I. USAHA PERINTISAN
II. PEMBENTUKAN SECARA FISIK.
Secara fisik unsur TNI AL di Makassar telah terbentuk sejak Tahun 1950 dan seiring dengan berjalannya waktu, maka nama organisasi, jumlah personel, fasilitas dan kemampuannya berubah menyesuaikan perkembangan organisasi TNI Angkatan Laut pada masanya.
2. Cakrawala No. 260/ XXI Tanggal 5 Juli 1982.
3. Buku Sejarah TNI Jilid I - V
Sumber Artikel : http://www.lantamal-6.mil.id/profil/sejarah
1. Proklamasi kemerdekaan juga disambut oleh rakyat
Sulawesi dengan mempersiapkan diri mempertahankan kemerdekaan
yang telah diperoleh itu. Dalam suasana menggeloranya
semangat perjuangan, para pemuda telah bergerak menyusun
organisasi pemuda yang bersifat militer sebagai persiapan
Tentara Nasional. Sampai pada permulaan bulan September 1945 sebelum
pendaratan tentara Sekutu organisasi-organisasi pemuda telah
terbentuk di seluruh Sulawesi Selatan baik di kota-kota
maupun di desa-desa.
2. Pemuda Pelajar dan anggota-anggota perjuangan
yang bersenjata lengkap yang tergabung dalam TRI telah berhasil
menyusun taktik dan strategi perjuangan untuk mengangkat
senjata melawan NICA. Setelah segala persiapan matang maka
pada tanggal 27 oktober 1945 dimulailah perebutan kekuasaan
dari tangan NICA yang berpusat di Makasar. Perlawanan pemuda pejuang
dihadapi oleh NICA dan Australia dengan menggunakan senjata
modern. Para pemuda dengan senjata yang ada padanya berusaha
mempertahankan diri, tetapi akhirnya para pemuda terpaksa
mengundurkan diri keluar kota. Dengan kegagalan gerakan ini,
maka para pemuda mengalihkan pusat perjuangan keluar kota sedang
pusat pemeritahan RI dipindahkan ke Polangbongkeng, yang kemudian
menjadi pusat perjuangan rakyat Sulawesi Selatan. Di
Polabongkeng telah disusun rencana untuk mengadakan koordinasi
perjuangan seluruh Sulawesi Selatan.
3. Kegagalan perjuangan di bidang bersenjata
disebabkan karena kekurangan senjata dan pengalaman, untuk
menyusun kembali organisasi-organisasi perjuangan maka pemuda
Sulawesi mengalihkan perhatiannya untuk mencari bantuan ke
Jawa. Beberapa puluh orang pemuda ditugaskan ke Jawa, guna
mengatur koordinasi perjuangan yang nantinya akan di kirim ke Sulawesi.
Di pulau Jawa pemuda-pemuda tersebut kemudian berhasil
menghubungi putra-putri Sulawesi baik yang tergabung dalam
BKR-Laut, Darat maupun Badan-badan perjuangan lainnya.
4. Di Jawa dengan terbentuknya BKR-Laut Pusat dan di
daerah maka putera-puteri Sulawesi yang mempunyai pengalaman
dan darah kelautan telah ikut memperkuat BKR-Laut di Jawa.
Perjuangan putera Sulawesi yang paling besar jumlahnya
terdapat di Surabaya. Pada bulan September 1945 di Surabaya
telah didirikan BKR Laut oleh tokoh-tokoh pelaut Sulawesi
seperti A.R. Aris, A.H. Tuppu dan Ny.Barnetje Tuegeh yang bekerjasama
dengan tokoh-tokoh pelaut lainnya. Kemudian kelompok tersebut
berhasil membentuk Staf BKR Laut Surabaya sebagai berikut :
Komandan : A.R. Aris
Wakil komandan : R. Sutrisno
Kepala Staf Kepala Personalia/
Pengerahan : L. Mochtar
Tenaga : A.H. Tuppu
Kepala Urusan Makanan : J. Gerret.
Anggota : Ny.Barnetje Tuegeh.
Abdul Djalil
Komandan : A.R. Aris
Wakil komandan : R. Sutrisno
Kepala Staf Kepala Personalia/
Pengerahan : L. Mochtar
Tenaga : A.H. Tuppu
Kepala Urusan Makanan : J. Gerret.
Anggota : Ny.Barnetje Tuegeh.
Abdul Djalil
Atas inisiatif Letnan Kolonel Tuegeh, seorang tokoh
TKR-Laut Surabaya telah memerintahkan satu pasukan ekspedisi
dari Surabaya pada tahun 1945 menuju Tulawu (Kota Makasar)
untuk membantu dan mengadakan kontak dengan para pejuang
Sulawesi. Bersama ekspedisi ini Letnan Kolonel B. Tuegeh
mengutus seorang kurir untuk menemui Wolter Monginsidi tokoh
pejuang Sulawesi yang bergerak di Makasar. Kurir Ny. B. Tuegeh membawa
pesan agar Wolter Monginsidi ikut aktif membentuk Angkatan Laut
yang sudah diinfiltrasikan kesana. Ajakan ini diterima baik
karena dia menyadari pentingnya peranan Angkatan Laut bagi
daerahnya dalam menyusun strategi, taktik serta organisasi
Angkatan Laut yang akan dibina di Sulawesi Selatan. Kemudian
diadakan ekspedisi ke II atas inisiatif A.R.Aris dan B. Tuegeh
dibawah J.F. Warrow dan Tomboto melalui Surabaya via Banyuwangi
langsung ke Makasar. Ekspedisi berhasil mendarat dan
menimbulkan hasrat yang kuat dari putera-puteri Sulawesi untuk
membentuk suatu pasukan dengan tugas mendirikan Angkatan Laut
di Sulawesi karena potensi yang akan menunjang pendirian ini
cukup besar jumlahnya.
5. Pada bulan Desember 1945 Markas Tertinggi TKR
Laut yang pada waktu itu berkedudukan di Tanggulangin
menyetujui pembentukan TKR Laut Sulawesi dengan nama Angkatan
Laut Republik Indonesia Persiapan Seberang. Tugas utama dari
Angkatan Laut Persiapan Seberang adalah untuk mengobarkan
semangat perlawanan rakyat di Sulawesi Selatan dalam rangka
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Sesuai
dengan keputusan tersebut maka pada bulan itu juga berhasil
dibentuk susunan organisasi sebagai berikut :
a. Pimpinan/tenaga perencana : Djohan Dg Mamangun,
Wahab Tarru Dg Mabela, Abdul Rachman Dg Mabela, Abdullah Dg.
Mabela, Sjamsul Arif dan Sutrisno.
b. Tenaga pelaksana tempur : Hasan Ralla, Muh.
Djafar, Manggu Dg Sialla, Muh. Arsjad Temba, A.A. Rivai, P.
Abdullah, R. Nasution, M. Amir, Ahmad Lamo, Sadji, H. Hasan,
M. Saidie, Ibrahim, Abd. Rahim Dg. Shabuddin, J. Kullu, A.
Zaeni, Abd. Rachim Dg. Parani, E.S. Kast A.M, M. Maspi,
Djurit, Abd. Haruna, Abd. Asis, Herma, Roni Bokingo, Moh. Abdu
Bismilla, Sutedjo, La Ewa, Lemassese dan lain-lain.
Pada bulan ini juga mereka telah berhasil membentuk
pasukan tempur dengan nama TKR Laut 0018/Ekspedisi Seberang di
bawah Mayor Djohan Dg Mamangun yang bermarkas di Sidoarjo
sedang sebagian pasukan bertugas di front Buduran-Waru
(Surabaya). Di front ini pasukan Ekspedisi Seberang sangat
giat melakukan operasi-operasi darat dalam membendung pengluasan
daerah kekuasaan NICA ke daerah RI. Selama mereka melakukan operasi
darat ini keanggotaan mereka bertambah besar, akhirnya menjadi
500 orang anggota bersenjata lengkap. Pada tanggal 2 Mei 1946
TKR - Laut 0018/Ekspedisi Seberang masuk menjadi bagian dari
Markas Tertinggi Angkatan Laut di Lawang yang kemudian disebut
sebagai Pasukan Penyelidik Seberang.
6. Pada bulan September 1946 disusun rencana pengiriman ekspedisi yang merupakan pelopor pertama dengan pembagian daerah sebagai berikut :
6. Pada bulan September 1946 disusun rencana pengiriman ekspedisi yang merupakan pelopor pertama dengan pembagian daerah sebagai berikut :
a. Ekspedisi ke daerah I/Mandar-Majene dibawah pimpinan Letnan II M. Amier dan Sersan Abd. Rachman.
b. Ekspedisi ke daerah II/Pare-pare dibawah Kapten Abdullah Dg. Mabella.
c. Ekspedisi ke daerah III/Barru di bawah Kapten Wahab Tarru.
d. Ekspedisi ke daerah IV/Makasar dibawah Kapten Sjamsul Arif.
e. Ekspedisi ke daerah V/Polongbongkeng dibawah Letnan I M. Arsjad Temba.
Dari kelima persiapan ekspedisi ini yang jadi
berangkat adalah ekspedisi ke Daerah I/Mandar-Majene dan ke
Daerah V/Polongbongkeng yang lainnya tertunda karena
persiapan-persiapan mereka belum selesai. Pada awal Nopember
1946 ekspedisi ke daerah I dan V bertolak dari pelabuhan
Pasuruan.
7. Ekspedisi ke Daerah I yang dipimpin oleh Letnan
II Amier dan Sersan Abd. Rachman telah mendarat di Paotere
(Makasar) pada tanggal 20 Nopember 1946. Sesuai dengan tugas
diberikan kepada Letnan II Amier berhasil menghubungi Pimpinan
Pasukan "Harimau Indonesia" dibawah pimpinan Ali Malaka di
kampung Kaluku Badoa Makasar, maka tercapailah suatu
persetujuan antara Letnan II Amier dengan pucuk pimpinan Harimau
Indonesia dengan keputusan bahwa Pasukan Harimau Indonesia dilebur
menjadi ALRI.
8. Dalam perkembangan ALRI Daerah I dan Daerah III
dalam masa konsolidasi ini keanggotaan ALRI telah dapat
mencapai sekitar 2500 anggota. Hasil yang dicapai oleh ALRI
Seberang yang telah dapat mengkoordinasikan pemuda-pemuda
pelaut Sulawesi Selatan kedalam organisasi ALRI merupakan
potensi yang penting bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di
daerah Sulawesi Selatan.
9. Untuk memperluas daerah ALRI di Sulawesi Selatan
agar dapat mewujudkan pembentukan daerah ALRI seperti yang
telah direncanakan oleh ALRI-PS pada bulan September 1946
pembinaan ALRI di Sulawesi Seberang di ambil alih oleh MPA
(Markas Pertahanan ALRI). MPA telah berhasil menyusun suatu
ekspedisi yang lebih besar dan kuat serta lengkap, maka pada tanggal
27 Januari 1947 ekspedisi berangkat dari pelabuhan Panarukan
yang dinamakan ekspedisi ke II dengan daerah sasarannya Daerah
II/Pare-pare dan Daerah III/Baru.
10. Pada tanggal 17 Pebruari 1947 rombongan mendarat
di pantai Barru tetapi kemudian berhasil ditawan seluruhnya
oleh NICA. Tertangkapnya seluruh anggota rombongan adalah
karena mereka tidak mendapat info pertempuran di Daerah I ini.
Pasukan ALRI -PS dibawah komandan Abd. Hae dengan giat
mengadakan penyerangan pos-pos polisi dan kubu-kubu pertahanan NICA
serta penghadangan patroli-patroli NICA. Sebagai pembalasan
serdadu-serdadu NICA dibawah pimpinan Westerling menjalankan
taktik penghancuran total terhadap unsur-unsur ALRI di dalam
daerah kekuasaannya. Kubu-kubu pertahanan ALRI-PS Daerah
I/Mandar mendapat serangan yang sangat berat dari pasukan
Westerling pada permulaan Pebruari 1947. Dalam pertempuran di daerah
ini banyak anggota staf dan pasukan gugur termasuk Abd. Hae
sendiri, kemudian yang selamat melarikan diri ke pedalaman dan
ada yang ke Jawa.
11. Meninjau keadaan Sulawesi dirasakan bahwa
situasi tidak mengizinkan lagi untuk bertahan lebih lama
sedangkan perlengkapan makin berkurang dan juga untuk
menghindarkan korban yang terlalu banyak di kalangan rakyat
karena aksi Westerling. Atas pertimbangan ini maka sisa pasukan
ekspedisi memutuskan untuk kembali ke Jawa pada tanggal 30 Mei 1947.
12. Setelah pengakuan Kedaulatan RI, banyak
anggota-anggota bekas TRI Seberang dan ALRI Seberang dari
Sulawesi Selatan yang dibebaskan dari tawanan Belanda
bergabung dengan induk pasukannya kembali yang menjadi
Angkatan Darat. Demikian juga yang terjadi di Sulawesi Selatan
pasukan-pasukan ALRI yang berasl dari TRI-PS dan ALRI-PS yang
berhasil dibina disana sesuai dengan ketetapan Pemerintah
dilebur ke dalam Angkatan Darat. Batalyon-batalyon TLRI yang
dulunya merupakan pasukan ekspedisi yang kemudian bertugas di
Makassar telah menjadi Angkatan Darat yakni Batalyon 719, Batalyon Andi
Selle, Batalyon 711, Batalyon Abdullah dan sebagian lagi masuk
Kepolisian Negara. Dengan demikian maka anggota-anggota
ekspedisi ALRI Divisi VI Sulawesi Selatan tidak meneruskan
kariernya dalam ALRI, kecuali beberapa orang saja.
II. PEMBENTUKAN SECARA FISIK.
Secara fisik unsur TNI AL di Makassar telah terbentuk sejak Tahun 1950 dan seiring dengan berjalannya waktu, maka nama organisasi, jumlah personel, fasilitas dan kemampuannya berubah menyesuaikan perkembangan organisasi TNI Angkatan Laut pada masanya.
13. KKAL Makassar (1950-1952). Meletusnya Peristiwa
Andi Azis dan Pemberontakan Republik Maluku Selatan pada Tahun
1950, keamanan diwilayah Indonesia bagian Timur terganggu.
Setelah pemberontakan tersebut berhasil ditumpas, pemimpin
ALRI saat itu memandang perlu membentuk unsur ALRI dalam
rangka memulihkan keamanan wilayah maritim Indonesia bagian
Timur, maka dibentuklah Kedinasan Kota Angkatan Laut Makassar yang
disingkat KKAL Makassar berdasarkan Surat Perintah Kasal Nomor :
G.1/6/9 tanggal 1 Juli 1950 dengan tugas pokok :
a. Mengurus kepentingan ALRI didaerah ini, bekerja sama dengan instansi sipil maupun militer.
b. Memberi bantuan logistik kapal-kapal armada yang
berlabuh di pelabuhan Makassar dan yang beroperasi di wilayah
Indonesia bagian Timur.
Untuk pertama kalinya, Komandan KKAL dijabat oleh
Kapten Laut Soekoyo dengan kegiatan masih sangat terbatas
karena kurangnya personel dan fasilitas. Tempat penampungan
anggotanya adalah bangunan Bara-Baraya (sempat menjadi
Fakultas Ekonomi Unhas, saat ini menjadi Gedung Serbaguna
Unhas di Jl. Sunu).
14. Komalko M.M (1952-1953). Berdasarkan Skep Kasal
Nomor : 17/I/3 tanggal 29 Maret 1952, KKAL Makassar berubah
sebutannya menjadi Komando Angkatan Laut Kota Makassar-Malino
(Komalko M.M.) dengan tugas utama :
a. Mengurus kepentingan Mako dalam bidang personel, material dan fasilitas yang ada di kota Makassar dan Malino.
b. Memberi dukungan logistik kapal-kapal Armada yang
beroperasi diperairan Indonesia bagian Timur dan Tengah di
pelabuhan Makassar.
Jabatan Komandan kembali dipercayakan kepada Kapten
Laut Soekoyo dan dalam rangka mengamankan kota Makassar
diikutsertakan anggota KKO AL untuk membantu patroli Komando
Militer Kota Makassar dengan Komandan Peleton yang pertama
adalah Letnan Koesnaniwoto.
15. KDMM (1953-1960). Berdasarkan Skep Kasal Nomor :
A.17/I/9 tanggal 25 September 1953, Komalko M.M. berubah nama
menjadi Komando Daerah Maritim Makassar (KDMM). Tanggal 2
Oktober 1953, Mayor Laut R.E. Martadinata atas nama KSAL
melantik Mayor Laut A.F. Langkay menjadi Komandan KDMM.
Tugas pokok KDMM adalah :
Tugas pokok KDMM adalah :
a. Mengawasi daerah laut serta memelihara ketertiban
dan keamanan diperairan Kalimantan Selatan mulai dari Sungai
Sampit Kalimantan Timur sampai Kalimantan Inggris dan perairan
Pulau Sulawesi.
b. Membina administrasi dan ketertiban anggota Angkatan Laut yang berkedudukan diwilayah KDMM.
c. Memegang Komando Operasi atas Satuan Angkatan Laut yang berkedudukan dibawahnya.
Pada periode ini, KDMM berkembang dengan pesat, baik
jumlah personel, material dan fasilitas dengan melaksanakan
pembangunan-pembangunan :
a. Pembangunan Kompleks Maciniayu.
b. Pembangunan Kompleks Layang dan Markas KDMM.
c. Pembangunan Stasion Angkatan Laut Manado dan Stasion Angkatan Laut Makassar sebagai hasil penukaran dengan Ksatrian Angkatan Laut Malino.
d. Pembangunan Stasion Angkatan Laut Banjarmasin pada tanggal 20 Juli 1960.
b. Pembangunan Kompleks Layang dan Markas KDMM.
c. Pembangunan Stasion Angkatan Laut Manado dan Stasion Angkatan Laut Makassar sebagai hasil penukaran dengan Ksatrian Angkatan Laut Malino.
d. Pembangunan Stasion Angkatan Laut Banjarmasin pada tanggal 20 Juli 1960.
Pejabat Komandan KDMM :
a. Mayor Laut A.F. Langkay (1953-1956).
b. Mayor Laut E.H. Thomas (1956-1958).
c. Mayor Laut D. Napitupulu (1958-1959).
d. Mayor Laut Ali Yusran (1959-1960).
b. Mayor Laut E.H. Thomas (1956-1958).
c. Mayor Laut D. Napitupulu (1958-1959).
d. Mayor Laut Ali Yusran (1959-1960).
16. Kodamar-V (1960-1966). Berdasarkan Skep Kasal
Nomor : A.4/6/60 tanggal 18 oktober 1960, KDMM berubah sebutan
menjadi Komando Daerah Maritim-V (Kodamar-V) serta perubahan
sebutan jabatan Komandan menjadi Panglima.
Pada periode ini, Kodamar-V membangun beberapa fasilitas meliputi :
a. Pembangunan Dermaga Layang.
b. Pembangunan Gedung Staf.
c. Pembangunan Gedung Perbekalan.
d. Pembangunan Kompleks Tabaringan.
e. Mendirikan Penataran Angkatan Laut/ Fasharkan pada tanggal 1 Juli 1962, penyerahan dari Pelni kepada Angkatan Laut dalam rangka persiapan Trikora.
b. Pembangunan Gedung Staf.
c. Pembangunan Gedung Perbekalan.
d. Pembangunan Kompleks Tabaringan.
e. Mendirikan Penataran Angkatan Laut/ Fasharkan pada tanggal 1 Juli 1962, penyerahan dari Pelni kepada Angkatan Laut dalam rangka persiapan Trikora.
Pejabat Panglima Kodamar-V :
a. Letkol Laut Panggabean (1961-1963).
b. Kolonel Laut Soedjadi (1963-1966).
c. Komodor Laut Marwidji (1966 sd perubahan menjadi Kodamar-8)
b. Kolonel Laut Soedjadi (1963-1966).
c. Komodor Laut Marwidji (1966 sd perubahan menjadi Kodamar-8)
17. Kodamar-8 (1966-1970). Berdasarkan Telegram
Men/Pangal TW. 280410 z/ Feb.’67 tantang penertiban dan
penomoran Kodamar, diatur urutan nomor yang dimulai dari Barat
ke Timur, maka Kodamar-V menjadi Kodamar-8 dengan wilayah
tanggung jawab pada wilayah laut Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara dengan tugas :
a. Tugas Polisionil, bertanggung jawab atas ketertiban dan keamanan wilayah perairan Provinsi Sulseltra.
b. Tugas Pertahanan dalam rangka menjaga integritas wilayah perairan Provinsi Sulseltra.
c. Tugas Pembinaan, bertanggung jawab atas pemeliharaan kapal-kapal operatif yang berada di bawah wilayahnya.
Pejabat Panglima Kodamar-8 :
a. Komodor Laut Marwidji (1966-1969).
b. Komodor Laut Waloeyo Soegito (1969 sd menjadi Daeral-VII)
b. Komodor Laut Waloeyo Soegito (1969 sd menjadi Daeral-VII)
Kolak yang berada dibawah Kodamar-8 adalah :
a. Kosubmarsional 801/ Makassar.
b. Kosubmarsional 802/ Pare-pare.
c. Kosunmarsional 803/ Kendari.
d. Kosubmarsional 804/ Bau-bau.
b. Kosubmarsional 802/ Pare-pare.
c. Kosunmarsional 803/ Kendari.
d. Kosubmarsional 804/ Bau-bau.
18. Daeral-VII (1970-1985). Dalam rangka konsolidasi
dan reorganisasi serta integrasi antar angkatan sesuai Keppres
No. 79 dan 80 Tahun 1969 serta peraturan-peraturan
penyempurnaannya, maka berdasarkan kawat Kasal TW 301640
Z/Mrt/70, Kodamar-V berubah menjadi Daerah Angkatan Laut-VII
(Daeral-VII) dengan tugas pokok :
a. Membina sistim pangkalan Angkatan Laut dalam
daerah hukumnya dalam tingkat kesiagaan yang cukup untuk
sewaktu-sewaktu mampu mendukung satuan operasi Angkatan Laut.
b. Membina tingkat kekuatan dan kesiagaan yang cukup
untuk sewaktu-waktu mampu diikut sertakan dalam
penyelenggaraan Hankamnas di wilayah Daeral-VII.
Panglima Daeral-VII :
a. Komodor Laut Waloeyo Soegito (1970-1972).
b. Laksma TNI Atmodjo Brotodarmodjo (1972-1976).
c. Laksma TNI A. Rachman (1976-1977).
d. Laksma TNI S. Reksodihardjo (1977-1981).
e. Laksma TNI Roesdi Roesli (1981-1982).
f. Laksma TNI Sriwaskito (1982-1985).
b. Laksma TNI Atmodjo Brotodarmodjo (1972-1976).
c. Laksma TNI A. Rachman (1976-1977).
d. Laksma TNI S. Reksodihardjo (1977-1981).
e. Laksma TNI Roesdi Roesli (1981-1982).
f. Laksma TNI Sriwaskito (1982-1985).
Kolak jajaran Daeral-VII adalah :
a. Lanal UPG berkedudukan di Ujung Pandang.
b. Sional BPP berkedudukan di Balikpapan.
c. Sional PDA berkedudukan di Donggala.
d. Sional KDI berkedudukan di Kendari.
e. Perwal BSN berkedudukan di Banjarmasin.
f. Posal Bau-bau berkedudukan di Bau-bau.
b. Sional BPP berkedudukan di Balikpapan.
c. Sional PDA berkedudukan di Donggala.
d. Sional KDI berkedudukan di Kendari.
e. Perwal BSN berkedudukan di Banjarmasin.
f. Posal Bau-bau berkedudukan di Bau-bau.
Berdasarkan Skep Kasal Nomor : Skep/ 5030.1 Tahun
1970 tanggal 18 Pebruari 1970, Daeral-VII dianugerahi Pataka
yang merupakan lambang Daeral-VII dengan motto ”Jala Kartika
Gakti” yang berarti Penguasaan laut adalah syarat mutlak bagi
kejayaan dan kebahagiaan bangsa Indonesia seluas samudera,
setinggi bintang loyalitas kita dalam mendharma bhaktikan
diri.
19. Lanal Ujung Pandang (1985-1992). Berdasarkan
Skep Kasal Nomor : Skep/1234/ V/ 1985 tanggal 31 Mei 1985
terjadi likuidasi/ penghapusan Daeral-daeral menjadi
Lantamal-Lantamal, unsur yang tersisa adalah Lanal Ujung
Pandang dengan pejabat Komandannya adalah Kolonel Laut (P) A. Nawir.
Selanjutnya Mako Lanal Ujung Pandang menempati Mako eks
Daeral-VII dengan kedudukan dibawah Lantamal Bitung.
Pejabat Danlanal Ujung Pandang :
a. Kolonel Laut (P) A. Nawir (1985-1987).
b. Kolonel Laut (P) Syahrawi A.K. (1987-1988).
c. Kolonel Laut (P) Sugirwadi Prayoga (1988-1989).
d. Kolonel Laut (P) Kuryono (1989-1992).
b. Kolonel Laut (P) Syahrawi A.K. (1987-1988).
c. Kolonel Laut (P) Sugirwadi Prayoga (1988-1989).
d. Kolonel Laut (P) Kuryono (1989-1992).
20. Lantamal Ujung Pandang (1992). Berdasarkan
Keputusan Kasal Nomor : Kep/ 02/ VII/ 1992 tanggal 11 Juli 1992
tentang Perubahan Status Pangkalan-pangkalan TNI AL dan
Pergeseran Kedudukan Guskamla, disebutkan diantaranya
perubahan status Lantamal Bitung menjadi Lanal Bitung dan
Lanal Ujung Pandang menjadi Lantamal Ujung Pandang. Dengan adanya
perubahan tersebut maka Lantamal Bitung melaksanakan Operasi
Geser-92 berdasarkan R.O. Gelar-92 yang diterbitkan oleh
Pangarmatim. Pergeseran meliputi pergeseran personel, material
serta dokumen dari Bitung ke Ujung Pandang. Danlantamal
Bitung saat itu, Kolonel Laut (P) Hambar Martono kemudian menjadi
Danlantamal Ujung Pandang sampai dengan perubahan nama menjadi
Lantamal-IV.
21. Lantamal-IV (1992-2006). Berdasarkan Keputusan
Kasal Nomor : Kep/ 03/ VIII/ 1992 tanggal 22 Agustus 1992
tentang Perubahan Sebutan Pangkalan-pangkalan Utama TNI AL,
maka sebutan Lantamal Ujung Pandang berubah menjadi
Lantamal-IV. Berdasarkan Skep Kasal Nomor : Skep/ 2925/ IX/
1992 tanggal 23 September 1992, Lantamal-IV dianugerahi Pataka
dengan motto ”Samapta Rumeksa” yang seluruhnya baik lambang
maupun warnanya mengandung arti ”Kekuatan yang selalu siap untuk
memberikan dukungan perawatan dan pemeliharaan secara cepat dan
tepat”.
Pejabat Danlantamal-IV :
a. Laksma TNI Hambar Martono (31/08/92-01/09/93).
b. Laksma TNI Sugiyarto (01/09/93-05/09/94).
c. Laksma TNI Haryo Armanto (05/09/94-15/02/96).
d. Laksma TNI Totok MK Laksito (15/02/96-22/07/97).
e. Laksma TNI Hari Muljo (22/07/97-27/03/00).
f. Brigjen TNI (Mar) Prayitno S.ip (27/03/00-09/07/01).
g. Laksma TNI Masruchan (09/07/01-02/08/02).
h. Brigjen TNI (Mar) Herman Rastam (02/08/02-24/06/03).
i. Laksma TNI Suharso Riyadi (24/06/03-15/07/05).
j. Laksma TNI Fanani Tedjokusumo (15/07/05-23/06/06).
k. Laksma TNI Ir. Gatot Sudijanto (23/06/06 sd menjadi Lantamal-VI).
b. Laksma TNI Sugiyarto (01/09/93-05/09/94).
c. Laksma TNI Haryo Armanto (05/09/94-15/02/96).
d. Laksma TNI Totok MK Laksito (15/02/96-22/07/97).
e. Laksma TNI Hari Muljo (22/07/97-27/03/00).
f. Brigjen TNI (Mar) Prayitno S.ip (27/03/00-09/07/01).
g. Laksma TNI Masruchan (09/07/01-02/08/02).
h. Brigjen TNI (Mar) Herman Rastam (02/08/02-24/06/03).
i. Laksma TNI Suharso Riyadi (24/06/03-15/07/05).
j. Laksma TNI Fanani Tedjokusumo (15/07/05-23/06/06).
k. Laksma TNI Ir. Gatot Sudijanto (23/06/06 sd menjadi Lantamal-VI).
22. Lantamal-VI (2006-Sekarang). Berdasarkan
Keputusan Kasal Nomor : Kep/ 10/ VII/ 2006 tanggal 13 Juli 2006
tentang Perubahan Penomoran Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut
(Lantamal), terjadi perubahan penomoran Lantamal yang
diurutkan berdasarkan letak dan posisi geografisnya dari Barat
ke Timur, maka Lantamal-IV berubah menjadi Lantamal-VI.
Pejabat Danlantamal-VI :
a. Laksma TNI Ir. Gatot Sudijanto (13/07/06 - 04/01/08).
b. Laksma TNI Ign. Dadiek Surarto (04/01/08 - 29/08/09).
c. Laksma TNI Bambang Wahyudin (29/08/09 - 09/07/10)
d. Brigjen TNI Marinir Chaidier Patonnory (09/07/10 - 30/09/11)
e. Brigjen TNI Marinir M. Suwandi M.T. (30/09/11 - xx/xx/xx)
f. Laksma TNI Arie Soedewo, SE (xx/xx/xx - 19-06-2014)
g. Laksma TNI Rudito Hadi Purwanto (19-06-2014 - Sekarang)
h.
b. Laksma TNI Ign. Dadiek Surarto (04/01/08 - 29/08/09).
c. Laksma TNI Bambang Wahyudin (29/08/09 - 09/07/10)
d. Brigjen TNI Marinir Chaidier Patonnory (09/07/10 - 30/09/11)
e. Brigjen TNI Marinir M. Suwandi M.T. (30/09/11 - xx/xx/xx)
f. Laksma TNI Arie Soedewo, SE (xx/xx/xx - 19-06-2014)
g. Laksma TNI Rudito Hadi Purwanto (19-06-2014 - Sekarang)
h.
III. PENUTUP
23. Demikianlah sejarah terbentuknya unsur TNI AL di
Makassar mulai dari KKAL Makassar sampai dengan Lantamal-VI
sekarang ini dengan demikian, maka tanggal 1 Juli 1950 dapat
dikatakan sebagai hari kelahirannya.
Sumber :
1. Subdisjarah Dispenal.2. Cakrawala No. 260/ XXI Tanggal 5 Juli 1982.
3. Buku Sejarah TNI Jilid I - V
Sumber Artikel : http://www.lantamal-6.mil.id/profil/sejarah
0 Komentar