari becak yang lain saja. “ ujarnya. “ Tapi bila ibu tidak keberatan, saya akan antar ibu setelah sholat. “ “Setengahnya aku merasa seperti dipermalukan di hadapan Nya. Bagaimana mungkin aku yang punya pengetahuan cukup tinggi dan paham dengan baik tentang ibadah dalam aplikasinya kalah dengan seorang bapak tua pengemudi becak.” Ceritanya pada saya.
“Ayo, Pak ! Saya juga mau sholat dulu sebelum kesana. “ sambil naik ke becaknya teman saya menyetujui usul si bapak. Akhirnya teman saya ikut berjama’ah dengannya di masjid depan gang tersebut sebelum ke tempat yang ingin di tuju itu. Dari cerita itu saya jadi teringat sebuah surah dalam Al Qur’an, “ … Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “ (QS Al Hujuraat [49]: 13)

masjid_nabawi-1.jpg
Bahkan seorang pengemudi becak sangat yakin bahwa rizki tak akan kemana, bila ia dekat dengan sang pemberi rizki itu sendiri. Beliau berani menolak tawaran rizki seorang penumpang hanya untuk bertakwa pada Sang Pemberi Rizki. Ujian untuk sang bapak pengemudi becak dan teguran untuk kita yang mementingkan duniawi. Beliau lebih sadar akan kewajibannya memakmurkan masjid dalam sholat fardhu nya ketimbang mereka yang di sibuk dengan pekerjaan kantor. Hal itu di buktikan teman saya dengan kosongnya shof. Masya Allah.
Seorang teman saya yang tinggal di Negara paman Sam, suatu saat pernah bercerita pada saya bahwa Masjid – masjid di New York tempatnya tinggal selalu di padati jama’ah pada jam sholat, bahkan di luar jam sholatpun tetap saja ramai. Pernah suatu saat ketika ia dengan terpaksa naik taxi untuk pulang ke flatnya, sang supir yang berkulit hitam meminta ijin untuk berhenti dulu di sebuah masjid untuk melaksanakan sholat. “Akhirnya aku ikut berjama’ah dengannya.Ah…, aku malu. Seorang supir taxi begitu taatnya, sementara aku masih perlu di ingatkan.” Ujar teman saya ini. ” Subhanallah, Manda masjidnya sangat ramai, tidak seperti ketika aku pulang ke Indonesia, bahkan satu shof saja tidak penuh.” Kesadaran umat Muslim untuk memakmurkan masjid juga terjadi di Australia, dimana masjid selalu ramai dengan jam’ah. Mungkin karena disana Muslim adalah minoritas ya ? Allahu alam.
Memakmurkan masjid. Masjid di bangun untuk di makmurkan. Rumah Allah yang seharusnya di penuhi oleh jama’ah yang ingin dekat dengan sang PEMILIK. Untuk menampung aktivitas umat juga menyatukannya sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa. Seharusnya para pemuda Muslim menambatkan hatinya kepada masjid. Sebagai mujahid yang akan berada di barisan terdepan dalam membela agamanya. Generasi penerus umat yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa dan agamanya.
Rasulullah SAW bersabda, ”Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya” (HR Muslim dari Abu Hurairah). masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah SWT. Dari sinilah memancar karunia dan keberkahan Allah SWT untuk orang-orang yang hatinya selalu terkait dengan-Nya. Suatu tempat yang tidak ada satu pun masjid di dalamnya akan hampa dari keberkahan-Nya. Dan, tempat yang hampa dari keberkahan-Nya akan selalu dirundung masalah demi masalah yang membuat penghuninya hidup dalam ketidaknyamanan dan ketidaktenteraman.

masjidil-aqsa-yerusalem.jpg

Negeri ini adalah Negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Muslim adalah mayoritas. Masjid berdiri dimana – mana. Kita patut besyukur, di negeri ini masjid termasuk bangunan yang mudah ditemukan; dari pelosok kampung hingga kota-kota besar dengan beragam model dan ukuran. Tetapi, sudahkah masjid itu memenuhi fungsi yang semestinya? Setidaknya, masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakkan ukhuwah, persamaan, dan keadilan.
Allah SWT menyebutkan bahwa masjid hanya layak untuk manusia-manusia yang bertakwa, ”Masjid yang layak kalian tempati adalah yang dibangun atas landasan takwa sejak pertama kali. Di dalamnya, orang-orang suka membersihkan diri dari dosa. Allah mencintai orang-orang yang membersihkan diri mereka” (QS Attaubah [9]: 108).
Apakah kita tak ingin di sebut manusia – manusia bertakwa yang layak memakmurkan masjid ? Apakah pekerjaan dan profesionalisme jauh lebih penting dari ketakwaan kita serta penghambaan kita padaNya ? Bukankah kita ini hanya hamba ? Semangat persamaan dan keadilan tidak mungkin dapat terwujud selama kaum Muslim tidak bertemu setiap hari dalam satu shof di hadapan Allah SWT –bersama-sama berdiri dengan satu tujuan, yakni untuk menghambakan diri kepada-Nya. Jika itu bisa dilakukan setiap hari, niscaya persatuan akan terjalin. Sifat egoisme dan keangkuhan setiap individu bisa diredam dan ditaklukkan. Bukankah kita sama di hadapanNya ? Hanya ketakwaanlah yang membuat kita mulia.

masjid-al-azhar.jpg
Sungguh ironis bila kita mendapati masjid – masjid yang berdiri megah, di bangun dengan dana yang tidak sedikit, dengan gaya arsitektur yang mengagumkan namun dalam kesehariannya hanya terisi satu shof saja. Sunyi dari lantunan ayat suci yang di baca oleh jama’ah dan aktivitas ibadah lainnya.
Saya jadi teringat dengan masjid Daarut Tauhid – Bandung. Sungguh, berada di lingkungan itu membuat saya teringat akan kota Mekkah. Suasananya ramai dengan para santri , para pedagang dan tamu yang sedang berkunjung untuk wisata rohani. Namun 15 menit menjelang adzan sholat fardhu, semua toko, kios ataupun warung yang berada di sekitarnya langsung tutup untuk bersegera meramaikan masjid. Masjid nya selalu saja penuh. Dan sebagian jama’ahnya adalah para santri dan penduduk sekitar yang masih muda. Subhanallah itu terjadi tidak saja ketika ada pengajian rutin yang diadakan setiap hari Kamis malam. Namun setiap hari. Dan di luar waktu sholat masjid tersebut tetap saja di ramaikan dengan para santri dan jama’ah yang melakukan aktivitas ibadah.
Alangkah indahnya bila setiap masjid yang didirikan tidak saja di bangun untuk sebuah hiasan belaka. Alangkah berkahnya bila masjid – masjid besar dan kecil yang ada, selalu di penuhi dengan jama’ah yang melaksanakan aktivitas ibadahnya. Sungguh, mungkin negeri ini akan jauh dari bencana. Karena keberkahan yang terpancar dari ketakwaan umatnya. Seperti apapun bentuknya, masjid harus di rawat dan dan ‘dihidupkan’ kegiatannya. Menggiatkan berbagai aktivitas keagamaan yang didasari oleh semangat penghambaan kepada Allah SWT. Menjadi sentra pemberdayaan dan pembinaan umat. Yang akhirnya masjid akan memainkan fungsi nya sebagai salah satu pilar kebangkitan umat.
Sahabat saya yang saya ceritakan di awal tadi bahkan bercita – cita, kelak anak – anaknya akan ia siapkan untuk menjadi seorang ahli ibadah yang hatinya tertambat kepada masjid. Subhanallah, sebuah cita – cita yang mungkin jarang terlintas dalam pikiran kita yang masih berorientasikan dunia. Sebuah cita – cita yang tampaknya sederhana, namun justru insya Allah kaya dengan keberkahan. Semoga saja Allah menijabah doanya.

kubah-cantik.jpg
Mari mulai meramaikan dan memakmurkan masjid, tidak hanya sekedar di bulan Ramadhan dan Jum’at saja. Namun mengusahakannya di setiap waktu sholat, terutama Subuh dan Isya. Dengan begitu kita juga melatih diri untuk sholat tepat waktu, berjama’ah dan mempererat ukhuwah dengan sesama saudara Muslim. Dalam jama’ah tidak lagi ada perbedaan, tidak ada lagi pangkat dan jabatan, tidak lagi memandang kaya dan miskin. Setidaknya seperti yang sudah saya tulis diatas, Masjid memiliki fungsi sebagai sarana menegakan ukhuwah, meniadakan perbedaan dan mengutamakan keadilan. Allahu a’lam.

Roket RX 420,buatan indonesia

Add Comment
Rudal atau peluru kendali yang dirancang khusus bagi militer Indonesia, memiliki kemampuan yang tidak kalah hebatnya dengan rudal buatan negara Asia lainnya. Departemen Pertahanan bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terus melakukan penelitian dan pengembangan rincian rudal itu. Rincian Roket RX 420 ini sebagai berikut;

Tim Riset & Pengembang : Departemen Pertahanan dan LAPAN
Jenis Roket : ground to ground or air to ground
Jangkauan : 389 kilometer
Panjang total : 9,5 meter
Berat : 500 kilogram
Hulu ledak : Kaliber 70-122 milimeter
Ide Pembuatan : Tahun 2005
Anggaran : Rp 2,5 miliar
Bahan Bakar : Hydroxy terminated poly butadiene dan ammonium perchlorate.
Tipe : Balistik
Konfigurasi : Empat tingkat (tiga RX–420, satu RX- 320, dan sepasang booster)

Selain itu, LAPAN sejauh ini telah mampu membuat roket dengan tingkat keunggulan yang bisa disimak dari diameter dan jarak jelajah. Pertama adalah roket berdiameter 70 mm (biasa disebut RX-70) berjarak jangkau 7,9 km.
Selanjutnya, roket 80 mm (RX-80) berjarak jangkau 8 km; 100 mm (RX-100) berjarak jangkau 5 km; 150 mm (RX-150) berjarak jangkau 15,5 km; serta 250 mm (RX-250) berjarak jangkau 27,9 km.

Selama ini jenis roket yang diluncurkan terdiri ada 2 macam, yaitu RX-150 dan RX-250. Spesifikasi dari RX-150, yaitu panjang 314 cm, garis tengah 150 mm, berat 95,5 kg (tanpa payload), jenis propelan HTPB, konfigurasi propelan star dan elevasi peluncuran 80 derajat.
Sedang spesifikasi RX-250, yaitu panjang 472,5 cm, garis tengah 250 mm, berat 351,4 kg (tanpa payload), jenis propelan HTPB, konfigurasi propelan KG dan evalasi peluncuran 80 derajat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqcQjk3EotuJCh4QGSzyOerphYraZRayc46DwcVi7CDUJ8Kq1CqkT1nLg6dgJmC30Rw95gzmJX291VSKGcDKB6QzywyKDsQCByJz1QYsBFRpIZbD-7PAp9Z0nHlyejNnsg7amQyG09HAI/s320/roket2.jpg
Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun mengatakan jangkauan 12 roket itu 50 kilometer, sementara roket yang baru saja jenis RX-420 diluncurkan sejauh 100 kilometer.
Dari 12 roket yang diluncurkan tahun 2007 lalu, di antaranya untuk keperluan militer yakni roket tipe RX-70 FFAR yang berdaya jangkau 50-7,5 km. Artinya, jika ditembakan dari Batam, roket-roket itu bisa menjangkau Singapura.

Mungkin hal ini yang menyebabkan ketika Indonesia untuk yang kedua kalinya berhasil meluncurkan roket rakitan buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Garut (2/7), berita tentang peluncuran roket itu sepi dari media massa nasional, tetapi ramai diberitakan media negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Bisa jadi jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah lebih dahulu mengembangkan roket sejenis, roket Indonesia belum ada ‘apa-apanya’. Namun dengan penguasaan teknologi tersebut yang sudah dibuktikan dengan peluncuran di Garut, kemajuan roket di Indonesia hanya tinggal menunggu waktu saja. Mungkin nanti jangkauannya tidak hanya sampai ke Singapura saja, melainkan dapat melampauinya.

Sulut Pemasok Pala Terbesar Dunia

1 Comment
Metrotvnews.com, Manado: Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mampu pertahankan posisinya sebagai pemasok pala terbesar di dunia. "Hingga saat ini Sulut memasok sekitar 75 persen dari kebutuhan pala dunia," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Sanny Parengkuan di Manado, Selasa (16/3).

Ekspor pala Sulut setiap bulan berkisar 1.000 hingga 2.000 ton. Sementara kebutuhan dunia hanya berkisar 20.000 ton setiap tahun. Negara tujuan ekspor pala Sulut tersebar baik di Asia, Eropa, Amerika hingga Afrika.

"Komoditas pala merupakan salah satu yang paling kontinyu ekspornya, karena setiap bulan terjadi realisasi ekspor dengan jumlah relatif stabil," kata Sanny.

Mauren, salah satu eksportir pala di Sulut, mengatakan, guna mempertahankan posisi Sulut sebagai pemasok terbesar di dunia, maka pemerintah perlu membantu revitalisasi pala. "Sudah mendesak terutama peremajaan tanaman melalui bantuan bibit pala," kata Mauren.

Hingga saat ini belum ada bantuan peremajaan tanaman pala, ini sangat disesalkan melihat posisi Sulut yang sangat dominan sebagai produsen pala dunia.

Tanaman pala di Sulut sebagian besar sudah berusia tua. Sementara peremajaan baru dilakukan secara swadaya oleh petani. Paul Merung, salah satu petani pala di Kecamatan Tombulu, Minahasa, mengatakan, berhasil menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari hasil perkebunan pala.

Perhitungan pendapatan kebun pala dalam satu hektar tanaman berusia remaja dapat dihasilkan sekitar 200 kilogram(kg) per bulan dikalikan dengan harga saat ini Rp50.000 per kg, maka dapat diperolah pendapatan kotor Rp10 juta.(Ant/BEY)

SBY Resmikan Perpindahan Ibukota Maluku Utara

Add Comment
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan perpindahan ibu kota Provinsi Maluku Utara dari Ternate ke Sofifi, Rabu (4/8/2010).

Maluku Utara berpisah dari Maluku pada 12 Oktober 1999. Selama 11 tahun, ibu kotanya masih menumpang di Ternate. Hari ini, pindah ke Sofifi.
Perpindahan akan ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden SBY di Lapangan Ngaralamo, Kelurahan Salero, Kecamatan Kota Ternate Utara, Kota Ternate, pukul 10.00 WIT.
Turut hadir dalam acara itu beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Mereka di Maluku Utara sejak Selasa (3/8/2010), antara lain Menko Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.
Maluku Utara diresmikan menjadi provinsi terpisah dari Maluku pada 12 Oktober 1999 melalui Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 dan beribu kota di Sofifi, Kecamatan Oba Utara.
Wilayah itu terletak di Bukit Gozale, poros Pulau Halmahera, yang berjarak tempuh sekitar 1 jam menggunakan kapal cepat dari Pulau Ternate.

Namun karena keterbatasan infrastruktur, ibu kota sementara ditempatkan di Kota Ternate yang padat penduduk. Setelah pembangunan cukup lama, kini Sofifi telah menampung kantor gubernur, DPRD, kejaksaan tinggi, kepolisian daerah, serta kantor-kantor dinas pemerintah provinsi.

Namun, para pegawai negeri yang rata-rata menetap di Pulau Ternate setiap hari harus naik kapal cepat dengan ongkos Rp 30.000 sekali jalan untuk sampai di kantor mereka.
Selain meresmikan perpindahan ibu kota ke Sofifi, Presiden sekaligus meresmikan sekitar 20 proyek infrastruktur gedung-gedung pemerintah provinsi yang telah selesai dibangun di Sofifi.
Kepala Negara pada acara itu sekaligus menyaksikan penyerahan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2010 oleh beberapa bank badan usaha milik negara (BUMN) kepada perwakilan debitur.
Bank BRI menggelontorkan KUR senilai Rp 56,15 miliar untuk 5.636 debitur di Provinsi Maluku Utara, Bank BNI sebesar Rp 31,981 miliar untuk 244 debitur, Bank BTN senilai Rp 9,286 miliar untuk 61 debitur, Bank Mandiri Rp 12,45 miliar untuk 42 debitur, dan Bank Maluku senilai Rp 25 miliar untuk 1.660 debitur.

Presiden pada acara itu juga akan menyerahkan bantuan secara simbolis berupa paket wira usaha sarana produksi budidaya rumput laut senilai Rp 4,4 miliar untuk 610 pembudidaya rumput laut masing-masing sebesar Rp 6,5 juta.

Juga paket sektor pertanian berupa ayam, kambing, sapi, dan kakao senilai Rp 11,7 miliar, serta dana bantuan sosial untuk pengembangan koperasi senilai Rp 1,625 miliar untuk 34 kelompok usaha mikro dan koperasi.

Presiden juga akan menyerahkan bantuan langsung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tahun 2010 untuk Provinsi Maluku Utara senilai Rp 118,08 miliar.
Bantuan yang akan diterima Gubernur Maluku Utara itu terdiri atas PNPM Mandiri pedesaan di tujuh kabupaten meliputi 78 kecamatan sebesar Rp 109,25 miliar dan PNPM Mandiri perkotaan untuk dua kabupaten meliputi 14 kecamatan sebesar Rp 7,64 miliar.

Selain itu, juga PNPM Mandiri daerah tertinggal dan khusus di lima kabupaten pada 20 kecamatan senilai Rp 1,19 miliar. Presiden dan rombongan dijadwalkan meninggalkan Ternate pada Rabu siang menuju Jakarta.