PENINGKATAN HASIL BELAJAR METEMATIKA MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN BAGI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 2 KOTA SORONG


BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A.     Landasan Teori
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa landasan teori yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1.      Pengertian Belajar
Belajar didefinisikan oleh para ahli dengan sudut pandang yang berbeda-beda walaupun pada hakekatnya pengertian dan prinsip serta tujuanya sama. Secara psikologis belajar, merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan lingkunganya.
Seperti yang dikemukakan oleh Thordike (Hamzah, 2005:6) belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan ) dan respon (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan.).
Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-induvidu yang belajar. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Sardiman (2001:21)

Belajar adalah proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar . Sardiman (1989:5). Dengan demikian belajar hendaknya mengkondisikan stimulus agar dapat menimbulkan respon seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (1989:71) belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik yang mengakibatkan perubahan tingkahlaku. Perubahan tingkahlaku merupakan hasil   dari proses belajar yang disebabkan oleh pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral, oleh karena itu berhasilnya pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar.
Di atas telah dikemukakan berbagai macam teori atau pendapat dari bermacam-macam ilmuan, oleh karena itu penulis mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu sikap seorang yang dilukan dengan sadar guna melakukan perubahan-perubahan melalui proses yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


2.      Matematika
Istilah matematika berasal dari kata latin Mathematica yang diambil dari bahasa Yunani mathematike yang artinya bertalian dengan pengetahuan. Asal katanya mathema yaitu ilmu, dan pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan struktur-struktur dan hubunganyan yang teratur menurut aturan yang logis. Ide-ide dan struktur dalam matematika merupakan konsep apstrak yang tersusun secara hieraskis dan deduktif. Hamri (2004:6).
Menurut James (Setijadi, 1992:120) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk , susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan lainya, yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Setijadi, (1992:120). Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya  matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir, matematika diperlukan untuk kehidupan sehari-hari,untuk perkembangan IPA dan untuk perkembangan teknologi. Sigit Muryono (1993:220)
Matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide berupa konsep apstrak yang tersusun secara teratur yang penalaranya deduktif. Sehingga belajar matematika memerlukan suatu kegiatan mental yang tinggi yang harus dilakukan secara berharap dan berkesinambungan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan evaluasi berupa tes, yang dimaksudkan adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa.
Hasil belajar matematika adalah merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar matematika dilihat dari segi perubahan dan segi kemajuan yang telah terjadi pada kognitif, afektif dan keterampilan yang ditemukan melalui evaluasi tertentu.
 Dari uraian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang sudah terstuktur dan tertata rapi yang tumbuh dan berkembang melalui proses pemikiran manusia guna untuk kepentingan sehari-hari.
3.      Pendekatan Kontekstual
Dalam Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan pendekatan yang mampu mengaitkan antara materi yang diajarkan oleh guru dengan situasi dunia nyata yang dihadapi oleh siswa.
Pendekatan konstekstual (Contextual Teaching and Leraning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Mappaita Muhkal, 2005 : 1).

Dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni : Konstruktivisme (Constructivism), Bertanya (Questioning), Menemukan (Inquiry), Masyarakat Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection) dan Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment).
a.       Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme yaitu merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstrusi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
b.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai bilangan bulat sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan menurut buku atau guru.


c.       Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.  Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah atau multi arah. Seseorang guru yang mengajari siswanya dengan metode ceramah, bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi datang dari guru kearah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dari contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua orang/kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
e.       Pemodelan (Modeling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru oleh siswa. Model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, cara menyelesaikan soal bilangan bulat dengan metode tertentu dan sebagianya. Atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, berarti guru memberi model tentang bagaimana cara belajar.
f.        Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, kegiatan atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung “Kalau begitu, selama ini cara saya, menyelesaikan soal pembulatan bilangan bulat salah, ya! Mestinya, dengan cara yang ini agar bisa benar dan tepat”.
g.       Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila daya yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Oleh karena gambaran kemajuan belajar siswa itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian tidak hanya diklakukan diakhir periode (semester) pembelajaran, tetapi dilakukan bersama dengan terintegrasi  (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan :
Yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah pembelajan yang dilakukan oleh guru dengan mengaitkan pelajaran dengan dunia nyata yang mampu menarik daya serap  berpikir siswa untuk berpikir dan berkembang dalam kehidupan bermsyarakat.

4.      Penguatan
Menurut Saidiman (Hamzah, 2005:168) memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Sedangkan menurut Skinner (Sadjana 1989:121) pengajaran melibatkan kemungkinan penguatan (contingencies of reinforcement) yang disusun dimana siswa-siswa belajar.

Tujuan memberikan penguatan (Saidiman, 2005:168) adalah :
1.      Meningkatkan perhatian siswa.
2.      Melancarkan atau memudahkan proses belajar
3.      Membangkitkan dan mempertahankan motifasi.
4.      Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu kearah tingkahlaku belajar yang produktif.
5.      Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
6.      Mengarahkan pada cara berfikir yang baik/divergen inisiatif pribadi.
Disisi lain Skinner juga  menyatakan bahwa fokus nyata pada pendidikan haruslah pada pemberian penguatan yang konsisten, dan positif bagi tingkah laku yang tepat dan bagi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan  (Sudjana 1989:122).
Pemberian penguatan  bisa dalam bentuk :
a.                   Perhatian kepada guru, kawan atau objek diskusi.
b.                  Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan dipapan tulis.
c.                   Menyelesaikan pekerjaan rumah ( PR)
d.                  Kualitas pekerjaan atau tugas (kerapian, keindahan)
e.                   Perbaikan atau penyempurnaan tugas.
f.                    Tugas-tugas mendiri.


Miron Dambo (Suparno, 2001:  102) melakukan lahkah-langkah dalam proses belajar mengajar sebagai serangkaian penataan penguatan sebagi berkut:
1.                  Dalam mencapai kecakapan baru, berikan penguatan segera setelah siswa menunjukan respon terhadap suatu tugas, jangan menundanya samapi waktu yang lama.
2.                  Beri penguatan pada tahap awal ditunjukan dengan respon yang benar.
3.                  Jangan berharap akan terjadi untuk kerja yang sempurna pada petama kalinya, sebaliknya lebih baik guru berusaha untuk menggiring kelangkah menuju tercapainya tingkat penguasaan (masteri).
Penguatan pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang harus dikuasai oleh guru berkaitan dengan ketrampilan menggunakan kedua jenis penguatan tersebut. Secara rinci komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1.                  Penguatan verbal.
Penguatan verbal paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang berbentuk komentar pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingakah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebagainya tersebut dapat diberikan dalam bentuk:
a.                   kata-kata
contoh: bagus, baik, benar, tepat sekali.
b.                  kalimat.
Contoh: 
1.      Bagus sekali kamu telah mengerjakan tugas matematika dengan teliti dan cermat.
2.      Mul, mungkin lebih baik jika kamu mengerjakan  latihan 2 dengan teliti dan cermat.
3.      Anak-anak lain perlu meniru cara Ani memecahkan soal yang sistimatis dan rapi.
2.                  Penguatan Non Verbal.
Dapat ditunjukan dengan berbagi cara yaitu:
a.       Gestural reinforcement (isyarat anggota badan dan mimik)
Contoh:
-. Tersenyum saat menjawab pertanyaan yang diajukan.
-. Angkat jempol setelah anak tersebut mengerjakan soal di papan tulis.
b.      Contack reinforcement  (gerak sentuhan)
Contoh: menepuk bahu jika siswa tersebut main-main.
c.       Proximinity (gerak mendekati)
Contoh: Berdiri mendekati siswa saat mengerjakan soal-soal
d.      Token reinforcemen (dalam bentuk/gambar)
Contoh: memberikan cap atau gambar yang disukai siswa dengan maksud siswa bisa merasa diperhatikan oleh guru dengan pekerjaanya.`
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa penguatan adalah segala bentuk respon atau stimulus baik yang bersifat verbal maupun non verbal yang diberikan kapada seseorang terhadap tingkah laku yang ditampilkan oleh seseorang sehingga memungkinkan seseorang tersebut dapat mempertahankan, mengulangi, ataupun meningkatkan tingkahlakunya pada waktu yang akan datang.

4. Bilangan Bulat.
Bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan asli, dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol. Darhim (268:1991). Adapun disetiap mengajarkan pokok bahasan bilangan bulat selalu menggunakan pembelajaran dengan pemberian penguatan di setiap meteri berlangsung. Adapun materi  inti yang dibahas dalam penelitian ini adalah bilangan bulat dan sifat-sifat operasi bilangan bulat ,:
1.                  Sifat komutatif (pertukaran)
Sifat ini menjelaskan bahwa  ( a + b ) = ( b + a ) apabila ( a ) dan ( b ) bilangan bulat. Sebagai contoh yang akan diberikan kepada siswa adalah:
a)         3 + (-7)            =  -4
            (-7) + 3            = -4
            Jadi, 3 + (-7)    = (-7) + 3
b).        3  + 5               =  8
            5 + 3                =  8
            Jadi, 3  + 5 = 5 + 3

2.                  Sifat Asosiatif (pengelompokan)
Sifat ini akan menerangkan bahwa,
( a x b ) x c = a x ( b x c ) dengan a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat.
Sebagai contoh yang akan diberkan kepada siswa adalah:
1).        { 2 + ( -3 )} + 15         = ( -1 ) + 15
                                                = 14
            2 + {( -3 ) + 15            = 2 + 12
                                                = 14
            Jadi, { 2 + ( -3 )} + 15  = 2 + {( -3 ) + 15

2).        ( 6 x 2 ) x 3      = 12 x 3
                                    =  36
               6 x ( 2 x 3 )   =  6 x 6
                                    = 36
               Jadi, ( 6 x 2 ) x 3 = 6 x ( 2 x 3 )
                                               
3.                  Sifat Distributif (penyebaran)
Secara umum sifat distributif digunakan untuk mempermudah operasi hitung. Adapun sifat-sifat distributif dapat dituliskan sebagai berikut:
a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c )
a x ( b - c ) = ( a x b ) - ( a x c )
dengan a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat.
Sebagai contoh yang akan diberkan kepada siswa adalah:
1).  ( 7 x 8 ) + ( 7 x 2) = 7 x ( 8 + 2 )
                                    = 7 x 10
                                    = 70
2).  25 x ( 10 – 2 )        = ( 25 x 10 ) – ( 25 x 2 )
                                    = 250 – 50
                                    = 200
4.                  Pembulatan Bilangan
Pembulatan bilangan adalah membulatkan bilangan yang dapat mempermudah kita untuk menentukan operasi hitung.
Sebagai contoh yang akan diberikan kepada siswa adalah:
a). 53.278 dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi 53.280
b). 34.612 dibulatkan ke ratusan terdekat menjadi 34.600




B.                 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah “Hasil belajar matetatika Siswa kelas V SD Muhammadiyah 2 Kota Sorong pada materi bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui pemberian penguatan”.
dowload skripsi lengkapnya di link ini : http://www.ziddu.com/download/9281692/skripsimulyadi.rar.html



Previous
Next Post »
0 Komentar