PENJADWALAN TENAGA KERJA MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA TIBREWALA


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1    Kondisi Lingkunan Kerja Yang Mempengaruhi Manusia  
Manusia diangap sebagai makhluk yang sempurna tetapi tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya diikuti oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari pribadinya (intern) atau mungkin pengaruh dari luar (eksternal) lingkungan kerja, dimana manusia melaksanakan kegiatannya. Apabila ditunjang oleh kondisi lingkungan kerja yang baik maka Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal, Sebaliknya bisa dikatakan bahwa suatu kondisi lingkungan dikatakan baik apabila dalam melakukan aktifitas ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya keamanan. Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan kerja yang efisien dan produktif.
Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa di temukan begitu saja  tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebutdiuji pengaruhnya terhadap manusia.
Sebagaimana yang kita ketahui, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya :

1.      Tempratur
Dalam keadan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai tempratur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh kemampuan manusia untuk mentesuaikan  diri ada batasnya yaitu manusia masih bisa menyesuaikan diri dengan tempratur luar antara 20% - 35%.
2.      Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa di nyatakan dalam persentase.kelembaban ini sangat berhubungan atau di pengaruhi oleh tempratur udara, dan memang secara bersama-sama antara tempratur kelembaban kecepatan bergarak dan radiasidari udara tersebut akan dipengaruhi tubuh pada saat di menerima atau melepas panas dari tubuhnya.
3.      Siklus Udara
Sebagai mana kita ketahui, udara di sekitar kita mengandung 21% O2,  78% N2, 0.03% CO2 dan 0,97% gas lainya (campuran). Oksigen ( O2 ) merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di dunia terutama untuk menjaga kelangsuan hudup yaitu proses metabolisme. Udara dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara telah berkurang dan bercampur dengan gas-gas dan bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
                  4.   Pencahayaan
Pencahayan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang baik sangat diperlukan apabila mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata cepat lelah karena mata akan berusaha untuk melihat, dimana kelelahan mata mengakibatkan kelelahan mental.
                  5.   Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-buyian yang tidak di kehedaki oleh telinga kita.Kebisingan tidak di kehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi-buyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan dalam  berkomunikasi. Bahkan menurut penyelidikan kebisingan yang serius dapat menyebapkan kematian.
                  6.   Getaran mekanis
Getaran mekanis atau getaran yang ditimbulkan oleh mesin mekanis, yang sebagian dari getaran itu sampai ketubuh pekarja dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak di inginkan oleh tubuh.


7.      Bau-bauan
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat di anggap sebagai pencemaran. Kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa  sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja. Dan secara lebih jauh bau-bauan yang terjdi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman.
                  8.   Warna
Yang di maksud di sini adalah warna tembok ruang tempat kerja, dimana warna ini berpengaruh pada kemampuan mata untuk melihat obyek juga warna di sekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis bagi para pekerja. Menurut penyelidikan, tiap warna memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia.
2.2 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja (work measurmen) adalah salah satu cara untuk melakukan pengukuran waktu kerja yang merupakan penaksiran waktu, yang akan di gunakan dalam suatu pekerjaan. Cara ini dilakukan langsung dengan berjalannya pekerjaan dan digunaka nuntuk meneliti pekerja manusia dalam segala konteksnya, hal tersebut menuntut kepada penelitian pekerjaan secara sistematis yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penghematan waktu. Ada beberapa cara dalam pengukuran kerja, sebagai berikut :

1.      Mencatat fakta-fakta yang terjadi
2.      Menganalisa fakta-fakta yang ada
3.      Mengukur pekerjaan
4.      Merumuskan metode dengan data yang diperoleh
Cara yang sistematis tersebut untuk menunjukan kadar kerja (work content) dari suatu pekerja, agar dapat membandingkan dari beberapa pekerjaan yang berbeda. Pengukuran kerja memiliki banyak kegunaan terutama sebagai dasar dalam rancana intensif.
2.3 Metode Pengukuran Kerja
         1.   Time Study
Time study merupakan suatu teknik obserfasi langsung, dimana para time study mengamati seorang pekerja mencatat waktu dari apa yang sedang dikerjakan dan menentukan nilai pekerjan tersebut. Misalnya seorang pekerja diobservasi untuk melakukan pekerjaan tertentu dari mulai bekerja hingga saat selesai bekerja hasilnya 20 menit. Waktu ini di kenal sebagai waktu yang diobserfasi (observed time) yang sama sekali tidak memperhitungkan kemempuan kerja dan kelonggaran. Kemampuan kerja tersebut kemudian dinilai bekerja dengan persentase standar.
         2.   Langkah-langkah Sebelum Pengukuran
Untuk membahas tidaklah cukup dan sempurna bila tidak berdasarkan penelitian dan pengamatan. Oleh sebab itu suatu ilmu pengetahuan selalu dicari kebenaran–kebenaran untuk mendapatkan data yang nyata.
a.   Tujuan pengukuran
Tujuan untuk melakukan kegiatan pengukuran harus di tetapkan terlebuh dahulu. Dan hal penting yang harus di ketahui adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan?. Dalam hal ini pengukur bisa menilai seberapa tingkat efektifitas kerja oprator yang ada.
b.      Penelitian pendahuluan
Waktu yang diberikan kepada oprator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu yang diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung.
c.       Memilih Oprator
Oprator yang akan di ukur ialah orang yang memiliki beberapa persyratan yaitu berkemampuan normal, dapat diajak bekerja sama agar dapat memudahkan dalam melakukan pengukuran sehingga pengukuran dapat berjalan dengan lancar.


            Jumlah
Pekerja



Kemampuan kerja
rendah              rata-rata              tinggi
Gambar : 2.1 Kurva Kemampuan Oprator

d.      Alat-alat pengukuran
ü            Stop Watch ( jam henti )
ü            Lembaran pengamatan dan,
ü            Pena atau pensil

2.4 Pengujian Keseragaman Data
Analisa test keseragaman data adalah untuk menghitung atau menentukan beberapa jumlah kebenaran data yang berada dalam batas control. Untuk ini kita tentukan batas – batas kontrolnya :
 ……………..[ 2.1]

2.5    Menghitung Kecukupan Data
Menghitung kecukupan data adalah untuk menghitung beberapa jumlah data yang dibutuhkan yaitu dengan rumus :
  ………………[ 2.2 ]

Dimana :
N’=         Jumlah pengamatan yang di perlukan untuk meramalkan waktu yang benar dalam tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%
N =         Jumlah pengamatan sesungguhnya dari unsur yang bersangkutan
X =         Pembacaan alat ukur pada setiap pemberhentian
∑ =         Jumlah dari pembacaan masing-masing.
Dimana dari seluruh Pengamatan yang dilakukan bila N’ > N. Maka dilanjutkan dengan pengumpulan data tambahan. Pada langkah ini diperlukan pengumpulan data tambahan sesuai dengan data yang dibutuhkan hingga mendapatkan ( N’ <  N ).
         1.   Pengumpulan Data Tambahan
Pada langkah ini diperlukan pengumpulan data tambahan sesuai dengan data yang dibutuhkan hingga mendapatkan ( N’ <  N ). Setelah data dipenuhi  maka dilanjutkan perhitungan keseragaman dan kecukupan data  dengan menggunakan rumus-rumus yang ditentukan.
         2.   Pengolahan Lanjutan
Berdasarkan harga P yang diperoleh, maka perlu diadakan pengolahan lebih lanjut sebagai berikut :
1.      Bila data yangdiperlukan adalah waktu baku, maka lakukan perhitungan waktu baku dengan terlebih dahulu menentukan :
·        Faktor penyesuaian dengan wisfing hause
·        Faktor kelonggaran pribadi dan kelonggaran yang tidak dapat dihindari
2.      Bila tujuan lain, maka perlu dilakukan pengolahan lanjutan sesuai dengan tujuan. Dalam pengolahan lanjutan ini perlu disertakan analisa – analisa yang diperlukan sehubungan hasil penelitian yang diperoleh.

         3.   Melakukan Perhitungan Waktu
               a.      Hitung waktu rata-rata
            …………………[ 2.3 ]
Dimana  :       X adalah pembacaan alat ukur pada setiap pemberhentian   dan,
                  N adalah jumlah pengamatan sesungguhnya dari unsur yang bersangkuatan.
               b.      Hitung waktu normal
Wn =   Wr  x  P   ………………… [2.4]

Persentase penilaian ( P ) atau penyesuaian adalah jika pengukur berpendapat bahwa oprator yang bekerja dengan kecepatan tidak wajar sehingga hasil perhitungan waktu perlu di normalkan dulu. Contoh, seorang yang bekerja normal diberi nilai 60, dan bila performance seorang oprator  dinilai Exelent maka dia mendapat nilai 80.dan karenanya factor penyesuaian adalah : P = 80/60 = 1,33
               c.      Hitung waktu baku
Wb
=   Wn  +  ( Wn  x  L )
…………………[2.5]
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu : kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatiqui / kelelahan, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
                        Contoh, untuk memperoleh kelonggaran.
Dimana L ( kelonggaran ) :



-
Tenaga yang dikeluarkan
=
30
%
-
Sikap kerja
=
2.5
%
-
Gerakan kerja
=
0
%
-
Kelelahan mata
=
0
%
-
Keadaan temperatur kerja
=
35
%
-
Keadaan atmosfer
=
0
%
-
Keadaan lingkungan yang baik
=
0
%
-
Hambatan tak terhindarkan
=
0
%
-
Kebutuhan pribadi 
=
2
%

Total
=
69.5
%


2.6    Penyesuaian dan Kelonggaran
1.   Faktor Penyesuaian
Setelah pengukuran berlangsung ,pengukuran harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukan operator. Ketidak wajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan , sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau karena menjumpai kesulitan kondisi ruangan yang buruk, sebab–sebab ini akan mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjang penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu baku yang diperoleh, dari kondisi waktu baku yang diselesikan secara wajar. Cara pertama adalah cara presentase yang merupakan cara paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya dibutuhkan oleh pengukur melalui pengamatan. Selama melakuka pengukuran, jadi sesuai dengan pengukuran dalam menentukan harga P yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikembalikan dengan waktu siklus.
Terlihat bahwa penyesuaian diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana . Disesuaikan dengan cara yang sangat sederhana, namun segera pula terlihat kelemahan ini dikembangkan dengan cara-cara lain yang dipandang sebagai cara-cara yang objektif.



Tabel 2.1 : Penyesuaian Menurut Cara Shuward
KELAS
PENYESUAIAN

KELAS
PENYESUSIAN
GOOD –
NORMAL
FAIR +
FAIR
FAIR –
POOR
65
60
55
50
45
40

SUPERLAST
FAST +
FAST
FAST –
EXCELLENT
GOOD +
GOOD
100
95
90
85
80
75
70

Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas-kelas super fast +,fast,fast -, Exellen dan seterusnya.
Jadi walaupun hubungan antara kelas tinggi pada keterampilan dengan usaha tampak erat sebagai mana juga dengan kelas-kelas rendah misalnya , Exellent dengan Exellent , Fair dengan Fair dan selanjutnya kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah dalam melaksanakan pekerjaan . yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition. cara Westing House adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan , temperatur , kebersihan ruangan .Faktor yang harus diperhatikan adalah konsistensi , Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataanya bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang tercatat tidak pernah sama , waktu penyesuaian  yang dikumpulkan pekerja selalu berubah-ubah dari suatu siklus ke siklus lainya , dari jam kejam bahkan hari ke hari.
2.   Faktor Kelonggaran
Selain untuk mendapatkan waktu baku dan kegunaan-kegunaan lain , sampling pekerjaan dapat pula digunakan sebagai salah satu cara umtuk mendapatkan besarnya Kelonggaran,.
Jika sampling pekerjaan dijalankan untuk perhitungan Kelonggaran ini , maka pemisahan kelonggaran dapat berbentuk seperti :
         1.   Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi di sini adalah, hal-hal seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja.
Besarnya kelonggaran yang di berikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karateristik untuk menentukan besarnya kelonggaran secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis.
         2.   Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatiqui/kelelahan
Rasa fatiqui tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kwalitas. Jika rasa fatiqui telah datang dan pekerja harus bekerja  untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatiqui. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatiqui total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.
         3.   Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan
               Beberapa contoh yang temasuk dalam hambatan tak terhindarkan :
1.   Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas
2.   Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin
3.   Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang tumpul.
4.   Mengasah peralatan potong
5.   Karena matinya arus listrik
Selanjutnya langkah-langkah yang mengikuti langkah-langkah sampling pekerjaan, kelonggaran-kelonggaran 1, 2, dan 3 dapat digabungkan menjadi satu, yaitu “Kegiatan Kelonggaran” sehingga menjadi :
Kegiatan 1  :           Kegitan kelonggaran
Kegiatan 2  :           Lain – lain
Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk mendapatkan kelonggaran ada dua hal yang perlu diperhatikan . Pertama adalah sifat dari kegiatan–kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri. Misalnya untuk menghilangkan fatiqui operator tidak selalu berhenti bekerja, tetapi dapat juga dengan melambatkan kecepatan kerja . Yang terakhir ini tidak dapat dengan mudah dideteksi selama kunjungan–kunjungan dilakukan. Namun paling tidak dengan sampling pekerjaan didapat “ Kelonggaran untuk yang tampak “ yang seolah–olah dapat diperlakukan sebagai kelonggaran minimal untuk pekerjaan yang bersangkutan, atau bila ditambahkan sejumlah kelonggaran yang diharapkan sepantasnya.

Tabel 2.2 :  Penyesuaian Menurut Westing House
FAKTOR
KELAS
LAMBANG
PENYESUAIAN
Ketrampilan
Superskill

Excellent

Good

Average
Fair

Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2
+0.15
+0.13
+0.11
+0.08
+0.06
+0.03
+0.00
-0.05
-0.10
-0.16
-0.22
Usaha
excenssive

Excellent

Good

Average

Fair

Poor
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D

E1
E2
F1
F2
+0.13
+0.12
+0.10
+0.08
+0.05
+0.02
+0.00

-0.04
-0.08
-0.12
-0.17
Kondisi Kerja
Ideal
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+0.06
+0.04
+0.02
+0.00
-0.03
-0.07
Konsisten
Perfect
Excellent
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F
+0.04
+0.03
+0.01
+0.00
-0.02
-0.04





Tabel 2.3 :  Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor Yang Berpengaruh
FAKTOR
CONTOH PEKERJAAN
KELONGGARAN
A.     Tenaga yang dikeluarkan
Ekivalen beban
Pria
Wanita
1.      Dapat diabaikan
2.      Sangat ringan

3.      Ringan
4.      Sedang
5.      Berat

6.      Sangat berat
7.      Luar biasa berat
Bekerja dimeja, duduk
Bekerja dimeja, berdiri
Menyekop, ringan
Mencangkul
Mengayun palu dengan berat
Memanggul beban
Memanggul karung berat
Tanpa beban

0.00 – 2.25 kg

2.25 – 9.00
9.00 – 18.00
18.00 – 27.00

27.00 – 50.00
Diatas 50 kg
0.0 – 6.0

6.0 – 7.5

7.5 – 12.0
12.0 – 19.0
19.0 – 30.0

30.0 – 50.0


0.0 – 6.0

6.0 – 7.5

7.5 – 16
16 – 30

B.     Sikap kerja
1.      Duduk
2.      Berdiri diatas dua kaki
3.       Berdiri diatas satu kaki
4.      Berbaring
5.      Membungkuk

Bekerja duduk, ringan
Badan tegak, ditumpu dua kaki

Satu kaki mengerjakan alat control

Pada begian sisi, belakang atau depan badan
Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki

0.0 – 1.0
1.0 – 2.5

2.5 – 4.0

2.5 – 4.0
4.0 – 10
C.     Gerakan kerja
·  Normal
·  Agak terbatas
·  Sulit
·  Pada bagian anggota–anggota badan terbatas
·  Seluruh anggota badan terbatas

Ayunan bebas dari palu
Ayunan terbatas dari palu
Membawa beban dengan satu tangan
Bekerja dengan tengan diatas kepala


Bekerja dilorong pertambangan yang sempit

0
0 – 5
0 – 5
5 – 10


10 - 15
D.    Kelelahan mata
Pencahayaan baik
Buruk
1.      Pandangan yang terputus – putus
2.      Pandangan terus menerus
3.      Pandangan terus, focus berubah
4.      Pandangan terus, focus tidak berubah
Membaca alat ukur

Pekerjaan – pekerjaan yang teliti

Memeriksa cacat pada kain
Pemeriksaan yang sangat teliti
0,0 - 0,6

6,0 – 7,5

7,5 – 12,0
12,0 – 19,0
19,0 – 30,0
30,0 – 50,0
0,0 - 0,6

6,0 – 7,5

7,5 – 16,0
16,0 – 30,0






E. Keadaan temperature ( °c )


Kelembapan normal


berlebihan
1.      Beku
2.      Rendah
3.      Sedang
4.      Normal
5.      Tinggi
6.      Sangat tinggi
Dibawah 0
0 – 13
13 – 22
22 – 28
28 – 38
Diatas 38
Diatas 10
10 – 0
0 – 5
5 – 0
5 – 40
Diatas 40
Diatas 12
12 – 5
8 – 0
0 – 8
8 – 100
Diatas 100
F. Keadaan atmosfer

1.      Baik
2.      Cukup

3.      Kurang baik

4.      Buruk
Ruangan yang berventilasi baik
Ventilasi kurang baik,bau – bauan
( tidak berbahaya )
Adanya debu – debu beracun, tau tidak beracun tetapi banyak
Adanya bau – bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat – alat pernapasan
0
0 – 5

5 – 10

10 – 20
G. Keadaan lingungan yang baik
1.      Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah
2.      Siklus kerja berulang 5 – 10 detik
3.      Siklus kerja berulang 0 – 5 detik
4.      Sangat bising
5.      Jika faktor – faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas
6.      Terasa adanya getaran lantai
7.      Keadaan – keadaan yang luar biasa ( bunyi, kebersihan dll )

0
0 – 1
1 – 3
0 – 5
0 – 5
5 – 10
5 - 15













2.7  Penjadwalan tenaga kerja
Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai pengalokasian sumber daya dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan serangkaian tugas (Baker, 1974). Menurut Morton (1993), penjadwalan adalah proses pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber-sumber untuk mengerjakan semua aktivitas yang diperlukan yang memenuhi kendala aktivitas dan sumber daya. Menurut Baker (1974) yang juga sejalan dengan Morton (1993), terdapat dua jenis kendala  yang seringkali ditemukan dalam masalah penjadwalan, yaitu: 
a.       Keterbatasan teknologi urutan pengerjaan job atau routing (kendala aktivitas)
b.      Batas kapasitas sumberdaya yang tersedia (kendala sumberdaya)
Dengan demikian, pemecahan masalah penjadwalan paling tidak harus menjawab dua bentuk pertanyaan:
a.       Sumber daya mana yang akan dialokasikan untuk mengerjakan operasi 
b.      Kapan setiap operasi dimulai dan selesai.
Setelah jadwal rencana produksi (JRP) terbentuk, langkah selanjutnya dalam perencanaan produksi adalah melakukan pengaturan jadwal tenaga kerja. Proses pengaturan pertama-tama adalah menentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan baru kemudian ditentukan jadwal kerja untuk memenuhi jadwal rencana produksi dalam bentuk kapan jam lembur harus diadakan dan kapan jam lembur tidak diperlukan.
Penjadwalan akan berimplikasi pada banyak hal diantaranya adalah :
1.      Pada penggunaan aset yang di miliki perusahaan menjadi efektif sehingga investasi yang di tanamkan perusahaan akan memberikan hasil yang optimal.
2.      Kapasitas yang akan digunakan akan lebih terukur sehingga jumlah output dapat dipastikan dan pelayanan kepada konsumen dapat lebih baik dari sebelumnya.

2.8  Proses Pengaturan Jadwal Kerja
Masukan yang diperlukan dalam pengaturan jadwal kerja disamping jadwal rencana produksi adalah masukan mengenai sumber daya (resource) yang dimiliki. Dalam hal ini adalah waktu kerja yang tersedia dalam kurun perencanaan produksi yang diliput dalam jadwal rencana produksi.
Prosedur pengaturan jadwal kerja selengkapnya padat dilihat pada gambar 2.3.






Gambar 2.2 Langkah-langkah penjadwalan tenaga kerja
Diagram diatas adalah langkah-langkah perencanaan tenaga kerja, beikut ini adalah keterangan dari masing-masing langkah perencanaan tenaga kerja yaitu :
1.      Menghitung waktu kerja yang tersedia dalam satu tahun atau dalam satu kurun perencanaan tertentu. Untuk menghitung waktu kerja yang tersedia, contoh : berikut ini akan menunjukkan gambaran. Misalnya diketahui untuk satu tahun tersedia 250 hari kerja dan satu hari pabrik bekerja 8 jam; maka waktu kerja yang tersedia adalah 250 x 8 jam = 2000 jam.
Biasanya dalam satu tahun seorang pekerja tidakpernah bekerja, entah oleh alasan karena sakit atau alasan lainnya. Dengan demikian waktu kerja efektif akan kurang dari jumlah tersebut. Misalkan saja tingkat absensi adalah 10%, maka waktu kerja efektif adalah (1-0,1) x 2000 jam = 1.800 jam. Waktu kerja ini adalah waktu kerja seorang pekerja dalam setahun.
2.      Menghitung waktu produksi yang dibutuhkan dalam satu tahun atau satu kurun perencanaan tertentu. Dari JRP dapat diketahui jumlah produksi yang akan dibuat dalam setahun; misalkan saja 2.500 unit. Waktu untuk mengerjakan satu unit produk (waktu baku) diperlukan untuk mengubah unit produksi yang diketahui dari JRP menjadi waktu produksi yang dibutuhkan ; misalkan waktu baku untuk produk yang dimaksub adalah 10 jam, sehingga waktu produksi yang dibutuhkan adalah 2.500 x 10 jam = 25.000 jam.
3.      Menghitung jumlah tenaga kerja yang di perlukan. Dengan membagi hasil perhitungan 2 dengan 1, maka akan diperoleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Dalam contoh tersebut tenaga kerja yang diperlukan menjadi : 25.000 / 1.200 = 13,83 tenaga kerja. Dengan jumlah tenaga kerja tersebut artinya, jika digunakan 13 tenaga kerja maka terdapat sejumlah produk yang tidak dapat diselesaikan. Dengan kata lain jika ingin seluruh produk tersebut terselesaikan harus dilakukan penambahan jam kerja atau lembur. Jika digunakan 14 tenaga kerja berarti produksi dapat dipenuhi tetapi terdapat kelebihan jam kerja.
Untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dilakukan pemilihan penggunaan tenaga kerja yang memberikan konsekuensi ongkos paling kecil.
Misalkan saja upah tenaga kerja pada jam kerja biasa (reguler time) adalah Rp. 2.000,-/jam dan pada jam kerja lembur (overtime) adalah Rp. 3.000,-/jam, maka dapat dihitung:
-        Upah tenaga kerja dengan 14 orang :
14 x 1.800 x Rp. 2.000, - = Rp. 54.400.000,-
-        Upah tenaga kerja dengan 13 orang titambah dengan lembur :
Jam kerja biasa :
13 x 1.800 x Rp. 2.000,-                = Rp. 46.800.000-

Jam kerja lembur (sisanya) :
(25.000-(13 x 1.800)) x Rp. 3.000,-       = Rp. 4.800.000,-    +
Jumlah                                                     = Rp. 51.600.000,-
Dapat dilihat bahwa ongkos yang ditimbulkan lebih murah jika menggunakan 14 orang tenaga kerja.
4.      Membuat jadwal kerja
Dengan telah didapatkannya jumlah tenaga kerja yang diperlukan, maka dapat dilakukan pengaturan jadwal kerja secara lebih terinci. Sebagai gambaran contoh berikut ini akan menerangkan bagaimana pengaturan tersebut dilakukan.
Misalkan JRP yang dimaksud adalah sebagai berikut (periode dalam JRP dinyatakan dalam kuartal) :
Periode
I
II
III
IV
produksi
625
625
625
625

Sedangkan hari kerja yang tersedia pada setiap kuartal :
Periode
I
II
III
IV
produksi
65
50
70
65

Kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan besarnya jam lembur yang diperbolehkan adalah 15% dari jam kerja biasa setiap kuartalnya. Ongkos simpan produksi jadi bila produk disimpan adalah Rp. 100,-/ jam kerja / kuartal.
Dengan tambahan keterangan tersebut maka pengaturan jadwal kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 : Contoh Pengaturan Jadwal Kerja
kuartal
Jam kerja yang dibutuhkan

I
II
III
IV
RT
OT
RT
OT
RT
OT
RT
OT
I
6250
Tersedia ongkos alokasi
655220006250
982  3000                  -






II
6250
Tersedia ongkos alokasi
302  2100  302
982  3100  152
5040  2000  5040
756  3000   756




III
6250
Tersedia ongkos alokasi
-         -          -
830  3200    -
-           -             -
-          -         -
7056  2000  6250
1058  3000    -


IV
6250
Tersedia ongkos alokasi
-         -         -
830   3300   -
-         -           -
-         -          -
806   2100    -
1058  3100   -
6552  2000  6250
982   3000     -
Total jam kerja
RT
6552

5040

6250

6250

OT

152

756

-

-

Dari tabel di atas terlihat bahwa lembur dilakukan pada kuartal I dan II yang semua untuk memenuhi permintaan pada kuartal II.
Berdasarkan pengaturan jadwal kerja ini bisa pula dibuat kesimpulan yang menggambarkan rencana produksi yang lebih rinci lagi di mana gambaran tingkat persediaan produk jadi pada suatu periode juga dapat diketahui.
Pada contoh tersebut kesimpulan rencana produksi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 : Contoh Rencana Produksi
Kuartal
permintaan
Rencana produksi
Rencana Tingkat Persediaan
Reguler time
Over Time
I
625
655
15
45
II
625
504
76
-
III
625
625
-
-
IV
625
625
-
-


2.8.1    Penjadwalan Shift (Shift scheduling)
Pada waktu penjadwalan tenaga kerja dilakukan untuk 6 atau 7 hari jam kerja selama satu minggu, maka masalah yang sering terjadi adalah sulitnya untuk melaksanakan standar 5 hari bekerja atau 40 jam bekerja. Banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi kebanyakan tanpa melakukan prosedur penjadwalan, seperti membuat lembur kerja atau dengan menggunakan pekerja part-time.
Apabila dilakukan jam kerja lembur atau menggunakan pekerja part-time, maka masalah lain yang muncul adalah kapan pekerja seharusnya bekerja dan dilain hari kapan harus libur jika dilakukan jam lembur kerja.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :


            2.8.2 Algoritma Tibrewala, Philippe Dan Browne
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Tibrewala, philippe dan Browne pada tahun 1972, algoritma ini dimulai dengan suatu profile permintaan yang diramalakan dengan penentuan hari-hari libur (RDOs)seorang pekerja padasuatu waktu.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      pekerjaan seorang pekerja pada hari sibuk C-D dan libur pada hari yang tidak sibuk.
2.      liburkan pekerjaan pada jumlah periode yang jumlah tenaga kerja paling minimal harus berurutan.
Contoh
Tabel 2.6 : Penentuan jumlah tenaga kerja
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Saptu
4
8
7
7
7
7
6

Total jumlah produk diproduksi :        = 45 unit
Hari kerja                                          = 5 jam kerja
Dibutuhkan tenaga kerja                    = jumlah unit produksi / hari
kerja                                                 = 46/5 = 9,5


Berarti : 10 orang                   Shift
9 orang                   Shift
Tabel 2.7 : Jadwal Kerja Tenaga Kerja
Minggu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Saptu
4                   0
8               -1
7                    -1
7                -1
7              -1
7                    -1
6                  0
4                        0
7               -1
6                    -1
6              -1
6                    -1
6              -1
6              -1
4                         -1
6                 -1
5                     0
5                  0
5                       -1
5                               -1
5              -1
3                                   -1
5                       -1
5                       -1
5                               -1
4                       0
4               0
4                               -1
2                              0
4                       -1
4               -1
4               -1
4                       -1
4               -1
3               0
2                             0
3                          0
3                    -1
3                    -1
3                    -1
3                    -1
3               -1
2                         -1
3                  -1
2                   0
2                   0
2                  -1
2                  -1
2                    -1
1                     -1
2                     -1
2                  -1
2                  -1
1                  0
1                  0
1                  -1
0                     0
1                       -1
1                  -1
1                  -1
1                  -1
1                  -1
0                 0
0                               0
0                          0
0                 0
0                 0
0                          0
0                 0
0                 0

 Donlod File lengkapnya di Link ini : http://www.ziddu.com/download/9388541/PENJADWALANTENAGAKERJA.rar.html



Previous
Next Post »
0 Komentar