BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PERPARKIRAN
Lalu – lintas terdiri atas berbagai aspek yang saling berkaitan. Lalu – lintas yang ‘baik’ adalah yang mampu mewujudkan arus yang lancar, kecepatan yang ‘cukup’, aman, nyaman, dan murah.
Menelaah lalu – lintas tidak dapat lepas dari persoalan kendaraan yang berjalan maupun yang berhenti. Keduanya memiliki saham yang tidak kecil atas timbulnya berbagai persoalan lalu – lintas. Kebanyakan pemikiran ditujukan pada aspek rekayasanya saja – mengukur volume lalu – lintas, merancang jaringan jalan dan persilangannya agar pergerakan kendaraan menjadi efisien. Jarang sekali dipermasalahkan mengapa kendaraan itu berjalan dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Dengan memanipulasi sebab terjadinya lalu – lintas (Buchanan, 1968, 154).
Kendaraan menggunakan jalan umum tentu dengan maksud tertentu. Iya bergerak atas kehendak dan kemauan manusia sehubungan dengan kegiatan manusia tersebut. Jadi lalu – lintas adalah fungsi kegiatan. Hal ini menjelaskan dan memberi petunjuk mengapa disejumlah kota terdapat sedemikian banyak lalu–lintas – banyak kegiatan manusia terpusat di kota. Hal demikian juga menjelasakan mengapa ada lalu – lintas hubungan antarkota serta antara kota dan daerah pinggiran –ada kegiatan yang menimbulkan lalu-lintas timbal balik.
Kita tahu bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus menerus. Pada suatu saat ia harus berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama yang disebut parkir. Tempat parkir ini harus ada pada saat akhir atau tujuan perjalanan sudah dicapai.
Perpakiran ternyata menimbulkan persolan yang cukup rumit bagi kota mana pun di dunia. Kemacetan arus lalu–lintas pada beberapa bagian kota sering kali justru disebabkan oleh kendaraan yang sedang berhenti. Mengapa? Sering kali kendaran yang parkir ini merampas separuh lebar jalan. Hampir semua lebar jalan di PKK (Pusat Kegiatan Kota) Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan banyak lagi kota lain di Indonesia menghadapi persoalan parkir kendaraan. Pembangunan sejumlah gedung tempat kegiatan umum yang jelas mengundang orang datang, sering tidak menyediakan peralatan parkir yang cukup sehingga berakibat ‘Perampasan’ sebagian lebar jalan untuk parkir kendaraan, walaupun pemilik mambayar jasa parkir, kerugian lalu lintas jauh lebih besar daripada uang jasa yang dibayarkan.
Jumlah kendaran yang sangat melonjak menimbulkan berbagai tuntunan baru yang harus dipenuhi atau diimbangi dengan misalnya pelataran jalan, pelebaran, perkerasan, maupun luas jaringannya. Penyediaan prasarana dan sarana ini ternyata belum seimbang dengan laju jumlah kendaraan yang terus membengkak. Salah satu sarana yang sering dilupakan adalah pelataran parkir, padahal justru di pusat kegiatan seperti pusat perbelanjaan, pusat hiburan, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan pelataran parkir sangat besar.
2.1.1. Parkir sebagai unsur perangkutan
Ketiadaan pelataran parkir di kawasan tertentu dalam kota sudah pasti berakibat berkurangnya lebar jalan di kawasan tertentu. Kendaraan diparkir dipinggir jalan, naik ke bahu jalan, atau menyerobot sebagian kaki lima (trotoar) sehingga jelas mengurangi daya tampung jalan tersebut. Kesulitannya, makin besar jumlah kendaraan, makin besar pula kebutuhan akan pelataran parkir. Sebagai gambaran, dengan hanya memarkir tiga kendaraan pada suatu ruas jalan sepanjang 1 km sudah berarti mengurangi lebar jalan yang semula 5,5 meter menjadi 4,6 meter.
Tabel 2.1 menunjukan pengurangan lebar jalan serta pengurangan daya tampung jalan yang bersangkutan ( jalur lintasan berkurang ), berdasarkan hasil penelitian di Inggris.
Dalam mengatur perparkiran, bukan kepentingan teknis semata yang menjadi perhatian, melainkan juga yang menyangkut masalah keindahan. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pegendalian atau pengelolaan perparkiran diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan hambatan lalu – lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan kondisi agar petak parkir digunakan secara efektif dan efisien, memelihara keindahan lingkungan, dan menciptakan mekanisme penggunaan jalan secara efektif dan efisien, terutama pada ruas jalan tempat kemacetan lalu – lintas.
Perparkiran tidak berdiri sendiri melainkan sangat erat kaitannya dengan pola lalu – lintas, bahkan merupakan subsistem perangkutan kota. Secara garis besar sistem perangkutan kota terdiri atas angkutan pribadi dan angkutan umum. Apabila angkutan umum, khususnya taksi, mampu melayani penduduk kota secara efisien dan efektif, maka penggunaan kendaraan pribadi akan berkurang sehingga berkurang pula kebutuhan akan peralatan parkir. Sebaliknya, apabila angkutan umum tidak mampu melayani kebutuhan penduduk secara efektif dan efisien, maka pengguanaan kendaraan pribadi terangsang meningkat sehingga kebutuhan akan peralatan parkir pun bertambah. Jumlah kendaraan, terutama kendaraan pribadi, sangat menentukan kebutuhan akan tampat parkir, yaitu pada saat penumpangnya melakukan kegiatan sosial-ekonomi.
2.1.2. Kebutuhan akan tempat parkir
Masalah parkir adalah masalah kebutuhan ruang, penyediaan ruang dalam kota dibatasi oleh luas wilayah kota yang ada dan tata guna tanahnya. Pengadaan pelataran parkir sedikit banyak akan menyita sebagian luas wilayah kota karena pelataran parkir membutuhkan ruang tersendiri yang cukup luas. Penggunaannya sendiri belum tentu selalu maksimum, melainkan bergantung pada jam sibuk.
Apabila sigi dilakukan pada hari kerja, kebutuhan tertinggi akan pelataran parkir dapat ditaksir. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada tempat yang sama setelah pukul 18.00, yang akan memberikan petunjuk tentang tuntutan kebutuhan pelataran parkir bagi kebutuhan perumahan.
Perhitungan penggunaan pelataran parkir dalam satu hari penuh menjadi ukuran kebutuhan perusahaan dan perdagangan akan pelataran parkir, sedangkan perhitungan pada setiap hari Sabtu petang menunjukan kebutuhan perumahan dan perbelanjaan akan hal yang sama.
Luas yang dibutuhkan untuk pelataran parkir bergantung pada dua hal pokok, yaitu ukuran kendaraan yang diperkirakan parkir dan sudut parkir. Sudut parkir yang umumnya digunakan adalah 00, 300, 450, 600, dan 900. Panjang dan lebar petak parkir serta daya tampung panjang ruas jalan yang dibutuhkan tersaji pada tabel 2.4 atau 4.5.
PKK menarik lalu–lintas mengundang warga kota maupun masyarakat dipinggiran kota. Dari waktu ke waktu selalu terjadi aliran lalu – lintas ulang-alik ke kawasan PKK. Para pelaku lalu-lintas ini, selain menggunakan kendaraan umum, banyak pula yang menggunkan kendaraan pribadi. Yang terakhir ini memerlukan tempat parkir sedekat mungkin dengan tempat tujuannya. Untuk inilah PKK perlu menyediakan tempat parkir, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka sasaran yang paling gampang adalah pinggir jalan dan akibat seperti yang telah diuraikan pada awal bab ini.
Penelitian yang pernah dilakukan tahun 1980 oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta menunjukan bahwa sedan dan sepeda motor paling banyak menyita tempat parkir. Jarak terjauh dari tempat tujuan adalah 500 m di Yogyakarta, tepatnya jl. Mangkubumi, dan 50 m di kota lain (DPMTJ, 1982: 32)
Pada hakikatnya, orang selalu meminimumkan usaha atau kerja untuk maksud tertentu, misalnya pengguna kendaraan selalu ingin memarkir kendaraannya sedekat mungkin dengan tempat tujuannya agar tidak perlu jauh berjalan kaki. Jadi mudah dipahami apabila disekitar pusat kegiatan selalu dijumpai banyak kendaraan diparkir. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa kebutuhan tempat parkir adalah fungsi kegiatan. Makin terhimpun kegiatan di suatu tempat, seperti halnya di PKK, makin besar pula kebutuhan akan tempat parkir. Yang perlu diingat adalah bahwa setiap kegiatan tidak memiliki daya tarik yang sama terhadap lalu-lintas. Sama halnya bahwa setiap kegiatan tidak memiliki derajat yang sama sebagai pembangkit lalu-lintas. Jadi, kegiatan yang dimaksudkan diatas, dari sudut pandang tata kota, adalah peruntukan guna lahan.
Parkir dibutuhkan oleh berbagai pihak, dan dalam pengadaan tempat parkir perlu diperhatikan keragaman tuntutan atau keinginan para pelaku lalu –lintas yang cenderung saling berebutan. Pemerintah (dalam hal ini ahli perlalu–lintasan) dituntut agar sedapat mungkin mengusahakan keseimbangan berbagai keinginan tersebut.
Untuk mendowunload file di atas dalam format PDF, Silahkan klik link di bawa h ini
Studi Evaluasi Kebutuhan Areal Parkir Di Universitas Al-Amin Muhammadiyah Sorong bab 1
Studi Evaluasi Kebutuhan Areal Parkir Di Universitas Al-Amin Muhammadiyah Sorong bab 2
Studi Evaluasi Kebutuhan Areal Parkir Di Universitas Al-Amin Muhammadiyah Sorong bab 3
Studi Evaluasi Kebutuhan Areal Parkir Di Universitas Al-Amin Muhammadiyah Sorong bab 4
Studi Evaluasi Kebutuhan Areal Parkir Di Universitas Al-Amin Muhammadiyah Sorong bab 5
Download juga Skripsi teknik sipil dengan tema lain di bawah ini
Studi evaluasi kerja terhadap kinerja mandor pada proyek konstruksi bab 1
Studi evaluasi kerja terhadap kinerja mandor pada proyek konstruksi bab 2
Studi evaluasi kerja terhadap kinerja mandor pada proyek konstruksi bab 3
Studi evaluasi kerja terhadap kinerja mandor pada proyek konstruksi bab 4
Studi evaluasi kerja terhadap kinerja mandor pada proyek konstruksi bab 5
Perencanaan Portal 3 dimensi Bab 1
Perencanaan Portal 3 dimensi Bab 2
Perencanaan Portal 3 dimensi Bab 3
Perencanaan Portal 3 dimensi Bab 4
Perencanaan Portal 3 dimensi Bab 5
Program Save As PDF
Mau Buat Gambar Animasi Dan Baanner atau Format Gif…. Download aplikasinya di sini
Aplikasi membuat Gambar atau banner Animasi
Easi Gif Animator Pro V4.9.0.40
Mau menyimpan Data Dalam bentuk E-book… klik link dibawah untuk Download aplikasinya
Aplikasi Membuat E-book
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar