Peta Kabupaten Kaimana |
Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di
Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia
Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies.
Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah
Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan
Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh
terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9.
Segera setelah pendirian benteng pertama ini, hubungan antara pihak
Belanda dan penduduk pribumi ditentukan dalam surat-surat perjanjian.
Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Raja Namatote, Kasa (Raja
Lokajihia), Lutu (Orang Kaya di Lobo, Mewara dan Sendawan). Mereka
diangkat sebagai kepala di daerah masing-masing oleh Belanda dengan
diberi surat pengangkatan sebagai kepala daerah, berikut tongkat
kekuasaan berkepala perak. Selain ketiga kepala daerah ini diangkat pula
28 kepala daerah bawahan.
Tampat Benteng Fort Du Bust |
Kampung Lobo Dengan Latar Belakang Gunung - Diambil dari Laut |
Perjalanan Menuju Kampung Lobo, Memasuki Kawasan Teluk Triton |
Salah satu Tampat Gugusan pulau Kicul dalam Kawasan Teluk Triton |
Kampung Lobo dari Kejauhan |
Letak Kampung Lobo Pada Kawasan Teluk Triton Kabupaten Kaimana |
Letak Kabupaten Kaimana pada Peta Indonesia |
Benteng Fort Du Bus terletak di Desa Lobo, kawasan teluk Triton kabupaten Kaimana Papua Barat, wabah malaria melanda sekitar benteng Fort Du Bus, Belanda meninggalkan benteng tersebut dan pindah ke Manokwari.
Teluk Triton ini memilki rentetan pulau-pulau kecil, batu karang , air yang jernih dan pemandangan pantai
dan bawah laut yang indah, Teluk ini tersembunyi di dekat Kampung Lobo.
Kini surga yang tersembunyi ini mulai dikenal oleh para ahli biologi
laut, para penyelam, dan mereka yang suka datang dan menikmati saat-saat
matahari terbenam, dengan pemandangan langit yang spekatakuler. Mereka
menjuluki lokasi ini sebagai “ The Fish Empire,” selaian julukan “Kota Senja”, ada juga yang menyebutnya” The Lost Paradise.” Para
ahli-ahli itu telah berhasil mengidentifikasi 937 jenis ikan laut dan
beberapa di antaranya adalah spesies baru yang hanya bisa ditemukan di
Kaimana. Mereka juga telah menemukan 492 jenis
terumbu karang yang berbeda dan 6 di antaranya adalah jenis baru yang
tidak ditemukan ditempat lain di dunia dan semuanya dalam kondisi sehat,
mereka juga menemukan 27 Jenis udang lobster, dan 16 jenis penyu hijau.
Teluk Triton ini memang masih belum populer dikalangan
pencinta fotografi, atau orang-orang suka perpetualang dibanding
lokasi-lokasi wisata pantai dan bawah laut lainnya di Indonesia tetapi
sudah cukup banyak wisatawan yang datang berkunjung ke sini, baik
wisatawan asing maupun domestik.
Suasana dalam Kampung Lobo - Kaimana |
kata yang tepat untuk menggambarkan istimewanya keindahan Teluk Triton
di Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Bagi pecinta
traveling, Teluk Triton bak surga yang menawarkan kesempurnaan. Tak
tanggung-tanggung di sini Anda akan dimanjakan dengan berbagai
pengalaman berbeda.
Coba tenggok daerah Maimai. Di dinding tebing karang sepanjang sekitar 1 kilometer terdapat lukisan kuno peninggalan zaman prasejarah. Anda bisa menyaksikan berbagai lukisan etnik berupa telapak tangan, tengkorak, dan binatang. Yang menarik lukisan ini dibuat di lokasi tebing karang yang sulit dijangkau dengan tangan telanjang. Meski sudah berabad-abad lamanya lukisan dari bahan pewarna alami tersebut masih tampak jelas hingga saat ini.
Pemandangan situs lukisan kuno di tebing karang adalah awal dari perjalanan anda di Teluk Triton. Kejutan lain bisa anda temukan di sekitar Kampung Lobo. Anda akan menjumpai pemandangan langka berupa atraksi mamalia raksasa di sekitar perairan kampung ini. Sebagai habitat paus Bryde's tak sulit untuk menjumpai mamalia ini. Semburan air ke udara dari lubang di punggung paus menjadi penanda atraksi ini bisa segera anda nikmati dari atas kapal.
Eloknya, paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Meski hidup sebagai nelayan, masyarakat di sini tidak memburu mamalia ini. Mereka menganggap mamalia ini sebagai keluarga bahkan penyelamat. Tak heran jika binatang yang bisa mencapai ukuran hingga 12 meter ini tak segan-segan menampakkan diri bermain di sekitar perahu nelayan.
Saat air laut di sini teduh, kesempatan anda menyaksikan paus Bryde's semakin mudah. Bagi pecinta selam dan pemburu foto underwater, kesempatan langka untuk bermain dan mengabadikan polah binatang raksasa ini rasanya sayang jika dilewatkan.
Masih di Kampung Lobo anda juga bisa menyaksikan jejak peninggalan Hindia Belanda berupa tugu "Fort du Bus". Dari tugu ini bisa dipastikan pada tahun 1828 di Lobo pernah berdiri benteng dan pos administrasi Hindia Belanda bernama Fort du Bus.
Nama Ford du Bus diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di tanah Papua. Pada masa tersebut pemerintah Hindia Belanda bahkan mengangkat tiga penduduk pribumi masing-masing adalah Raja Namatota, Raja Lokajihia yaitu Kasa, dan Lutu (orang terpandang di Lobo, Mewara dan Sendawan) sebagai kepala di daerah masing-masing.
Wabah malaria yang menyerang Lobo pada tahun 1835 mengubah keadaan. Wabah ini membunuh sebagian besar tentara Hindia Belanda di sana. Akhirnya benteng ini pun ditinggalkan.
Bagi pecinta selam, Anda wajib untuk membawa perlengkapan selam anda. Di Teluk Triton keindahan alam bawah lautnya sayang jika dilewatkan. Di sini, lokasi menyelam (dive site) yang biasa dikunjungi ada di seputar Temintoi, Selat Iris. Kekayaan alam bawah lautnya jelas tak diragukan lagi. Menurut data Conservation International (CI) Indonesia tahun 2006, perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru), dan 28 jenis udang mantis.
Puas menyelam, menu perjalanan terakhir adalah menikmati indahnya senja Kaimana. Senja di sini bukan sembarang senja. Jika cuaca cukup baik, bisa dipastikan senja di Kaimana akan memberi hiburan tak terlupakan. Kala senja, torehan semburat jingga merata di langit Kaimana. Dari Teluk Triton kemengahan senja terasa saat bola raksasa hangat laksana tenggelam di telan lautan.
Untuk menjumput indahnya surga di Teluk Triton, transportasi satu-satunya adalah menggunakan jalur laut. Sayang, di sini belum tersedia kapal wisata reguler yang melayani rute perjalanan di atas. Anda bisa mencapainya dengan menggunakan speedboat sewaan dari pelabuhan Kaimana. Biaya sewa speedboat dari Kaimana dibandrol sekitar Rp. 4-5 juta per hari.
Coba tenggok daerah Maimai. Di dinding tebing karang sepanjang sekitar 1 kilometer terdapat lukisan kuno peninggalan zaman prasejarah. Anda bisa menyaksikan berbagai lukisan etnik berupa telapak tangan, tengkorak, dan binatang. Yang menarik lukisan ini dibuat di lokasi tebing karang yang sulit dijangkau dengan tangan telanjang. Meski sudah berabad-abad lamanya lukisan dari bahan pewarna alami tersebut masih tampak jelas hingga saat ini.
Pemandangan situs lukisan kuno di tebing karang adalah awal dari perjalanan anda di Teluk Triton. Kejutan lain bisa anda temukan di sekitar Kampung Lobo. Anda akan menjumpai pemandangan langka berupa atraksi mamalia raksasa di sekitar perairan kampung ini. Sebagai habitat paus Bryde's tak sulit untuk menjumpai mamalia ini. Semburan air ke udara dari lubang di punggung paus menjadi penanda atraksi ini bisa segera anda nikmati dari atas kapal.
Eloknya, paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Meski hidup sebagai nelayan, masyarakat di sini tidak memburu mamalia ini. Mereka menganggap mamalia ini sebagai keluarga bahkan penyelamat. Tak heran jika binatang yang bisa mencapai ukuran hingga 12 meter ini tak segan-segan menampakkan diri bermain di sekitar perahu nelayan.
Saat air laut di sini teduh, kesempatan anda menyaksikan paus Bryde's semakin mudah. Bagi pecinta selam dan pemburu foto underwater, kesempatan langka untuk bermain dan mengabadikan polah binatang raksasa ini rasanya sayang jika dilewatkan.
Masih di Kampung Lobo anda juga bisa menyaksikan jejak peninggalan Hindia Belanda berupa tugu "Fort du Bus". Dari tugu ini bisa dipastikan pada tahun 1828 di Lobo pernah berdiri benteng dan pos administrasi Hindia Belanda bernama Fort du Bus.
Nama Ford du Bus diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di tanah Papua. Pada masa tersebut pemerintah Hindia Belanda bahkan mengangkat tiga penduduk pribumi masing-masing adalah Raja Namatota, Raja Lokajihia yaitu Kasa, dan Lutu (orang terpandang di Lobo, Mewara dan Sendawan) sebagai kepala di daerah masing-masing.
Wabah malaria yang menyerang Lobo pada tahun 1835 mengubah keadaan. Wabah ini membunuh sebagian besar tentara Hindia Belanda di sana. Akhirnya benteng ini pun ditinggalkan.
Bagi pecinta selam, Anda wajib untuk membawa perlengkapan selam anda. Di Teluk Triton keindahan alam bawah lautnya sayang jika dilewatkan. Di sini, lokasi menyelam (dive site) yang biasa dikunjungi ada di seputar Temintoi, Selat Iris. Kekayaan alam bawah lautnya jelas tak diragukan lagi. Menurut data Conservation International (CI) Indonesia tahun 2006, perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru), dan 28 jenis udang mantis.
Puas menyelam, menu perjalanan terakhir adalah menikmati indahnya senja Kaimana. Senja di sini bukan sembarang senja. Jika cuaca cukup baik, bisa dipastikan senja di Kaimana akan memberi hiburan tak terlupakan. Kala senja, torehan semburat jingga merata di langit Kaimana. Dari Teluk Triton kemengahan senja terasa saat bola raksasa hangat laksana tenggelam di telan lautan.
Untuk menjumput indahnya surga di Teluk Triton, transportasi satu-satunya adalah menggunakan jalur laut. Sayang, di sini belum tersedia kapal wisata reguler yang melayani rute perjalanan di atas. Anda bisa mencapainya dengan menggunakan speedboat sewaan dari pelabuhan Kaimana. Biaya sewa speedboat dari Kaimana dibandrol sekitar Rp. 4-5 juta per hari.
Sumber :
0 Komentar